ilustrasi balita (pexels.com/Kha Ruxury)
Teh manis kerap menjadi jurus andalan masyarakat Indonesia untuk dinikmati dalam segala kondisi. Tidak jarang minuman tersebut diberikan kepada balita dan anak-anak sebagai ganti air putih ataupun susu.
Meski bermanfaat bagi orang dewasa, teh tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak. Kandungan tanin, fitat, kafein, dan sejumlah hal lain dalam teh menjadi alasannya.
Tanin dan fitat yang ada dalam teh dapat memengaruhi penyerapan zat besi. Padahal, zat besi sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Senyawa tersebut penting, terutama pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun.
Memberikan teh kepada balita, apalagi sampai menjadikannya sebagai pengganti ASI atau susu, bisa sangat berdampak. Hal itu dapat membuat bayi atau anak-anak mengalami beberapa hal berikut:
- Pucat dan lemah
- Nafsu makan sedikit dan mudah lelah
- Berat badan buruk
- Infeksi saluran pernapasan dan usus
- Mengalami gangguan makan pica.
Dalam jangka panjang, kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang membawa oksigen. Ketika hal itu terus terjadi, akan memicu anemia defisiensi besi.
Belum lagi gula yang terkandung dalam teh manis. American Heart Association menyebutkan bahwa anak usia kurang dari 2 tahun tidak boleh mengonsumsi gula sama sekali. Pasalnya, konsumsi gula pada awal kelahiran berpotensi memicu obesitas, tekanan darah tinggi, hingga diabetes tipe-2.