Dear Mom, Ini 7 Pesan Gizi Seimbang untuk Buah Hati dari Kemenkes

Kesehatan pada masa kanak-kanak memiliki dampak yang signifikan pada tumbuh kembang anak. Sebuah penelitian yang tercantum dalam data Badan Pusat Statistik pada tahun 2020 menyebutkan bahwa anak yang sakit berisiko mengalami stunting 1,65 kali lebih tinggi daripada anak yang sehat.
Risiko stunting pada anak, khususnya balita, dapat berdampak pada kecerdasan, yang mana stunting berkorelasi negatif dengan skor tes kognitif. Kondisi stunting yang parah pada tahun kedua kehidupan berdampak pada penurunan sepuluh poin skor kecerdasan.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, seseorang dikategorikan anak apabila belum berumur 18 tahun (0–17 tahun). Berdasarkan data Susenas Maret 2021, sebanyak 11,75 persen anak umur 0–17 tahun mempunyai keluhan kesehatan dan mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari.
Hal ini tentu akan berdampak pada kualitas hidup anak ke depannya sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kesehatan pada masa kanak-kanak. Berikut ini beberapa langkah dan upaya yang bisa dilakukan merujuk pada Pedoman Gizi Seimbang.
1. Membiasakan makan tiga kali sehari
Kebutuhan zat gizi anak perlu dipenuhi dengan makan utama tiga kali sehari (sarapan, makan siang, dan makan malam) dan disertai makanan selingan sehat. Untuk mencegah anak-anak mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi, dianjurkan agar selalu makan di rumah bersama keluarga.
Sarapan setiap hari penting, terutama bagi anak-anak, karena mereka sedang tumbuh dan mengalami perkembangan otak yang sangat tergantung pada asupan makanan secara teratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40 persen anak sekolah tidak sarapan. Akibatnya, jumlah energi yang diperlukan untuk belajar menjadi berkurang dan prestasi belajar kurang optimal.
Pada proses belajar, otak merupakan organ yang sangat penting untuk menerima, mengolah, menyimpan, dan mengeluarkan informasi. Pada anak sekolah, makan pagi sangat dianjurkan sehingga saat menerima pelajaran (1–2 jam setelah makan) gula darah naik dan dapat dipakai sebagai sumber energi otak.
Sarapan sebaiknya dilakukan pada jam 06.00 atau sebelum jam 07.00, yaitu sebelum terjadi hipoglikemia atau kadar gula darah sangat rendah. Menu sarapan dapat divariasikan. Selain sumber karbohidrat yang berupa nasi, mi, roti, atau umbi, juga sumber protein seperti telur, tempe, olahan daging atau ikan, serta tentunya sayuran dan buah.