25 Januari Hari Gizi dan Makanan Nasional: Ini Sejarahnya

Setiap tahun pada tanggal 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional. Sesuai namanya, hari ini dirayakan untuk mengampanyekan perjuangan menuju Indonesia sehat dan bebas kekurangan gizi kronis (stunting) dengan distribusi gizi yang seimbang dan merata ke seluruh daerah Indonesia, tanpa terkecuali.
Untuk tahun 2023, Kementerian Kesehatan RI mengambil tema Hari Gizi dan Makanan Nasional 2023 yaitu "Protein Hewani Cegah Stunting" di Indonesia. Slogan yang dibawakan kali ini yakni "Protein Hewani Setiap Makan" dan "Isi Piringku Kaya Protein Hewani".
Prevalensi stunting saat ini masih berada di angka 21,6 persen. Walaupun mengalami penurunan 3 persen dari 24,4 persen pada tahun 2022, namun angka tersebut masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 14 persen pada tahun 2024.
Beberapa hasil penelitian menyebut, ada hubungan kuat antara stunting dengan konsumsi protein hewani. Karena itu, Kemenkes melalui Hari Gizi Nasional 2023 berfokus pada upaya pemenuhan asupan protein hewani pada anak-anak, ibu hamil, dan menyusui. Sehingga masalah gizi dan anak yang dilahirkan dapat ditekan sedini mungkin.
Itulah informasi singkat seputar Hari Gizi Nasional 2023. Pertanyaannya, mengapa ada Hari Gizi Nasional? Kenapa bisa diperingati setiap tanggal 25 Januari? Yuk, simak sejarah di balik Hari Gizi Nasional.
Baca Juga: Kamu Wajib Tahu, Ini 7 Fakta Peringatan Hari Tritura pada 10 Januari!
1. Sudah direncanakan sejak 1950
Hari Gizi Nasional di Indonesia adalah bagian dari upaya perbaikan gizi masyarakat. Upaya mulia tersebut telah dimulai sejak tahun 1950 saat Menteri Kesehatan Indonesia, dr. J. Leimena mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR).
Waktu itu, LMR lebih dikenal sebagai "Instituut Voor Volksvoeding (IVV)" yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan, sekarang dikenal sebagai Lembaga Eijkman. Hingga saat ini, Prof. Poorwo Soedarmo dikenal sebagai "Bapak Gizi Indonesia".
2. Siapa itu Prof. Poorwo Soedarmo?
Lahir di Malang, Jawa Timur, pada 25 Februari 1904, Prof. Poorwo Soedarmo adalah guru besar ilmu gizi pertama di Universitas Indonesia saat dibukanya Bagian Ilmu Gizi di FKUI pada 1958. Atas jasa Prof. Soedarmo, ribuan tenaga gizi di Indonesia dapat lahir, dari D3 hingga Guru Besar.
Lulus sekolah kedokteran School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) STOVIA pada 1927, Prof. Soedarmo terus mempelajari ilmu gizi dari London di Inggris (1949), Filipina (1950), hingga ke Harvard University (1954-1955) dan Columbia University (1960) di Amerika Serikat.
Pendiri Akademi Ahli Diit dan Nutrisionis (sekarang Akademi Gizi) dan Direktur Lembaga Makanan Rakyat Kementerian Kesehatan (1952-1959), Prof. Soedarmo memperkenalkan "Home Economics" yang sekarang dikenal sebagai "Ilmu Kesejahteraan Keluarga", dan konsep "Empat Sehat, Lima Sempurna" atau "Gizi Seimbang".
Oleh karena itu, pada tahun 1969, Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) mengangkat Prof. Soedarmo sebagai "Bapak Gizi Indonesia", dan dianugerahi Bintang Mahaputra Utama pada 1992 atas jasanya pada perkembangan gizi di Indonesia. Wafat pada 13 Maret 2003, Prof. Soedarmo dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
3. Tahun 1960-an adalah permulaan Hari Gizi Nasional skala kecil
Saat LMR mendirikan "Sekolah Juru Penerang Makanan" pada 25 Januari 1951, maka tenaga penggiat gizi di Indonesia terus berkembang hingga menjamur ke banyak perguruan tinggi di Tanah Air. Oleh karena itu, 25 Januari disepakati sebagai peringatan Hari Gizi Nasional.
Pada pertengahan 1960an, Hari Gizi Nasional dirayakan secara perdana oleh LMR. Dipegang oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak 1970-an, perayaan Hari Gizi Nasional tetap dilangsungkan hingga saat ini.
Baca Juga: Gizi Seimbang, Strategi Jitu untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh