Biji dan daun kelor kaya akan senyawa yang mengandung belerang yang disebut glukosinolat, yang mungkin memiliki sifat antikanker. Dilansir Healthline, studi tabung reaksi telah menunjukkan bahwa glukosinolat dari biji kelor dapat menghambat pertumbuhan sel kanker prostat manusia.
Studi juga berspekulasi bahwa kelor dapat membantu mencegah hiperplasia prostat jinak (BPH). Kondisi ini biasanya menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia pria dan ditandai dengan pembesaran prostat, yang dapat membuat sulit buang air kecil.
Dalam satu studi dalam jurnal BMJ (2018), tikus diberikan ekstrak daun kelor sebelum diberikan testosteron setiap hari selama empat minggu untuk menginduksi BPH. Pemberian ekstrak daun kelor ditemukan secara signifikan mengurangi berat prostat. Ekstrak tersebut juga ditemukan mengurangi kadar antigen spesifik prostat, protein yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Tingkat antigen yang tinggi ini mungkin merupakan tanda kanker prostat.
Studi dalam jurnal Therapeutic Advances in Urology (2016) juga menunjukkan bahwa kelor menurunkan kadar testosteron pada tikus yang diobati. Pada manusia, kadar testosteron yang rendah dapat mengurangi gairah seks dan fungsi ereksi, menyebabkan hilangnya massa otot, dan menyebabkan depresi. Akan tetapi, penurunan testosteron ini juga dapat mengganggu efektivitas terapi penggantian testosteron pada pria dengan kadar testosteron rendah.
Meskipun demikian, penelitian pada manusia diperlukan untuk menentukan apakah kelor memiliki efek menguntungkan pada kesehatan prostat atau menurunkan testosteron pada pria.