Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita tersenyum (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi wanita tersenyum (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pernah mendengar ungkapan, “pikirkan yang baik-baik, maka yang baik akan datang”? Ternyata, ini bukan hanya sekadar kata-kata. Para ilmuwan sudah membuktikan bahwa berpikir positif benar-benar berdampak nyata terhadap kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Di tengah dunia yang penuh tekanan, berpikir positif bisa menjadi salah satu cara sederhana namun efektif untuk menjaga keseimbangan hidup. Otak kita, meski beratnya hanya sekitar 1,5 kilogram, memegang kendali besar atas kondisi tubuh dan pikiran. Ketika seseorang terbiasa menanggapi tantangan dengan sudut pandang optimis, bukan hanya suasana hatinya yang membaik, tapi tubuhnya pun ikut merasakan dampak positifnya.

Menariknya, banyak studi ilmiah dari jurnal terpercaya menunjukkan bahwa sikap mental positif bisa membantu menurunkan risiko penyakit kronis, menjaga fungsi otak, bahkan memperpanjang umur. Penasaran bagaimana hal ini bisa terjadi? Yuk, simak manfaat berpikir positif yang telah terbukti secara ilmiah!

ilustrasi wanita tersenyum (pexels.com/Matthias Cooper)

Hal-hal kecil yang mengganggu, seperti tumpahan kopi di pagi hari atau macet saat berangkat kerja, seringkali bisa mengacaukan mood seharian. Tapi, penelitian dari Journal of Neuroscience tahun 2021 menunjukkan bahwa orang yang mampu “move on” dari perasaan negatif lebih cepat, cenderung merasa lebih bahagia dan tenang dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam studi ini, peserta yang tidak larut dalam kekesalan terhadap kejadian buruk menunjukkan emosi negatif yang lebih sedikit dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, semakin cepat kamu bisa melepaskan pikiran buruk dan tidak membiarkan hal kecil merusak harimu, semakin sehat kondisi mentalmu.

2. Mengurangi kecemasan dan pikiran berlebihan

ilustrasi pria tersenyum (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Berpikir positif juga bisa jadi cara untuk melawan kecemasan. Dalam studi yang diterbitkan di Behaviour Research and Therapy tahun 2016, peneliti menemukan bahwa orang dengan gangguan kecemasan umum atau generalized anxiety disorder yang dilatih untuk mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif mengalami penurunan tingkat kekhawatiran secara signifikan.

Cara kerjanya cukup sederhana, yaitu saat mulai khawatir, bayangkan hal terbaik yang mungkin terjadi, lalu ucapkan dalam kalimat afirmatif. Beberapa peserta bahkan menulis skenario positif dalam jurnal. Hasilnya? Mereka tak hanya merasa lebih tenang, tapi juga lebih optimis dalam menghadapi hidup.

3. Pandangan positif terhadap penuaan bisa memperpanjang umur

Merasa takut menua? Coba ubah sudut pandangmu. Sebuah studi dari Journal of Gerontology tahun 2018 membuktikan bahwa orang usia 50 tahun ke atas yang memiliki persepsi positif terhadap proses penuaan memiliki kadar peradangan tubuh yang lebih rendah. Peradangan kronis sendiri merupakan faktor risiko berbagai penyakit, termasuk jantung dan diabetes.

Studi lanjutan dalam Aging Research Journal juga menunjukkan bahwa mereka yang berpikiran positif tentang hidup dan masa tua memiliki risiko kematian lebih rendah dalam periode 35 tahun. Artinya, orang yang menerima penuaan sebagai proses alami dan tetap semangat menjalani hidup punya peluang lebih besar untuk hidup lebih lama dan lebih sehat.

4. Melindungi kesehatan jantung

ilustrasi wanita tersenyum (pexels.com/Mikhail Nilov)

Cara kita berpikir ternyata bisa berdampak langsung pada kesehatan jantung. Tinjauan dalam Journal of the American College of Cardiology tahun 2018 menyimpulkan bahwa orang yang lebih optimis cenderung memiliki gaya hidup lebih sehat, seperti rajin olahraga, makan buah dan sayur, serta menghindari rokok dan makanan tinggi gula.

Studi lain dari American Journal of Epidemiology tahun 2017 yang melibatkan lebih dari 70.000 wanita lansia juga menemukan bahwa mereka yang berpikiran positif memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung 38% lebih rendah dan risiko stroke 39% lebih rendah dibandingkan mereka yang cenderung pesimis. Optimisme terbukti menjadi pelindung alami bagi jantung.

5. Meningkatkan fungsi otak

ilustrasi wanita tersenyum (pexels.com/Katii Bishop)

Pernah merasa “blank” saat stres atau merasa otakmu sulit fokus saat sedang tertekan? Itu karena emosi negatif bisa mengganggu kerja otak. Namun, penelitian dari Stanford University tahun 2018 membuktikan bahwa sikap positif terhadap tantangan, bahkan terhadap hal yang tidak disukai, seperti matematika mampu meningkatkan aktivitas di bagian otak yang berperan dalam pembelajaran dan memori, yaitu hipokampus.

Dengan kata lain, jika kamu bersikap terbuka dan positif terhadap hal baru, meski sulit, otakmu akan bekerja lebih aktif dan fokus. Hasilnya, kemampuan belajar pun meningkat. Jadi, mulai sekarang, cobalah bersikap positif bahkan terhadap tugas yang menantang.

6. Memperlambat penurunan daya ingat

ilustrasi wanita tersenyum (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Salah satu ketakutan terbesar saat menua adalah kehilangan ingatan. Tapi kabar baiknya, sebuah studi panjang selama sembilan tahun yang dimuat dalam Journal of Gerontology tahun 2020 menyatakan bahwa orang yang memiliki “afek positif”, yaitu perasaan seperti semangat, damai, bangga, dan bahagia cenderung mengalami penurunan memori yang lebih lambat.

Para peneliti menekankan bahwa menjaga emosi tetap positif dari hari ke hari bukan hanya bermanfaat untuk suasana hati, tetapi juga membantu menjaga ketajaman otak seiring bertambahnya usia.

Berpikir positif bukan sekadar tren motivasi, ini adalah strategi hidup sehat yang terbukti secara ilmiah. Dengan mengubah cara kita merespons tantangan, kita tak hanya memperkuat mental, tapi juga membantu tubuh bekerja lebih optimal. Yuk, mulai hari ini, biasakan melihat sisi baik dari setiap situasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team