Apalagi yang pernah mengalaminya, pasti paham kalau berhenti merokok (konvensional) itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan, kalau berhenti, ada kemungkinan mengalami depresi.
Lantas apakah hal tersebut berlaku juga dengan pengguna vape? Menurut Jed Magen, DO, MS, dari Michigan State University, AS, kemungkinan pemakai vape juga mengalaminya. Mengingat vape memiliki kandungan nikotin, maka pemakainya akan mudah ketagihan dan mengalami kesulitan untuk berhenti.
Jen menyarankan, kalau kamu mau stop nge-vape, mulailah dengan mengunyah permen karet nikotin, konsumsi obat seperti bupropion atau varenicline (harus dipantau oleh dokter), bergabung dalam support group untuk mendapat dukungan sosial, serta konsultasi dengan dokter untuk meminimalkan gejala depresi.
Rokok elektrik awalnya disebut-sebut sebagai alternatif rokok konvensional. Namun, dari tahun ke tahun, bahayanya kian terlihat.
Dilansir Medical Xpress, spesialis perawatan tembakau bersertifikat sekaligus direktur Center for Tobacco Control at Northwell Health, AS, menjelaskan bahwa orang yang depresi karena mencoba untuk berhenti merokok kemungkinan butuh perawatan khusus.
Pilihan hidup sehat merupakan jalan terbaik untuk memperbaiki kualitas diri baik dari segi kesehatan fisik maupun mental. Kalau kamu ingin keluar dari jerat rokok, baik rokok konvensional maupun elektrik, bulatkan tekad dan yakinlah bahwa kamu akan berhasil. Libatkan orang-orang di sekitarmu untuk membantumu beralih ke pola hidup yang lebih sehat.