Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Salah satu cara untuk menurunkan berat badan adalah dengan menerapkan pola makan atau diet tertentu. Seperti yang kita tahu, saat ini banyak sekali program diet yang bermunculan, termasuk berbagai informasi seputar program penurunan berat badan. Sayangnya, tak sedikit informasi merupakan mitos yang tidak didukung dengan fakta medis atau malah bisa membahayakan.

Supaya tidak teperdaya, yuk, kenali apa saja mitos yang beredar seputar penurunan berat badan dan ketahui faktanya. 

1. Makanan rendah lemak menurunkan berat badan

Default Image IDN

Saat diet, banyak orang yang beralih mengonsumsi produk dengan label rendah lemak atau bahkan tanpa lemak. Namun, produk-produk seperti ini sering kali dikompensasi dengan penambahan garam atau gula. Intinya, cek kemasan produk sebelum membelinya.

Selain itu, penting juga untuk mengetahui bahwa label "reduced fat" tidak sama dengan "low fat", tetapi kandungan lemak suatu produk lebih rendah daripada versi full fat.

2. Mengonsumsi suplemen untuk menurunkan berat badan

pexels.com/@jeshoots-com-147458

Terdapat beberapa produk suplemen yang mengklaim bisa membantu tubuh membakar lemak. Nyatanya, umumnya ini tidak efektif, berpotensi bahaya, atau keduanya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) melaporkan bahwa mereka telah menemukan ratusan produk yang dipasarkan sebagai suplemen makanan tetapi sebenarnya mengandung bahan aktif tersembunyi, yang terkandung dalam obat resep, bahan tidak aman dalam obat yang telah ditarik dari pasaran, atau senyawa yang belum cukup diteliti efeknya pada manusia.

Contoh bahan tersembunyi yang ditemukan dalam beberapa produk termasuk bahan aktif yang terkandung dalam obat kejang, obat tekanan darah, dan antidepresan.

3. Ingin menghilangkan lemak di area tertentu

pixabay.com/publicdomainpictures-14

Beberapa orang ingin mengusir lemak di area tertentu tubuh, seperti di paha atau perut. Kenyataannya, penargetan seperti ini tak mungkin dilakukan. Semua bagian tubuh merespons penurunan berat badan secara berbeda, dan kita tidak bisa memilih lemak tubuh bagian mana yang akan diusir terlebih dulu.

Namun, jika penurunan berat badan dibarengi dengan olahraga untuk mengencangkan area tubuh tertentu, ini dapat memberikan kesan penurunan berat badan yang lebih spesifik untuk wilayah tubuh tertentu.

4. Melewatkan sarapan

ilustrasi diet (pexels.com/@freestockpro)

Dianggap bisa mengurangi asupan kalori, tetapi sebetulnya melewatkan sarapan tidak membantu menurunkan berat badan. Ini cuma mitos!

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2010 menganalisis asupan makanan pada 2.184 orang usia 9-15 tahun. Dua puluh tahun kemudian, tim peneliti kembali menanyakan daftar pertanyaan yang sama.

Mereka membandingkan data dari orang-orang yang melewatkan sarapan semasa kecil dan dewasa, dengan data dari partisipan yang tidak pernah "bolos" sarapan atau hanya melakukannya saat dewasa.

Dibandingkan dengan kelompok lainnya, partisipan yang melewatkan sarapan baik pada masa kanak-kanak maupun dewasa cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar, kadar insulin puasa yang lebih tinggi, serta kadar kolesterol total yang juga lebih tinggi.

Kadang, orang-orang yang tidak sarapan akan makan lebih banyak selama sisa harinya untuk mengatasi defisit. Namun, studi dalam jurnal Physiology & Behavior tahun 2013 menemukan bahwa tidak sarapan tidak membuat seseorang makan lebih banyak saat makan siang. Tim peneliti menyimpulkan bahwa tidak sarapan mungkin efektif untuk mengurangi asupan energi harian pada beberapa orang dewasa.

Meski demikian, tim peneliti hanya memonitor asupan makanan partisipan saat makan makan siang, tidak saat makan malam. Selain itu, partisipan studi tersebut hanya 24 orang.

Studi dalam jurnal European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007 melibatkan lebih dari 25.000 remaja, meneliti hubungan antara melewatkan sarapan dan kelebihan berat badan. Tim peneliti juga menilai peran asupan alkohol dan tingkat gerak tubuh yang tidak aktif. Ditemukan bahwa tidak sarapan memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kelebihan berat badan daripada konsumsi alkohol atau tingkat ketidakaktifan.

Tinjauan sistematis dan metaanalisis yang dimuat dalam jurnal Obesity Research & Clinical Practice tahun 2020 pun menemukan hal serupa. Setelah menganalisis hasil dari 45 studi, tim peneliti menyimpulkan bahwa melewatkan sarapan berhubungan dengan kelebihan berat badan atau obesitas, dan tidak sarapan meningkaktan risiko kelebihan berat badan atau obesitas.

 

5. Tidak boleh ngemil

pexels.com/@daria

Beberapa dari kita mungkin sering mendengar bahwa lebih baik makan berat daripada mengonsumsi makanan ringan atau snack berulang kali. Pemikiran seperti itu mungkin benar jika snack yang dikonsumsi mengandung minyak dan gula yang berlebihan.

Akan tetapi, konsumsi snack yang sehat seperti buah-buahan dan yoghurt rendah lemak di sela waktu makan dapat mencegah keinginan untuk makan dengan porsi lebih banyak saat makan.

Itulah lima mitos yang beredar seputar penurunan berat badan. Agar dietmu berhasil, diperlukan pengaturan pola makan sehat bergizi seimbang dan dibarengi olahraga rutin agar hasilnya maksimal. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter spesialis gizi dan/atau instruktur olahraga agar progam penurunan berat badan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team