Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Baru-baru ini beredar kabar mengenai adanya kasus gagal ginjal akut yang terjadi pada anak-anak di Gambia, Afrika. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa kasus tersebut diduga terkait dengan produk obat yang digunakan oleh anak-anak tersebut.

Kasus yang terjadi di Gambia tersebut membuat sebagian orang, terutama orang tua, menjadi khawatir. Pasalnya, di Indonesia juga terjadi kasus gangguan ginjal akut pada anak-anak sejak bulan Januari dan belum diketahui penyebabnya. 

Adanya obat yang diduga menyebabkan gagal ginjal akut pada anak di Gambia membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penelusuran terkait peredarannya di Indonesia.

1. Kasus gagal ginjal akut di Gambia diduga karena obat batuk yang terkontaminasi

ilustrasi anak-anak sakit (freepik.com/lifeforstock)

WHO memberikan peringatan terkait temuan obat yang terkontaminasi di Gambia. Beberapa obat tersebut diduga berkaitan dengan gagal ginjal akut dan 66 anak meninggal dunia di wilayah tersebut.

Untuk sementara, produk obat yang terkontaminasi tersebut hanya ditemukan di Gambia. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan produk tersebut telah didistribusikan melalui pasar informal ke wilayah atau negara lain.

 

2. Obat batuk sirop terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol

ilustrasi peneliti di laboratorium (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Terdapat empat sirop obat batuk dan pilek terkontaminasi yang diidentifikasi di Gambia. Keempat obat tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India. Menurut WHO, produsen belum memberikan jaminan keamanan dan kualitas produk tersebut kepada WHO.

Berdasarkan hasil analisis sampel, keempat sirop obat batuk dan pilek tersebut terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol dalam jumlah yang tidak dapat diterima. Obat yang terkontaminasi tersebut yaitu:

  • Promethazine Oral Solution.
  • Kofexmalin Baby Cough Syrup.
  • Makoff Baby Cough Syrup.
  • Magrip N Cold Syrup.

3. Efek yang ditimbulkan

ilustrasi anak sakit (freepik.com/pvproductions)

Menurut WHO, dietilen glikol dan etilen glikol merupakan bahan yang bersifat toksik atau beracun jika dikonsumsi oleh manusia dan dapat berakibat fatal. Beberapa efek yang ditimbulkan antara lain:

  • Nyeri perut.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Sakit kepala.
  • Tidak dapat berkemih.
  • Perubahan kondisi mental.
  • Gagal ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian.

4. WHO memperingatkan agar tidak menggunakan produk terkait

Default Image IDN

WHO menegaskan bahwa semua batch produk tersebut harus dianggap tidak aman sampai dapat dianalisis oleh otoritas pengatur terkait. Produk tersebut dianggap tidak aman untuk digunakan terutama pada anak-anak karena dapat menyebabkan cedera serius atau kematian.  

WHO merekomendasi agar semua negara mendeteksi dan mengeluarkan produk tersebut dari peredaran di wilayah masing-masing untuk mencegah bahaya pada orang lain. Apabila produk ditemukan di negara lain, otoritas kesehatan setempat diminta untuk segera menginfokan kepada WHO. Lebih lanjut, WHO meminta agar tidak menggunakan produk terkait.

5. Penjelasan BPOM terkait produk obat batuk yang terkontaminasi di Gambia

Adanya temuan obat batuk yang diduga mengakibatkan gagal ginjal akut dan kematian anak-anak di Gambia membuat sebagian orang khawatir. Maka dari itu, BPOM memberikan penjelasan pada tanggal 12 Oktober di laman resminya.

Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk terkait tidak terdaftar di Indonesia. Selain itu, produk lain dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd., India juga tidak ada yang terdaftar di BPOM.

BPOM mengimbau agar masyarakat tidak perlu resah menanggapi pemberitaan yang beredar. Apabila memerlukan informasi lebih lanjut dapat menghubungi apoteker, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya.

Sirop obat batuk dan pilek yang terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol, diduga terkait gagal ginjal akut dan kematian yang terjadi pada anak-anak di Gambia. Berdasarkan hasil penelusuran BPOM, baik produk terkait maupun produk lainnya dari produsen yang sama tidak beredar di Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team