Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Banjir Sumatra, Sumatra Barat, Padang
Dampak kerusakan yang diakibatkan usai terjadi banjir di Sumatra Barat. (Dokumentasi BNPB)

Intinya sih...

  • Lokasi dan struktur posko menentukan keselamatan pengungsi, terutama di daerah rawan banjir dan longsor.

  • Fasilitas dasar seperti air bersih, sanitasi, ventilasi, dan ruang aman wajib tersedia untuk mencegah masalah kesehatan.

  • Kelompok rentan harus menjadi prioritas, termasuk penyandang disabilitas, lansia, ibu hamil, dan anak-anak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam beberapa hari terakhir, Sumatra Utara kembali diguncang banjir dan longsor besar. Hujan yang turun tanpa jeda membuat sungai meluap, jalan terputus, dan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal seketika. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 13 kabupaten terdampak dengan puluhan ribu warga harus mengungsi.

Di Aceh dan Sumbar, korban jiwa bahkan mencapai 164 orang. Ribuan orang kini tinggal di posko darurat, mencoba mencari ruang aman di tengah hari-hari yang masih penuh ketidakpastian. Banyak pengungsi yang harus tidur berdekatan dan minim fasilitas dasar.

Di tengah situasi darurat seperti ini, keberadaan posko pengungsian bukan cuma tempat berteduh, tetapi juga menjadi “rumah sementara” yang menentukan keselamatan, kesehatan, dan martabat para penyintas. Karena itu, posko harus memenuhi standar tertentu agar benar-benar melindungi warganya. Berikut syarat posko pengungsian berdasarkan pedoman internasional, termasuk “Shelter Safety Handbook” oleh IFRC dan “Guidelines for Flood-Resilient Humanitarian Shelters” oleh UNHCR.

Syarat posko pengungsian

Berikut beberapa syarat posko pengungsian yang harus dipenuhi:

  1. Lokasi Aman dari Ancaman Lanjutan

  • Tidak berada di dekat sungai, bantaran, atau dataran rendah yang mudah terendam.

  • Diutamakan berada di tanah datar dan stabil, jauh dari potensi longsor.

  • Menghindari lembah atau area cekung tempat air terkumpul.

  • Tidak dibangun di tanah baru timbunan (rawan ambles).

  • Mempertimbangkan akses untuk kendaraan logistik, ambulans, dan jalur evakuasi.

  1. Struktur bangunan yang kokoh dan tahan cuaca

  • Jika memungkinkan, dibangun di atas platform yang ditinggikan untuk mencegah air masuk.

  • Rangka harus kuat dan memakai material yang tahan air dan angin (kayu kuat, bambu terawat, atau struktur beton ringan).

  • Atap miring untuk memudahkan aliran air.

  • Ventilasi memadai agar tidak pengap, terutama saat pengungsian penuh.

  1. Kapasitas memadai dan tata ruang jelas

  • Area tidur terpisah antara keluarga, perempuan, anak, dan kelompok rentan.

  • Ruang komunal (dapur, distribusi logistik, ruang laktasi, area bermain anak).

  • Alur masuk–keluar jelas untuk mencegah penumpukan.

  1. Akses air bersih dan sanitasi

  • Air bersih harus tersedia untuk minum, mandi, dan memasak.

  • Toilet cukup, tertutup, terpisah laki-laki dan perempuan, dan dibersihkan rutin.

  • Sistem pembuangan air limbah tidak boleh dekat dengan sumber air.

  1. Pencahayaan dan keamanan

  • Lampu di titik penting: pintu masuk, toilet, ruang tidur, dapur.

  • Area yang cukup terang membantu mengurangi risiko kekerasan berbasis gender.

  • Ada petugas keamanan atau relawan terlatih.

  1. Layanan dasar kesehatan

  • Pos kesehatan mini untuk pertolongan pertama dan perawatan ringan.

  • Rujukan cepat ke fasilitas medis jika diperlukan.

  • Area isolasi sederhana jika ada penyakit menular.

  1. Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas

  • Jalur landai dengan kemiringan ramah kursi roda (rasio 1:6).

  • Ruang cukup luas untuk mobilitas.

  • Toilet yang dapat diakses.

  1. Sistem drainase yang baik

  • Parit kecil untuk mengalirkan air hujan.

  • Tanah di sekitar posko dibuat miring ke luar, bukan ke arah tenda/bangunan.

  • Upaya tambahan seperti tanggul, karung pasir, atau penghalang sementara.

  1. Pengelolaan logistik yang tertata

  • Pajang stok dasar: makanan, air, obat, selimut, popok, pembalut, perlengkapan bayi.

  • Sistem distribusi adil dan terbuka.

  1. Mekanisme komplain dan informasi

  • Papan informasi tentang jadwal distribusi, titik layanan medis, dan nomor kontak darurat.

  • Tempat aman bagi pengungsi untuk menyampaikan keluhan atau kebutuhan khusus.

Risiko kesehatan di posko pengungsian

Situasi di Posko Banjar Kesiman Kertalangu, Kota Denpasar, Kamis (11/9/2025). (IDN Times/Yuko Utami)

Posko yang penuh sesak, lembap, dan minim fasilitas bisa memunculkan berbagai risiko kesehatan. Beberapa yang paling perlu diwaspadai:

  1. Penyakit menular

  • ISPA, influenza, pneumonia

  • Diare dan penyakit bawaan air

  • Penyakit kulit (scabies, jamur)

  1. Risiko pada kelompok rentan

  • Lansia: dehidrasi, tekanan darah naik/turun, eksaserbasi penyakit kronis

  • Balita: diare, demam, kurang gizi akut

  • Ibu hamil: tekanan mental, infeksi, kelelahan

  1. Dampak psikososial

  • Trauma akibat kehilangan rumah atau anggota keluarga

  • Stres berkepanjangan karena ketidakpastian

  • Anak-anak: sulit tidur, cemas, regresi perilaku

  1. Masalah kebersihan dan limbah

  • Sampah menumpuk: mengundang lalat, tikus, nyamuk

  • Air tergenang: risiko demam berdarah

  1. Keamanan dan kekerasan

  • Risiko pelecehan di ruang gelap atau toilet tanpa lampu

  • Konflik antarwarga karena ruang yang padat

Posko pengungsian bukan hanya tempat berlindung sementara, tetapi ruang pemulihan awal bagi para penyintas. Ketika posko dibangun sesuai standar, risiko bencana susulan dapat ditekan semaksimal mungkin.

Di tengah krisis, memastikan posko aman dan manusiawi adalah bentuk penghormatan pada martabat para korban. Upaya ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan warga yang saling menjaga.

Referensi

"GUIDELINES FOR FLOOD RESILIENT HUMANITARIAN SHELTERS." UNHCR. Diakses November 2025.

"Shelter safety handbook Some important information on how to build safer." International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) and the Red Crescent Societies. Diakses November 2025.

Editorial Team