Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi multitasking (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Sesuai namanya, multitasking adalah kemampuan untuk mengerjakan lebih dari satu aktivitas pada waktu bersamaan. Sebenarnya, yang kerap dilakukan adalah mengerjakan banyak pekerjaan namun berpindah-pindah, yang disebut task-switching. Namun, istilah tersebut langsung disamakan dengan multitasking.

Dengan teknologi yang selalu berada di genggaman tangan, kita bisa melakukan berbagai aktivitas seperti membalas pesan, main gim, hingga menonton video sambil melakukan hal lain seperti berinteraksi dengan lain atau sambil makan.

Pada zaman yang serba cepat ini, keahlian multitasking amat dibutuhkan. Malah, kemampuan ini dianggap sebagai salah satu nilai plus. Tak hanya produktif, kebanyakan orang menganggap kalau multitasking adalah tanda kejeniusan.

Berita buruknya, riset justru berkata lain. Multitasking bisa berbahaya untuk jiwa dan ragamu, lo! Apa saja bahayanya? Buat para multitasker, simak baik-baik dan pertimbangkan ulang untuk terus melanjutkan kebiasaan ini.

1. Multitasking bisa mengaburkan emosi dan daya pikirmu

ilustrasi multitasking (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut penelitian gabungan dari Singapura dan Britania Raya tahun 2014 berjudul "Higher Media Multi-Tasking Activity Is Associated with Smaller Gray-Matter Density in the Anterior Cingulate Cortex" dalam jurnal PLOS One tahun 2014, disebutkan kalau para multitasker memiliki kepadatan materi abu-abu yang lebih kecil di anterior cingulate cortex (ACC), bagian otak yang mengatur emosi dan fungsi kognitif.

Riset tersebut menyebut bahwa individu yang terlibat dalam lebih banyak aktivitas multitasking media memiliki volume materi abu-abu yang lebih kecil pada bagian ACC. Hal ini juga mungkin bisa menjelaskan kinerja kontrol kognitif yang buruk dan mengakibatkan sosio-emosional negatif.

2. Ada ancaman cepat pikun dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari

Editorial Team

Tonton lebih seru di