Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sering Dianggap Sama, padahal Kondisi ADHD dan Autisme Berbeda

Ilustrasi Anak dengan Autisme atau ADHD

Sering dikira sama, padahal kondisi ADHD dan autisme adalah dua hal yang berbeda. Keduanya merupakan salah satu keberagaman cara berpikir atau bisa kita sebut sebagai neurodiversitas. Ciri yang sangat menonjol pada individu ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan autisme (Autism Spectrum Disorder) adalah interaksi sosial. Tidak hanya pada pusat konsentrasi tapi bisa dilihat dari pola pikir, merespons dunia sekitar, dan kebutuhan dukungannya.

Sayangnya, karena gejala ADHD dan autisme bisa saling tumpang tindih, banyak orang awam yang keliru membedakan. Padahal, ADHD dan autisme berbeda. Selain itu, tak jarang seseorang bisa mengalami keduanya sekaligus (komorbid), dan ini membuat pemahaman terhadap neurodiversitas semakin lebih penting agar tidak salah kaprah. Lewat artikel ini, yuk, kita kenali perbedaan dan persamaan antara ADHD dan autisme biar makin bijak dalam memahami dan mendampingi.

1. Sama-sama gangguan perkembangan saraf

Seorang anak yang sedang bingung

ADHD dan autisme berakar dari perkembang saraf di otak. Mengacu pada DSM-5: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, autisme ditandai dengan defisit yang menetap dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial di berbagai konteks, termasuk kesulitan dalam timbal balik sosial, perilaku komunikatif nonverbal yang digunakan dalam interaksi sosial, serta keterampilan dalam membangun, mempertahankan, dan memahami hubungan.

Sementara pada ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), ditandai oleh tingkat inatensi (kurang perhatian), ketidakteraturan, dan hiperaktif-impulsif yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gejala inatensi dan ketidakteraturan ini bisa terlihat seperti kesulitan untuk tetap fokus pada tugas, tampak seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara, serta sering kehilangan barang yang tingkat keparahannya tidak sesuai dengan usia atau tahap perkembangan seseorang.

2. Autisme punya tantangan pada interaksi sosial, sementara ADHD fokus

Ilustrasi anak ADHD melamun di kelas

Individu dengan autisme sering kesulitan dalam interaksi sosial. Namun berbeda dengan ADHD justru berakar pada kesulitan dalam mengatur fokus dan impulsivitas. Mengacu pada penjelasan dr. Dwijo Saputro, Sp.KJ di akun Instagram @yayasanadhd.id, individu dengan ADHD biasanya mengalami ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, misalnya saat pelajaran di kelas. Mereka bisa tampak tidak mendengarkan guru atau teman yang sedang berbicara, bukan karena tidak peduli, tetapi karena otaknya kesulitan mempertahankan perhatian.

Individu dengan ADHD juga memiliki impulsivitas (tindakan tanpa mempertimbangkan jangka panjang) seperti iseng atau menjahili teman sekelas. Hal ini berkaitan dengan bagaimana otak mereka memproses dopamin, zat kimia yang berperan dalam sistem penghargaan dan pengambilan keputusan.

Meskipun tantangan utamanya adalah pada konsentrasi, bukan berarti ADHD tidak berdampak pada kehidupan sosial. Justru, karena sering tampak tidak responsif atau impulsif, individu ADHD juga bisa menghadapi kesalahpahaman dalam pergaulan sehari-hari. Di sinilah letak perbedaannya dengan autisme, meskipun di permukaan sering terlihat mirip.

3. Keduanya bisa mengalami hyperfocus!

Ilustrasi anak dengan hyperfocus

Meskipun ADHD sering dikaitkan dengan kesulitan mempertahankan perhatian, paradoksnya, individu dengan ADHD juga dapat mengalami hyperfocus yaitu kondisi di mana seseorang sangat terfokus pada suatu aktivitas hingga mengabaikan hal-hal lain di sekitarnya. Dalam keadaan ini, mereka bisa begitu tenggelam dalam aktivitas yang menarik minat mereka, seperti bermain game atau menggambar, hingga lupa waktu dan kebutuhan dasar seperti makan atau tidur.

Di sisi lain, individu dengan autisme juga dapat menunjukkan perilaku serupa, yang sering disebut sebagai hyperfixation. Mereka mungkin memiliki minat yang sangat mendalam dan intens terhadap topik atau aktivitas tertentu, seperti kereta api, dinosaurus, atau angka. Minat ini bisa memberikan rasa nyaman dan struktur, namun juga dapat membuat mereka kesulitan untuk beralih ke aktivitas lain.

Meskipun kedua kondisi ini melibatkan fokus yang intens, perbedaannya terletak pada pemicunya misalnya pada ADHD, hyperfocus biasanya muncul secara spontan terhadap hal-hal yang memberikan stimulasi tinggi. Sementara pada autisme, hyperfixation sering kali berkaitan dengan minat khusus  (special interest) yang memberikan rasa aman dan keteraturan.

Walau ADHD dan autisme berbeda, namun dua kondisi ini bisa terjadi secara bersamaan. Dalam jurnal “The Co-occurrence of Autism and Attention Deficit Hyperactivity Disorder in Children – What Do We Know?” yang ditulis oleh Leitner (2014), disebutkan bahwa sekitar 30–50 persen individu autistik juga memiliki ADHD. Ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang tepat tentang kedua kondisi ini, karena gejala yang muncul bisa saling tumpang tindih.

Penting untuk diingat bahwa artikel ini tidak dimaksudkan untuk diagnosis mandiri (self-diagnose). Jika kamu merasa memiliki gejala yang serupa, ada baiknya untuk berkonsultasi langsung dengan profesional, seperti psikiater atau psikolog, demi mendapatkan evaluasi dan penanganan yang sesuai.

Referensi

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing. Diakses pada Mei 2025.

Leitner, Y. (2014). The co-occurrence of autism and attention deficit hyperactivity disorder in children – what do we know? Frontiers in Human Neuroscience, 8, 268. Diakses pada Mei 2025.

Dwijo Saputro, Sp.KJ. (2024). Penjelasan mengenai ADHD pada anak di kelas. Diakses dari akun Instagram @yayasanadhd.id. Diakses pada Mei 2025.

SPARK for Autism. (2023). What Have Researchers Learned about Special Interests in Autism from SPARK Participants?. Diakses pada Mei 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us