Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sakit perut (freepik.com/diana.grytsku)

Endometritis adalah peradangan pada endometrium atau lapisan dalam rahim, akibat infeksi. Kondisi ini dapat akut (mulai secara tiba-tiba dan jangka pendek), atau kronis (berlangsung lama atau terjadi berulang kali).

Dilansir Cleveland Clinic, endometritis akut bisa terjadi sesudah melahirkan atau keguguran, atau sesudah prosedur pembedahan yang melibatkan leher rahim atau rahim. Sementara endometritis kronis lebih sering terjadi sesudah menopause atau jika seseorang mempunyai infeksi seperti klamidia atau gonore.

Endometritis bukan kondisi yang mengancam nyawa, namun, memerlukan perawatan segera. Jika tidak segera diobati dengan antibiotik, endometritis bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya, termasuk infertilitas, mengutip Verywell Health.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sederet fakta seputar endometritis yang perlu kamu ketahui.

1. Apa penyebab endometritis?

ilustrasi infeksi bakteri di rahim (freepik.com/WangXiNa)

Endometritis disebabkan oleh infeksi bakteri di rahim. Ini dapat terjadi karena infeksi menular seksual (IMS), tuberkulosis, atau dari bakteri yang muncul secara alami di vagina. Meski adanya bakteri dalam vagina adalah hal yang normal, hal tersebut terkadang berubah sesudah seseorang melahirkan atau menjalani prosedur yang melibatkan vagina. Nah, pencampuran bakteri ini bisa menyebabkan infeksi yang mengakibatkan peradangan pada lapisan dalam rahim (endometrium).

Seseorang berisiko terkena infeksi yang bisa menyebabkan endometritis sesudah keguguran atau setelah melahirkan, terutama sesudah persalinan lama atau operasi caesar. Endometritis merupakan salah satu infeksi paling umum sesudah melahirkan. 

Itu dapat dimulai sebagai korioamnionitis dalam persalinan dan berkembang menjadi endometritis sesudah melahirkan atau mulai setelah melahirkan (postpartum). Selain itu, seseorang juga lebih mungkin untuk terkena endometritis sesudah prosedur medis yang melibatkan memasuki rahim melalui leher rahim. Sebab, hal tersebut bisa memberikan jalur bagi bakteri untuk masuk. Dilansir Healthline, prosedur medis yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena endometritis yaitu meliputi:

  • Hiteroskopi.
  • Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD).
  • Pelebaran dan kuretase (pengikisan rahim).

Endometritis bisa terjadi bersamaan dengan kondisi lain di area panggul, seperti penyakit radang panggul (PID). Banyak bakteri yang berbeda yang menyebabkan PID, namun, infeksi dari hubungan seks tanpa kondom merupakan yang paling umum. 

Selain itu, endometritis juga bisa terjadi bersamaan dengan radang serviks yang biasa disebut dengan servisitis. Kondisi tersebut kemungkinan tidak menimbulkan gejala. 

2. Apa saja gejala endometritis?

ilustrasi nyeri haid (freepik.com/benzoix)

Endometritis tidak selalu menimbulkan gejala. Beberapa orang kemungkinan tidak menyadarinya. Namun, ketika itu muncul, gejala bisa meliputi:

  • Pembengkakan perut.
  • Nyeri panggul atau perut.
  • Pendarahan vagina yang tidak normal.
  • Keputihan yang tidak normal.
  • Sembelit.
  • Nyeri ketika buang air besar.
  • Demam atau menggigil.
  • Tidak enak badan atau sangat lelah.

3. Apakah endometritis dan endometriosis adalah kondisi yang sama?

ilustrasi gejala endometriosis (pexels.com/Sora Shimazaki)

Endometritis dan endometriosis merupakan dua kondisi yang berbeda meski keduanya memengaruhi lapisan dalam rahim (endometrium). Endometritis adalah kondisi saat lapisan dalam rahim menjadi meradang karena infeksi.

Sementara endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan yang mirip dengan jaringan yang biasanya melapisi bagian dalam rahim tumbuh di luar rahim. Dilansir Mayo Clinic, endometriosis paling sering melibatkan ovarium, saluran tuba, dan jaringan yang melapisi panggul.

Selain itu, endometriosis juga tidak disebabkan oleh infeksi seperti endometritis. Meski penyebab endometriosis tidak pasti, kemungkinan disebabkan oleh:

  • Menstruasi mundur.
  • Transformasi sel peritoneum.
  • Transformasi sel embrionik.
  • Implantasi bekas luka bedah.
  • Transportasi sel endometrium.
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh.

Beberapa faktor juga bisa meningkatkan seseorang terkena endometriosis, yaitu meliputi:

  • Tidak pernah melahirkan.
  • Mulai menstruasi pada usia dini.
  • Mengalami menopause di usia yang lebih tua.
  • Siklus menstruasi pendek, misalnya kurang dari 27 hari.
  • Periode menstruasi berat yang berlangsung lebih dari tujuh hari.
  • Indeks massa tubuh rendah.
  • Memiliki satu atau lebih kerabat (ibu, bibi, atau saudara perempuan) dengan endometriosis.
  • Memiliki kondisi medis yang mencegah keluarnya darah dari tubuh selama periode menstruasi.
  • Memiliki gangguan pada saluran reproduksi.
  • Mempunyai kadar estrogen yang lebih tinggi dalam tubuh atau paparan estrogen seumur hidup yang lebih besar, yang dihasilkan tubuh.

4. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh endometritis?

ilustrasi mengalami pusing (freepik.com/jcomp)

Pasien dengan endometritis bisa mengalami komplikasi, bahkan penyakit parah jika infeksi tidak diobati dengan antibiotik. Kemungkinan komplikasi yang bisa berkembang yaitu meliputi:

  • Infertilitas.
  • Peritonitis panggul, yang merupakan infeksi panggul umum.
  • Kumpulan nanah atau abses di panggul atau rahim.
  • Syok septik, yang merupakan infeksi darah yang luar biasa, yang mengakibatkan tekanan darah sangat rendah.
  • Septikemia, bakteri dalam darah.

Septikemia bisa menyebabkan sepsis, yaitu infeksi parah yang bisa memburuk dengan sangat cepat. Ini bisa mengakibatkan syok septik yang merupakan keadaan darurat medis yang mengancam nyawa. Keduanya membutuhkan penanganan cepat di rumah sakit.

5. Bagaimana cara dokter mendiagnosis endometritis?

ilustrasi dokter membuat diagnosis (freepik.com/freepik)

Untuk menegakkan diagnosis endometritis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul. Dokter akan melihat perut, rahim, dan leher rahim pasien untuk mencari tanda-tanda nyeri tekan dan keluarnya cairan. Selain itu, dokter juga kemungkinan akan melakukan tes berikut untuk bisa membantu diagnosis endometritis:

  • Mengambil sampel, atau kultur dari serviks untuk menguji bakteri yang bisa menyebabkan infeksi, seperti klamidia dan gonokokus (bakteri penyebab gonore).
  • Mengeluarkan sejumlah kecil jaringan dari lapisan rahim untuk diuji yang disebut biopsi endometrium.
  • Prosedur laparoskopi yang memungkinkan dokter untuk melihat lebih dekat bagian dalam perut atau panggul pasien.
  • Melihat debit di bawah mikroskop.

Tes darah juga bisa dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah putih (WBC) dan tingkat sedimentasi eritrosit (ESR). Sebab, endometritis akan mengakibatkan peningkatan jumlah WBC dan ESR.

6. Bagaimana pengobatan endometritis?

ilustrasi dirawat di rumah sakit (freepik.com/jcomp)

Pengobatan endometritis bertujuan untuk menghilangkan infeksi dan mengatasi peradangan pada rahim. Selain itu, perawatan juga akan mencegah komplikasi lebih lanjut. Dilansir Medical News Today, perawatan endometritis meliputi:

  • Antibiotik: Obat-obatan ini melawan bakteri yang mengakibatkan peradangan pada lapisan rahim. jika infeksinya sangat parah, maka pasien kemungkinan membutuhkan antibiotik intravena di rumah sakit.
  • Mengobati pasangan seksual: Jika endometritis pasien disebabkan oleh IMS (infeksi menular seksual), maka pasangan seksual pasien kemungkinan membutuhkan pengobatan antibiotik.
  • Tes lebih lanjut: Pasien kemungkinan membutuhkan kultur serviks atau biopsi endometrium, untuk memastikan bahwa infeksi benar-benar hilang sesudah menyelesaikan pengobatan antibiotik. Jika misalnya infeksi tetap ada, maka dokter bisa merekomendasikan antibiotik yang berbeda.
  • Pembedahan untuk mengangkat jaringan: Seorang ahli bedah kemungkinan perlu mengangkat jaringan yang tertinggal dalam rahim sesudah pasien melahirkan atau keguguran.
  • Mengobati abses: Dalam beberapa kasus, infeksi bisa menyebabkan abses di dalam perut. Pasien kemungkinan membutuhkan pembedahan atau aspirasi jarum, untuk mengeluarkan cairan atau nanah yang terinfeksi dari abses.

7. Bagaimana cara mencegah endometrisis?

ilustrasi memegang kondom (freepik.com/freepik)

Nah, karena IMS yang tidak diobati sering menyebabkan endometrisis, maka pencegahan terbaik adalah dengan:

  • Mengikuti praktik seks yang aman (menggunakan kondom).
  • Obati IMS sesegera mungkin.
  • Mendapatkan pemeriksaan rutin untuk IMS.
  • Mendorong pasangan seksual untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk IMS.

Seseorang yang menjalani operasi caesar harus minum antibiotik sebelum prosedur operasi untuk mencegah infeksi. Nah, untuk prospek seseorang dengan endometrisis biasanya sangat baik, terutama jika mereka segera menerima pengobatan antibiotik setelah mengalami tanda atau gejala dari kondisi ini. 

Oleh sebab itu, segera periksakan diri ke dokter jika mengalami tanda atau gejala dari kondisi ini, terutama jika memiliki faktor-faktor risiko dari kondisi ini. Mendapatkan diagnosis yang cepat dan perawatan yang tepat secara signifikan bisa mengurangi risiko komplikasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team