Pada 5 Juni, seorang dokter yang juga seorang konten kreator di TikTok asal Amerika Serikat (AS), Dr. Brian Boxer Wachler, MD, ikut mengomentari video Shapla. Brian mengklaim telah mencobanya dan berhasil. Namun, ia menambahkan bahwa klaim ini baru teruji pada hewan, bukan pada manusia.
Studi hewan tersebut dilakukan di Korea Selatan, bertajuk "Sleep-inducing effect of lettuce (Lactuca sativa) varieties on pentobarbital-induced sleep". Dimuat dalam jurnal Food Science Biotechnology tahun 2017, selada romaine merah dikatakan dapat meningkatkan durasi tidur pada tikus.
"Selada romaine adalah pemicu tidur potensial karena mengandung antioksidan fenolik yang melindungi dari stres oksidatif akibat gangguan tidur," papar penelitian tersebut.
selada romaine merah (specialtyproduce.com)
Dilansir Everyday Health, ada beberapa faktor mengapa penelitian tersebut sebenarnya tidak bisa dijadikan acuan. Pertama, ekstrak selada romaine bukan membuat tikus tertidur, melainkan membuat mereka tidur lebih lama. Selain itu, para tikus disuntik dengan obat penenang, sehingga saat ekstrak selada diberikan, mereka cepat tertidur.
Kedua, penelitian ini bukan untuk membuktikan keampuhan ekstrak selada dalam memicu kantuk, melainkan untuk membandingkan efek pemicu kantuk antara selada hijau dan merah. Di akhir penelitian, setiap tikus yang tidak tidur dalam waktu 15 menit setelah injeksi tidak dimasukkan ke analisis akhir.
Ketiga, penelitian ini hanya membandingkan durasi dan latensi tidur pada kelompok tikus dengan ekstrak selada, tetapi mengabaikan kelompok tikus plasebo. Maka dari itu, penelitian ini tidak menjawab apakah faktor lain seperti obat penenang berkontribusi pada durasi dan latensi tidur pada tikus.