Low-fat vs Low-carb, Mana Diet Terbaik untuk Turunkan Berat Badan?

Para pejuang diet, sudah berapa banyak kira-kira jenis diet yang pernah kamu coba, atau minimal kamu dengar? Tentu tak hanya dua atau tiga jenis bukan? Mulai dari diet keto, Mediterania, vegan, hingga berpuasa.
Dengan begitu banyak model diet yang ada, bukan perkara mudah untuk menentukan program manakah yang cocok dan efektif untuk dilakukan seseorang, dan mana yang tidak.
Biasanya, permasalahan yang sering menyebabkan para pelaku diet merasa dilema adalah, menentukan antara konsumsi makanan yang rendah lemak (low-fat), atau makanan rendah karbohidrat (low-carb).
Para peneliti dari Stanford University School of Medicine baru-baru ini berusaha melakukan penelitian, untuk menemukan jawaban dan aspek kunci terkait best diet. Apakah itu adalah low-fat atau low-carb yang lebih efektif? Berikut ulasannya.
1. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu satu tahun, dengan jumlah 609 peserta
Penelitian tersebut diawali dengan meminta para peserta yang usianya antara 18-50, yang tak memiliki catatan penyakit diabetes, untuk melakukan diet yang telah ditentukan selama dua bulan pertama.
Diet itu berupa pembatasan konsumsi lemak 20 gram per hari, untuk para peserta diet low-fat, serta karbohidrat maksimal 20 gram pula untuk kelompok diet low-carb.
Setelah 2 bulan, peserta kemudian diminta menambah asupan lemak atau karbohidrat sedikit demi sedikit. Penambahan tersebut dilakukan agar peserta menemukan pola, serta kadar asupan sesuai kenyamanan dan keseimbangan gizi masing-masing.
Dalam percobaan ini, peserta tidak dibatasi untuk mengonsumsi kalori dalam jumlah tertentu. Peneliti hanya meminta agar mereka mengonsumsi makanan padat nutrisi, memaksimalkan asupan sayuran, serta mengurangi konsumsi gula tambahan, tepung halus, dan lemak trans.