ilustrasi sajian daging (pixabay.com/RitaE)
Sel NK sensitif terhadap ketidakseimbangan zat besi dan memerlukan jumlah yang cukup untuk pematangan sel-selnya. Jika tubuh kekurangan zat besi, kemampuan sel NK untuk membunuh bakteri menjadi melemah.
Kebutuhan zat besi bervariasi. Untuk anak-anak sekitar 10 mg per hari, sejumlah 8-11 mg per hari untuk laki-laki dewasa, sekitar 15-18 mg per hari untuk perempuan, dan pada masa kehamilan perempuan butuh sebesar 9 mg per hari.
Dalam makanan, zat besi terdapat dalam dua bentuk, yaitu zat besi heme dan zat besi non-heme. Heme bersumber dari hewani, sedangkan non-heme berasal dari sumber nabati.
Namun, hanya 10 persen zat besi non-heme (sereal, sayuran hijau, tempe, dan kacang-kacangan) yang bisa diserap tubuh. Sementara itu, jumlah yang diserap tubuh dari zat besi heme seperti daging dan ikan lebih besar, yaitu masing-masing 30 persen dan 15 persen. Itulah kenapa kita dianjurkan untuk mengonsumsi sumber pangan hewani demi memenuhi kebutuhan zat besi harian.
Namun, jangan berkecil hati dulu. Kamu tetap bisa mengonsumsi sumber zat besi dari sumber nabati dengan mengonsumsinya bersama sumber vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati.
Sementara itu, faktor yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah tanin dalam teh, fitat dalam kacang kedelai, asam fosfat dalam soft drink, hingga kafein dalam kopi. Jadi, kamu tidak dianjurkan untuk mengonsumsi jenis minuman tersebut saat atau sesaat setelah makan sumber zat besi.