ilustrasi perempuan depresi (pexels.com/Kat Jayne)
Psikosis postpartum adalah sebuah kondisi langka bila dibandingkan dengan kejadian depresi atau kecemasan pascapersalinan. Menurut sebuah laporan dalam International Review of Psychiatry tahun 2003, gangguan ini terjadi pada sekitar 1 hingga 2 dari setiap 1.000 kelahiran (atau sekitar 0,1-0,2 persen kelahiran).
Kemunculannya biasanya mendadak, paling sering dalam 2 minggu pertama setelah ibu melahirkan. Berdasarkan buku The Psychoses of Menstruation and Childbearing, gejala psikosis postpartum mirip dengan psikosis pada umumnya, meliputi halusinasi, delusi, gejala fisik (penolakan makan, hiperaktif, dan sebagainya), gejala mental (kebingungan ekstrem, hilang ingatan, dan pikiran tidak koheren), dan gejala tingkah laku (paranoia, bicara ngawur, dan sebagainya).
Karena merupakan kondisi yang serius, perempuan yang terdiagnosis psikosis postpartum harus dirawat di rumah sakit sampai kondisinya stabil. Selain itu, seorang perempuan yang pernah mengalami psikosis postpartum akan berisiko mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya.
Umumnya gangguan mental pascapersalinan yang dialami perempuan bersifat sementara dan bisa sembuh dengan sendirinya atau dengan bantuan profesional. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa mengesampingkan berbagai gejala yang muncul.
Bagi para mama muda yang baru saja melahirkan dan memiliki gejala-gejala yang disebutkan di atas tadi, sebaiknya komunikasikan dengan orang-orang terdekat. Bila perlu, minta bantuan profesional agar gangguan mental yang dirasakan tidak memburuk dan mengakibatkan dampak yang lebih serius.