ilustrasi orang merasa kedinginan (pexels.com/cottonbro)
Berada jauh di atas permukaan laut, tak heran jika suhu di gunung relatif lebih rendah. Pada kondisi seperti ini, kondisi hipotermia mengancam para pendaki. Hipotermia sendiri ialah kondisi di mana suhu tubuh menurun karena kehilangan panas yang drastis. Seseorang dikatakan hipotermia bila suhu tubuhnya kurang dari 35 derajat Celsius.
Menurut keterangan National Health Service (NHS), gejala hipotermia meliputi menggigil, kulit pucat kebiruan, napas melambat, bicara cadel, hingga kelelahan ekstrem. Saat tanda-tanda itu tampak, segera lakukan pertolongan pertama, sebagai berikut:
- Bawa korban ke tempat yang lebih hangat.
- Jika tidak tersedia rumah atau ruangan tertutup, lindungi tubuh korban dengan selimut atau kain tebal, khususnya di area leher dan kepala.
- Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat.
- Apabila ingin menghangatkan badannya dengan air panas, maka bungkus dengan selimut atau kain sebelum diberikan ke korban.
Proses menghangatkan tubuh harus difokuskan ke area tengah badan, di antaranya dada, leher, perut, dan area bawah perut. Jika tersedia, hangatkan dengan selimut elektrik. Ketika keadaannya mulai tenang, berikan minuman hangat yang manis dan tak mengandung alkohol.
Sebaliknya, jika kondisi pasien semakin kritis, segera berikan CPR kepada pasien. Tindakan ini diberikan ketika orang tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti tidak ada batuk, napas, maupun gerakan apa pun.
Selain itu, ada pula hal-hal yang harus dihindari ketika menghadapi pasien hipotermia. Berikut ini pantangannya:
- Jangan menghangatkan area lengan dan kaki karena akan memperburuk kondisi jantung dan paru-paru.
- Jangan menghangatkan mereka terlalu cepat, misalnya dengan mandi air panas, agar tubuh tidak kaget.
- Tidak boleh memberikan rokok dan minuman alkohol kepada pasien hipotermia.