Untuk mempelajari masalah ini, para peneliti di NNF Center for Basic Metabolic Research di Universitas Kopenhagen, Denmark, menggunakan dua penelitian besar tentang keturunan Eropa.
Penelitian ini melibatkan 1,2 juta orang yang mulai merokok dan lebih dari 450.000 orang yang merupakan perokok seumur hidup. Mereka juga memiliki data distribusi lemak tubuh untuk penelitian yang melibatkan lebih dari 600.000 orang.
Mengutip dari laman Healthline, peneliti menggunakan metode pengacakan Mendelian untuk melihat apakah merokok menyebabkan peningkatan lemak tubuh.
Metode ini menggabungkan hasil dari studi genetik yang berbeda untuk mencari hubungan sebab akibat antara merokok dengan peningkatan lemak perut.
Studi menggabungkan beberapa hasil genetik dari orang-orang keturunan Eropa mengenai hubungan merokok dengan ukuran distribusi lemak tubuh, misalnya rasio pinggang-pinggul atau lingkar pinggang dan pinggul.
Mereka pertama kali mengamati studi genetik untuk menentukan gen apa yang terkait dengan merokok dan distribusi lemak tubuh. Peneliti kemudian menggunakan informasi ini untuk melihat apakah orang-orang dengan gen yang terkait dengan merokok juga memiliki distribusi lemak tubuh yang berbeda.
Peneliti menggunakan studi genetik sebelumnya untuk mengidentifikasi gen mana yang terkait dengan kebiasaan merokok dan distribusi lemak tubuh. Mereka juga menggunakan informasi genetik ini untuk menentukan apakah orang dengan gen yang terkait dengan merokok cenderung memiliki distribusi lemak tubuh yang berbeda.
Terakhir, mereka juga memperhitungkan pengaruh lain, seperti konsumsi alkohol atau latar belakang sosial ekonomi untuk memastikan bahwa hubungan apa pun yang ditemukan antara merokok dengan lemak tubuh benar-benar disebabkan oleh kebiasaan itu sendiri, bukan karena faktor lain.