ilustrasi merokok (unsplash.com/Brusk Dede)
Berdasarkan laporan Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) berjudul The Tobacco Control Atlas, jumlah perokok dewasa di Indonesia adalah 65 juta jiwa, dan 16 juta perokok anak-anak hingga remaja. Dengan tindakan pengendalian tembakau yang lemah, Indonesia adalah "favorit" industri rokok.
Melansir dari Siaran Pers Komnas Pengendalian Tembakau pada 15 September 2020 lalu, jumlah perokok di Indonesia saat ini sekitar 75 juta orang. Dalam rilis tersebut disebut juga bahwa menurut survei, responden memiliki pengeluaran tetap untuk membeli rokok semasa pandemik, bahkan meningkat sebanyak 13,1 persen.
Sementara itu, dari jumlah batang yang diisap, mayoritas responden yang merokok (50,2 persen) mengaku tetap merokok dan bahkan konsumsinya meningkat sebanyak 15,2 persen selama masa pandemik. Ironis bukan bahwa di masa pandemik seperti ini terjadi lonjakan jumlah perokok maupun peningkatan konsumsinya?
Melansir laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), perokok memiliki risiko lebih besar terhadap infeksi COVID-10. Seperti yang kita ketahui, kebiasaan merokok memiliki berbagai macam risiko terhadap infeksi saluran pernapasan seseorang.
Kebanyakan perokok berpikir bahwa penularan coronavirus terjadi melalui udara dan bisa dari asap rokok yang mereka keluarkan. WHO sendiri belum memastikan kepastian tentang COVID-19 tertular secara airborne, tetapi kebiasaan merokokmu itulah yang bisa membuka jalan virus tersebut masuk ke dalam tubuhmu.
Merokok berarti merusak paru-paru, yang menyebabkan saluran pernapasan terganggu, bahkan dapat menimbulkan flek di dalam paru-paru. Ketika terjadi infeksi di dalam saluran pernapasanmu, hal ini dapat membuat antibodi kamu melemah. Jika antibodi kamu melemah, berhati-hatilah akan ancaman COVID-19. Hal ini berarti, ketika kamu merokok di masa pandemik ini, sama saja kamu membiarkan tubuhmu dimasuki COVID-19.
Maka dari itu, inilah saat yang tepat untuk berhenti merokok demi tubuh yang lebih sehat. Kamu bisa mencoba cara-cara berikut ini: