ilustrasi menyimpan dendam (pexels.com/Keira Burton)
Alih-alih memaafkan dan melupakan, kadang kita merasa marah dan menyimpan dendam pada orang-orang yang telah menyakiti hati kita. Selain terus mengingat peristiwa masa lalu dan emosi negatif yang terkait dengannya, mendendam, apalagi dalam waktu lama, juga bisa memiliki dampak negatif bagi kesehatan.
Studi dalam jurnal Health Psychology tahun 2018 menemukan bahwa orang dewasa yang menahan amarah dan permusuhan selama satu dekade mengalami penurunan kognitif yang lebih besar daripada mereka yang lebih cenderung memaafkan.
Penelitian lainnya dalam Social Psychological and Personality Science tahun 2014 menyebut, partisipan penelitian yang memikirkan konflik di mana mereka tidak memaafkan seseorang mencetak skor yang lebih buruk pada tes kebugaran fisik daripada partisipan yang mengingat masa-masa mereka memaafkan orang lain. Mereka yang mendendam juga lebih cenderung berpikir "sebuah bukit tampak lebih curam" daripada kelompok pemaaf.
Coba pikirkan sejenak tentang dendam yang masih kamu simpan. Biasanya detak jantung akan meningkat, tekanan darah naik, dan otot mengencang. Itu mirip dengan apa yang dialami tubuh saat stres.
Dilansir UW Medicine, stres adalah hal yang kuat, yang dapat berkontribusi pada masalah memori, masalah tidur, bahkan kondisi kesehatan yang serius. Ketika dibiarkan untuk waktu yang lama—seperti saat menyimpan dendam— segalanya menjadi lebih buruk.
Ketika stres meningkat, produksi hormon kortisol meningkat dan mengalami berbagai respons stres. Bila kamu memikirkan pengalaman negatif yang disimpan dalam pikiran dari dendam, bayangkan bagaimana hal itu dapat menyebabkan stres bertambah seiring waktu.
Menurut penelitian dalam jurnal Clinical Endocrinology tahun 2009, memiliki kadar kortisol yang tinggi dari waktu ke waktu sangat terkait dengan peningkatan risiko kematian.