TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jangan Bingung! Ini Bedanya Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen

Beda tes, beda pula tujuan dan tingkat akurasinya

cadenaser.com

Masih banyak masyarakat yang bingung dengan tes deteksi COVID-19, mengingat ada beberapa jenis tes yang bisa dilakukan. Mulai dari tes cepat molekuler (TCM), rapid test, dan PCR test.

Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan RI, rapid test ada dua macam, yaitu rapid test antibodi dan rapid test antigen. Banyak yang mengira kedua jenis pemeriksaan cepat ini sama saja. Padahal, keduanya berbeda.

Kamu termasuk yang bingung membedakannya? Berikut perbedaan rapid test Antigen dan Antibodi yang harus kamu ketahui!

1. Mengenal apa itu rapid test

cadenaser.com

Rapid test, sesuai namanya, adalah tes yang dilakukan secara cepat. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menuliskan bahwa hasil rapid test bisa didapat selama 10 menit dan paling lama 2 jam. Tes ini didesain untuk digunakan kepada individu atau sampel yang terbatas, sehingga lebih ekonomis. Tes ini bisa berguna saat dibutuhkan uji dalam keadaan darurat.

Rapid test atau disebut sebagai tes serologis memiliki beberapa cara tes diagnostik. Seberapa baik tes tersebut bekerja tergantung pada beberapa faktor. Mulai dari waktu sakit, konsentrasi virus di spesimen, hingga proses tes itu sendiri.

Melansir CBS News, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut bahwa uji cepat ini memiliki tingkat akurasi 50-70 persen, bahkan untuk flu biasa.

Baca Juga: Metode Tes COVID-19 Baru Cuma dalam 15 Menit, Seberapa Akurat?

Ilustrasi rapid test (Dok.IDN Times)

Menurut keterangan di laman The Native Antigen Company, respons antibodi IgM awal tidak mencapai puncak hingga hari ke-9 setelah infeksi awal, dan respons antibodi IgG tidak mencapai puncak hingga hari ke-11.

Kekuatan akan respons tersebut bisa berbeda-beda pada tiap orang, yang dipengaruhi oleh usia, nutrisi, tingkat keparahan penyakit, dan ada atau tidaknya penyakit penyerta (komorbid).

Bila pasien diuji pada masa tersebut, hasil tes antibodi akan negatif palsu (false negative), meski kenyataannya pasien mengidap COVID-19. Karena itu, penting bahwa seseorang yang dianggap berisiko tinggi, tetapi negatif pada antibodi pertama, harus dites lagi sekitar seminggu setelahnya.

Pada dasarnya, menurut Texas Health and Human Services (THHS), tes antibodi berguna untuk menentukan pasien mana yang cocok sebagai partisipan untuk uji penanganan COVID-19 atau lebih tepatnya untuk mencari vaksin. Jika tes antibodi ini dilakukan dalam jumlah besar ke masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan bisa mengetahui seberapa jauh populasi yang sudah pernah terkena COVID-19.

2. Rapid test antibodi

Ilustrasi rapid test. IDN Times/Paulus Risang

Rapid test antibodi menyasar antibodi tubuh terhadap penyakit COVID-19. Melansir Kawal COVID19, tes ini bekerja dengan cara mencari antibodi (imunoglobulin atau Ig G dan M) dalam darah sebagai bukti bahwa tubuh sedang atau sudah pernah memerangi virus SARS-CoV-2.

Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah darah. Sampel darah tersebut bisa diambil di jari atau sampel yang berasal dari serum darah.

Ini merupakan jenis tes cepat yang paling umum dilakukan di Tanah Air. Tes ini tidak perlu dilakukan di laboratorium dengan dengan biosecurity level II, sehingga memungkinkan untuk dilakukan di komunitas dengan tenaga dan sarana kesehatan yang terbatas.

Rapid test ini punya kelebihan antara lain: mudah dilakukan di mana saja, hasilnya cepat, dan dapat digunakan untuk skrining infeksi COVID-19 pada populasi. Harganya pun lebih murah.

Namun, tes ini punya banyak kendala. Rapid test antibodi tidak dapat digunakan sebagai alat deteksi dini bagi orang-orang yang masih dalam hari-hari awal masa inkubasi. Tingkat IgG dan IgM masih rendah pada masa-masa tersebut, meskipun jumlah partikel virus sangat tinggi di awal.

3. Rapid test antigen

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Rapid test antigen disebut-sebut lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi, sehingga tes ini diproyeksikan akan menggantikan rapid test antibodi.

Walaupun hasil tes bisa keluar sama cepatnya dengan rapid test antibodi, tetapi rapid test antigen mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2, bukan mendeteksi antibodi tubuh terhadap COVID-19.

Spesimen yang diperlukan untuk rapid test antigen adalah swab orofaring atau swab nasofaring. Inilah kenapa rapid test antigen juga disebut sebagai rapid swab. Tes harus dilakukan di fasilitas layanan kesehatan yang memiliki fasilitas biosafety cabinet.

Sebagai informasi, antigen adalah protein yang dikeluarkan oleh virus. Antigen bisa terdeteksi bila ada infeksi yang sedang berlangsung dalam tubuh. Inilah mengapa rapid test antigen paling baik digunakan pada orang yang baru saja terinfeksi COVID-19.

unsplash.com/United Nations COVID-19 Response

Menurut keterangan dari THHS, tes antigen berguna untuk mencari virus yang sedang aktif di dalam tubuh. Jika hasilnya positif, maka saat ini di dalam tubuhmu terdapat virus SARS-CoV-2 yang sedang aktif.

Jika negatif, indikasinya adalah protein viral virus tersebut tidak ditemukan, tetapi hasil ini bukan berarti orang yang dites tersebut bebas dari COVID-19. Bila orang tersebut ada kecenderungan positif atau memang habis berkontak dengan pasien yang terkonfirmasi, tes PCR mesti dilakukan untuk mengonfirmasinya.

Tingkat akurasi rapid test antigen dikatakan lebih akurat dari rapid test antibodi. Sebab, antigen langsung merepresentasikan keberadaan virus dalam tubuh. Secara harga, rapid test antigen lebih mahal dari rapid test antibodi, tapi lebih murah dari tes PCR. Meski begitu, hasilnya tak bisa menjadi patokan dan sifatnya hanya sebagai skrining awal.

Baca Juga: 7 Jawaban dari Berbagai Pertanyaan Umum seputar Isu COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya