Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pixabay.com/pexels
pixabay.com/pexels

Selain menjadi kebutuhan hidup karena penting bagi bahan bakar proses metabolisme, makan adalah kesempatan untuk memanjakan lidah dengan hidangan lezat.

Berbagai makanan mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh. Namun, tahukah kamu bahwa ada juga yang disebut sebagai zat antigizi? Nah, zat antigizi ini dapat mengganggu penyerapan nutrisi ke dalam tubuh saat kamu makan, lho!

Zat antigizi sendiri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu antivitamin, antivitamin, antiprotein, dan antimineral--sesuai dengan mekanisme zat gizi apa yang terdampak pada proses penyerapannya. Yuk, ketahui apa saja zat antigizi tersebut, sehingga kamu bisa menghindarinya!

1. Thiaminase

pixabay.com/Giada_jn

Dilansir dari jurnal medis "International Journal of Research in Applied, Natural and Social Sciences," thiaminase merupakan enzim yg mampu merusak tiamina (vitamin B1).

Thiaminase menyebabkan vitamin B1 tidak bisa dicerna dengan baik oleh tubuh, sehingga tubuh berisiko mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin B1. Thiaminase banyak terdapat di hewan air seperti ikan, udang, siput, kerang, dan cumi.

Namun, bukan berarti kamu tidak boleh mengonsumsi makanan-makanan tersebut. Dengan proses pemanasan dan mengurangi konsumsi makanan mentah, thiaminase hampir dapat dinonaktifkan.

2. Avidin

Pixabay/Couleur

Avidin terdapat pada putih telur. Studi literatur oleh Vivi Triana dalam "Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas" dari Universitas Andalas, Sumatra Barat, menyebutkan, avidin dapat mengikat biotin, sehingga mencegah penyerapannya oleh tubuh dan berisiko menimbulkan defisiensi biotin.

Untuk mengurainya, avidin bisa dihancurkan oleh panas. Inilah salah satu hal yang membuat telur harus dimasak dulu sebelum disantap.

3. Antitripsin

pixabay.com/bigfatcat

Seperti dikutip dari jurnal medis "agriTECH" yang diterbitkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, antitripsin adalah jenis protein yang menghambat kerja enzim tripsin dalam tubuh. Akibatnya, zat tersebut mengurangi daya cerna protein dan penyerapannya.

Antitripsin secara alami ada dalam kacang-kacangan, terutama kacang kedelai. Jangan cemas, dampak negatif senyawa tersebut bisa dihilangkan dengan cara perendaman dan pemanasan.

4. Asam fitat

pixabay.com/heecehil

Senyawa antigizi asam fitat dapat mengikat elemen mineral, terutama seng, kalsium, magnesium, dan besi.

Asam fitat juga mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein. Hal ini menyebabkan mineral dan protein tidak dapat diserap tubuh, atau nilai cernanya rendah.

Banyak terkandung dalam kacang-kacangan, terutama kacang kedelai, tetapi kandungan asam fitat bisa dimusnahkan dengan proses fermentasi (misalnya pada pembuatan kecap, tempe, tauco), perkecambahan, dan perendaman dalam air hangat.

5. Tanin

pixabay.com/falconp4

Tanin adalah senyawa polifenol yang dapat mengikat zat besi non-heme (bersumber dari tanaman), sehingga menurunkan penyerapannya di dalam tubuh.

Bersumber dari "Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia" oleh Marina dkk. dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan, konsumsi senyawa tanin berkaitan erat dengan status hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut oksigen) sebagai faktor penentu penyebab anemia.

Tanin banyak terdapat dalam teh dan kopi. Jadi, sebaiknya jangan meminumnya bersamaan dengan makanan sumber zat besi, ya!

Itu dia zat antigizi yang mungkin tanpa sadar sering kamu konsumsi.

Jangan cemas, zat antigizi tidak bersifat toksik. Pencegahan seperti pemasakan dan mengurangi konsumsi makanan mentah dapat membantu tubuh menyerap nutrisi dari makanan secara optimal.

Nah, agar kesehatan tubuh senantiasa terjaga, selalu terapkan pola makan sehat bergizi seimbang dan rutin olahraga, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team