ilustrasi frozen food (commons.wikimedia.org/CHAIUyanmt Geiwsizo)
Kalau kamu sering menggunakan microwave untuk menghangatkan makanan, kamu mungkin memperhatikan bahwa saat memakannya, beberapa bagian makanan terasa sangat panas, sementara bagian lainnya suam-suam kuku alias panasnya tidak menyeluruh.
Ternyata, itu karena microwave, meskipun efektif dalam menghangatkan makanan dengan cepat, tetapi tidak memanaskannya secara merata. Ini bukan cuma mengurangi pengalaman makan, tetapi juga bisa menimbulkan masalah karena proses memasak yang tidak merata tidak secara efektif menghilangkan bakteri apa pun yang mungkin ada dalam makanan.
Selain adanya titik dingin, microwave dilaporkan juga tidak memanaskan makanan beku seperti halnya metode pemanasan lainnya. Ini karena molekul air yang ditemukan dalam makanan beku tidak dapat digerakkan oleh kristal es, sehingga panas tidak dapat didistribusikan ke seluruh makanan secara efektif.
Bahkan microwave yang dilengkapi meja putar mungkin tidak bia memanaskan makanan dengan baik, dan bakteri bia terus hidup di dalam makanan beku setelah dipanaskan kembali di dalam microwave.
Jika bakteri sampai masuk ke dalam tubuh lewat makanan tersebut, kamu bisa mengalami keracunan makanan, yang biasanya menyebabkan mual, muntah, demam, dan diare.
Untuk membantu menghindari bakteri hidup titik-titik dingin pada makanan, Clemson University's Home & Garden Information Center merekomendasikan untuk mengaduk atau memutar makanan di tengah proses pemanasan/pemasakan, dan membalik makanan yang berukuran besar untuk mencegah adanya titik-titik dingin pada makanan tempat bakteri berbahaya bisa bertahan hidup.
Kamu juga direkomendasikan untuk memanaskan makanan dalam microwave hingga mencapai setidaknya 74 Celcius, serta memberikan waktu tunggu, yaitu saat makanan terus mengalami proses masak bahkan setelah microwave mati.