unsplash.com/Sandy Millar
Beberapa ahli menerangkan bahwa bau badan dapat diturunkan secara genetik. Ian Day, seorang ahli epidemiologi genetika di Universitas Bristol (2013) mengungkapkan bahwa beberapa tahun yang lalu para ilmuwan menemukan bahwa gen yang disebut ABCC11 menentukan apakah orang menghasilkan kotoran telinga ‘basah’ atau ‘kering’.
Yang menarik, orang-orang yang memproduksi kotoran telinga versi ‘kering’ juga 'kekurangan' zat kimia di ketiak mereka yang jika diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau ketiak.
Ian Day melanjutkan, ada juga populasi tertentu yang tidak memiliki ‘bakat’ bau badan. Pada populasi Eropa, ada sekitar dua persen orang yang ‘memiliki lebih sedikit’ gen untuk bau badan. Kemudian, sebagian besar orang Asia Timur, dan hampir semua orang Korea tidak memiliki 'bakat' bau badan.
Sedangkan, ahli bedah plastik asal Shanghai, Mao, dkk (2008) menyebutkan bahwa pasien bromhidrosis memiliki jumlah dan atau ukuran kelenjar apokrin yang lebih besar, sehingga sekresi kelenjar keringat juga lebih besar yang berpengaruh pada risiko bau badan yang lebih tinggi.
Mao, dkk melanjutkan bahwa penderita bromhidrosis lebih banyak ditemukan pada populasi kulit hitam, misalnya populasi turunan Afrika-Amerika. Namun, bromhidrosis pada dasarnya bisa menimpa semua ras, dan usia.
Seperti yang dilansir dari laman Washington Post, diberitakan bahwa seorang kulit putih keturunan Yahudi dipaksa turun dari pesawat American Airlines oleh para awak dikarenakan banyak penumpang yang melakukan komplain berkenaan dengan bau badan dari orang tersebut.