Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi microwave (freepik.com/fabrikasimf)
ilustrasi microwave (freepik.com/fabrikasimf)

Intinya sih...

  • Microwave tidak memanaskan makanan secara merata, meninggalkan titik dingin yang berisiko.
  • Karena memanaskan dari luar ke dalam, bukan dari dalam ke luar, jadi panas dari microwave tidak selalu menghancurkan mikroorganisme.
  • Jangan menggunakan microwave untuk memasak atau memanaskan daging olahan, daging beku, telur, sayuran berdaun hijau, dan nasi karena berisiko.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tidak semua orang bisa, mau, atau punya waktu untuk memasak. Ini membuat makanan beku atau frozen food populer karena praktis. Ini juga mungkin kerap menjadi andalan saat sahur.

Makanan beku siap santap hanya tinggal dipanaskan, misalnya dengan microwave, dan setelahya kamu bisa memakannya.

Baik itu makanan beku kemasan dari swalayan atau makanan yang kamu buat sendiri lalu dibekukan, menghangatkan atau memanaskan kembali makanan beku dalam microwave sangat mudah dan cepat. Akan tetapi, ini juga bisa menimbulkan risiko bagi kesehatan, misalnya infeksi bakteri.

Risiko bahaya memanaskan makanan beku dalam microwave

ilustrasi frozen food (commons.wikimedia.org/CHAIUyanmt Geiwsizo)

Kalau kamu sering menggunakan microwave untuk menghangatkan makanan, kamu mungkin memperhatikan bahwa saat memakannya, beberapa bagian makanan terasa sangat panas, sementara bagian lainnya suam-suam kuku alias panasnya tidak menyeluruh.

Ternyata, itu karena microwave, meskipun efektif dalam menghangatkan makanan dengan cepat, tetapi tidak memanaskannya secara merata. Ini bukan cuma mengurangi pengalaman makan, tetapi juga bisa menimbulkan masalah karena proses memasak yang tidak merata tidak secara efektif menghilangkan bakteri apa pun yang mungkin ada dalam makanan.

Selain adanya titik dingin, microwave dilaporkan juga tidak memanaskan makanan beku seperti halnya metode pemanasan lainnya. Ini karena molekul air yang ditemukan dalam makanan beku tidak dapat digerakkan oleh kristal es, sehingga panas tidak dapat didistribusikan ke seluruh makanan secara efektif.

Bahkan microwave yang dilengkapi meja putar mungkin tidak bia memanaskan makanan dengan baik, dan bakteri bia terus hidup di dalam makanan beku setelah dipanaskan kembali di dalam microwave.

Jika bakteri sampai masuk ke dalam tubuh lewat makanan tersebut, kamu bisa mengalami keracunan makanan, yang biasanya menyebabkan mual, muntah, demam, dan diare.

Untuk membantu menghindari bakteri hidup titik-titik dingin pada makanan, Clemson University's Home & Garden Information Center merekomendasikan untuk mengaduk atau memutar makanan di tengah proses pemanasan/pemasakan, dan membalik makanan yang berukuran besar untuk mencegah adanya titik-titik dingin pada makanan tempat bakteri berbahaya bisa bertahan hidup.

Kamu juga direkomendasikan untuk memanaskan makanan dalam microwave hingga mencapai setidaknya 74 Celcius, serta memberikan waktu tunggu, yaitu saat makanan terus mengalami proses masak bahkan setelah microwave mati.

Jangan menggunakan microwave untuk menghangatkan atau memasak ini

Hindari menggunakan microwave untuk menghangatkan atau memasak makanan ini:

1. Daging olahan

ilustrasi daging olahan (pexels.com/pixabay)

Pengawet dan bahan kimia sering ditambahkan ke daging olahan untuk meningkatkan umur simpannya. Sayangnya, memanaskannya dalam microwave bisa berisiko.

Tanpa disadari kamu mungkin terkena perubahan molekuler seperti kolesterol teroksidasi saat mengolah daging dengan microwave.

Menghangatkan daging olahan dengan microwave menyebabkan terbentuknya produk oksidasi kolesterol (COP), yang dikaitkan dengan perkembangan penyakit jantung koroner dan aterosklerosis (Food Control, 2007).

Daging olahan lebih mungkin menambahkan COP ke dalam makanan saat dimasak dengan microwave dibandingkan dengan saat disiapkan menggunakan teknik persiapan makanan lainnya untuk menghangatkan makanan.

2. Ayam/daging mentah

Jika kamu memasak daging mentah dalam microwave, periksa suhu internal daging dengan termometer makanan beberapa kali untuk memastikan pemasakan merata.

Khusus untuk ayam, pastikan suhu internal minimal 74 derajat Celcius. Kalau kurang dari itu, ada peningkatan risiko paparan bakteri atau patogen. 

Daging ayam rentan terhadap kontaminasi salmonela, dan akan berisiko jika dimasukkan ke dalam microwave. Kamu harus memasak ayam sampai benar-benar matang untuk membunuh bakteri sebelum memakannya.

3. Telur mentah utuh

Ilustrasi telur (pixabay.com/stevepb)

Baik telur dikupas atau tidak, kelembapan di dalamnya menyebabkan penumpukan uap dalam jumlah besar di dalam microwave, mirip panci bertekanan (pressure cooker) kecil, sehingga telur bisa meledak.

Selain itu, yang lebih menakutkannya lagi, telur mungkin tidak pecah di dalam microwave saat sedang dimasak, tetapi bisa meledak setelahnya, misalnya di telapak tangan, di piring, atau bahkan di mulut kamu.

4. Sayuran berdaun hijau

Daripada dengan microwave, sebaiknya panaskan kembali sayuran berdaun hijau dalam oven konvensional jika kamu ingin menyimpannya untuk digunakan nanti sebagai makanan sisa.

Nitrat alami, yang sebenarnya menyehatkan, bisa berubah menjadi nitrosamin ketika dipanaskan dalam microwave, menurut penelitian, yang dapat menyebabkan kanker.

5. Nasi

Ilustrasi nasi (pixabay.com/juemi)

Kamu dapat mengalami keracunan makanan akibat memakan nasi yang dihangatkan kembali. Masalahnya bukan pada proses pemanasan ulang, tetapi pada cara nasi disimpan sebelum dihangatkan kembali.

Simpan nasi di lemari es tidak lebih dari satu hari hingga dihangatkan kembali. Saat memanaskan kembali nasi, selalu periksa apakah nasi masih panas mengepul.

Nasi mentah dapat mengandung spora bakteri yang disebut Bacillus cereus. Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan. Spora Bacillus cereus dapat bertahan hidup setelah dimasak. Makin lama nasi yang dimasak dibiarkan pada suhu ruangan, makin besar kemungkinan bakteri atau racun akan membuat nasi tidak aman untuk dimakan.

6. ASI atau susu formula

Microwave dapat menghangatkan botol ASI secara tidak merata, menciptakan titik panas yang dapat menyebabkan luka bakar parah pada bibir dan tenggorokan bayi.

Risiko karsinogen yang terkait dengan pemanasan plastik juga merupakan faktor lainnya. ASI dan susu formula harus dicairkan dan dimasak dalam panci di atas kompor atau dengan air panas yang mengalir.

7. Cabai

ilustrasi cabai iris (pixabay.com/Hans)

Bahan yang memberi rasa pedas pada cabai, kapsaisin, dilepaskan ke udara saat dihangatkan dengan microwave. Bahan kimia ini dapat membakar mata dan tenggorokan jika menyebar ke udara.

8. Anggur

Reaksi luar biasa terjadi saat buah anggur dimasukkan ke dalam microwave, khususnya terjadi saat anggur dibelah dua namun masih memiliki kulit.

Memanaskannya akan menciptakan plasma api putih panas. Menurut para ilmuwan, penyebabnya berkisar pada fakta bahwa microwave tidak memasak makanan secara merata.

Memanaskan anggur dalam microwave akan menciptakan kantong elektromagnetisme yang bisa berpotensi berbahaya di dapur rumah.

9. Kentang

ilustrasi kentang (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Untuk lauk sederhana, kamu bisa memasak kentang mentah dalam microwave dengan aman. Risiko muncul saat kamu mencoba memanaskan kembali kentang yang sudah matang.

Kentang bisa mengandung Clostridium botulinum, bakteri penyebab botulisme. Jika sudah matang dan tidak segera disimpan di lemari es, spora bakteri dapat berkembang.

Memanaskan kentang dengan microwave juga tidak akan membunuh bakteri, jadi kentang yang sudah berusa dua hari bisa menyebabkan sakit perut, dilansir Real Simple.

Untuk pencegahan, pindahkan kentang matang yang tidak akan dimakan ke dalam lemari es secepat mungkin. Jangan biarkan kentang tersebut ada pada suhu ruangan selama berjam-jam. Jika ingin memakannya lagi besok, panaskan dalam oven.

Jangan memanggang kentang dalam aluminium foil. Menurut penelitian, timah menangkap kelembapan dan mempercepat pertumbuhan spora di lingkungan yang hangat dan lembap (The Journal of Infectious Diseases, 1998).

10. Daging beku

Menggunakan microwave untuk mencairkan daging beku mungkin cepat dan mudah, tetapi distribusi panas yang tidak merata dapat menyebabkan beberapa area terlalu matang sementara area lainnya tetap beku.

Penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut memungkinkan bakteri tumbuh di area yang dingin, sehingga berpotensi menjadi sumber penyakit yang ditularkan melalui makanan. 

11. Air

ilustrasi segelas air putih (pexels.com/Lisa Fotios)

Berhati-hatilah saat memanaskan air dengan microwave karena pemanasan berlebihan dapat terjadi. Artinya, suhu air naik melebihi titik didih air (100 derajat Celcius).

Gerakan (seperti memindahkan dan mengeluarkan cangkir dari microwave) dapat menyebabkan semburan air panas yang mendidih dan kamu bisa terciprat, yang dapat menyebabkan luka bakar atau cedera serius.

12. Saus pasta tomat

Saat ingin memanaskan pasta sisa kemarin untuk makan siang hari ini, kamu memasukkan semangkuk saus tomat ke dalam microwave untuk dipanaskan selama beberapa menit.

Kemudian kamu mendengar suara letupan dan ketika selesai, microwave berlumuran saus merah. Ini bisa terjadi karena konsistensi saus tomat yang kental membuat partikel sulit bergerak dengan mudah, sehingga tekanan uap menumpuk di bawah permukaan hingga akhirnya meletus untuk mengeluarkan uap, dan akhirnya mengotori bagian dalam microwave.

Lebih baik panaskan saus di panci menggunakan kompor dan terus aduk saat saus memanas untuk melepaskan uap dan tekanan.

Hal yang paling penting untuk dipahami tentang microwave adalah, karena memanaskan dari luar ke dalam, bukan dari dalam ke luar, jadi panasnya tidak selalu menghancurkan mikroorganisme.

Akibatnya, makanan tertentu yang dipanaskan ulang dan rentan terhadap bakteri akan berisiko lebih tinggi membuat kamu sakit jika sel bakteri tersebut bertahan.

Meskipun menawarkan kemudahan, tetapi kamu harus waspada dan berhati-hati, mengutamakan keselamatan, dan meminimalkan risiko apa pun saat menggunakan microwave.

Referensi

"Cooking with Microwave Ovens." USDA. Diakses April 2025.
"Microwaves and safe food." Michigan State University. Diakses April 2025.
"Food safety to keep in mind when using the microwave." Michigan State University. Diakses April 2025.
"Microwave your foods safely." Medical Xpress. Diakses April 2025.
"Microwave Food Safety." Clemson University Cooperative Extension Service. Diakses April 2025.
S.J. Hur, G.B. Park, and S.T. Joo, “Formation of Cholesterol Oxidation Products (COPs) in Animal Products,” Food Control 18, no. 8 (September 23, 2006): 939–47, https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2006.05.008.
M. Echarte, Diana Ansorena, and Iciar Astiasarán, “Consequences of Microwave Heating and Frying on the Lipid Fraction of Chicken and Beef Patties,” Journal of Agricultural and Food Chemistry 51, no. 20 (August 20, 2003): 5941–45, https://doi.org/10.1021/jf0345245.
"Home food fact checker." Food Standards Agency. Diakses April 2025.
K. M. Johnson, C. L. Nelson, and F. F. Busta, “Germination and Heat Resistance of Bacillus Cereus Spores From Strains Associated With Diarrheal and Emetic Food‐Borne Illnesses,” Journal of Food Science 47, no. 4 (July 1, 1982): 1268–71, https://doi.org/10.1111/j.1365-2621.1982.tb07663.x.
"8 Foods You Should Never Put in the Microwave." Eating Well. Diakses April 2025.
"Leftover Food Dangers and How to Avoid Them." WebMD. Diakses April 2025.
Frederick J. Angulo, Jonathan Getz, et al. "A Large Outbreak of Botulism: The Hazardous Baked Potato." The Journal of Infectious Diseases, Volume 178, Issue 1, July 1998, Pages 172–177, https://doi.org/10.1086/515615

Editorial Team