TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Vitamin dan Mineral yang Digunakan dalam Pengobatan COVID-19

Setidaknya ada 4 jenis vitamin dan 1 jenis mineral

ilustrasi vitamin (pixabay.com/Emilian Danaila)

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2, dengan gejala paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah, seperti keterangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Adanya serangan infeksi SARS-CoV-2 memacu sistem imun tubuh untuk bereaksi. Masih menurut keterangan dari WHO, pada hari ke-8 serangan, tubuh akan memproduksi immunoglobulin-M (IgM). IgM adalah antibodi pertama yang muncul sebagai respons suatu infeksi mikroba.

Pada hari ke-10, menyusul akan muncul immunoglobulin-G (IgG). Dua antibodi inilah yang menjadi indikator hasil rapid test.

Menurut sebuah penelitian berjudul "Could Vitamins Help in Fight Against COVID-19?" dalam jurnal Nutrients yang terbit Agustus 2020 lalu, penggunaan vitamin dan suplemen dalam terapi COVID-19 diujicobakan pada sejumlah uji klinis di ruang pelayanan intensif (ICU).

Ada beberapa vitamin yang digunakan, seperti vitamin A, C, D, dan E. Selain vitamin, ada pula pemberian mineral zink sebagai bagian dari terapi untuk pasien COVID-19.

1. Vitamin A (retinol)

ilustrasi makanan sumber vitamin A (anhinternational.org)

Studi dalam jurnal Nutrients tersebut menyebut bahwa vitamin A yang telah termetabolisme dalam hepar (hati) akan berubah menjadi asam retinoat dan karotenoid.

Umumnya, vitamin A dikenal karena perannya dalam perbaikan sel mata. Meskipun demikian, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa vitamin A memiliki peran dalam upaya pengobatan COVID-19.

Asam retinoat berperan dalam meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel T yang memicu peningkatan respons antibodi. Di samping itu, asam retinoat juga berfungsi dalam upaya meningkatkan produksi surfaktan paru-paru, sehingga dapat menurunkan kerusakan paru akibat sindrom distres pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome atau ARDS) yang diakibatkan oleh SARS CoV-2.

Karotenoid sebagai hasil metabolisme vitamin A dalam hati selain asam retinoat juga punya fungsi sebagai antioksidan dalam upaya penurunan stres oksidatif pada pasien COVID-19.

Secara alami, vitamin A banyak ditemukan pada daging, ikan, dan telur. Adapun pada tumbuhan, vitamin A ditemukan pada produk nabati yang berwarna oranye seperti wortel dan ubi jalar kuning atau oranye.

Baca Juga: Hati-hati! Ini 5 Masalah Kesehatan Akibat Kelebihan Asupan Vitamin C

2. Vitamin C (asam askorbat)

ilustrasi jeruk (pixabay.com/GoPlaces)

Seperti banyak kita ketahui, vitamin yang larut air ini berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian dalam jurnal Nutrients menyebut bahwa vitamin C dilakukan sebagai salah satu terapi pada pasien COVID-19 dengan gangguan berat di Wuhan, Tiongkok.

Pemberian vitamin C dosis tinggi dapat membantu mencegah badai sitokin (cytokine storm) akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi virus. Badai sitokin ini dapat berakibat pada kegagalan napas pada pasien COVID-19.

Walaupun demikian, penggunaan vitamin C ini juga harus diperhatikan, khususnya pada orang yang menggunakan vitamin C dosis tinggi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Karena, vitamin ini dapat menyebabkan peningkatan kristal oksalat dalam urine.

Menurut sebuah penelitian berjudul "What Stone-formers Should Know About Vitamin C and D Supplementation in the COVID-19 Era" dalam jurnal European Urology Open Science tahun 2020 lalu menyebut, adanya kristal oksalat dalam urine yang berlebihan dapat menimbulkan endapan dan berisiko membentuk batu ginjal, khususnya pada laki-laki.

3. Vitamin D

ilustrasi berjemur untuk mendapatkan vitamin D (pixabay.com/silviarita)

Vitamin D umumnya dikenal sebagai mikronutrien yang berkaitan dengan kesehatan tulang. Meskipun demikian, studi dalam jurnal Nutrients menyebutkan bahwa vitamin D berpotensi dalam pengobatan COVID-19 dengan cara menurunkan risiko badai sitokin dan replikasi atau pembelahan virus.

Selain itu, dikatakan juga bahwa vitamin D berfungsi memengaruhi sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang mana semuanya sangat berfungsi dalam menurunkan kerusakan paru-paru akibat ARDS.

Vitamin D banyak ditemukan pada ikan berlemak (salmon, sarden, makerel, dan sebagainya), kuning telur, daging merah, hati sapi, serta makanan lainnya yang telah difortifikasi seperti sereal. Selain itu, vitamin D juga serta secara alami dihasilkan oleh epidermis kulit dengan bantuan radiasi ultraviolet B sinar matahari.

4. Vitamin E

ilustrasi makanan sumber vitamin E (healthshots.com)

Vitamin E umumnya terkenal sebagai salah satu vitamin anti-aging karena indikasi antioksidannya. Selain sebagai antioksidan, vitamin E juga memiliki efek sebagai antiinflamasi atau antiperadangan.

Vitamin E memiliki efek menurunkan peradangan akibat sintesis prostaglandin, produksi interleukin, dan induksi siklooksigenase-2 serta oksidase NADPH dengan sinar ultraviolet (UV). Interleukin sendiri merupakan salah satu tanda adanya peradangan yang diakibatkan oleh virus SARS CoV-2.

Selain itu, berdasar tulisan yang sama, vitamin E juga memiliki efek menghambat induksi siklooksigenase-2 dan sintetis nitrit oksida dengan adanya paparan sinar UV.

Secara alami, vitamin E umumnya ditemukan pada kacang-kacangan dan biji-bijian, seperti almon, hazelnut, kacang tanah, kacang polong, biji bunga matahari, dan lain-lain.

Baca Juga: Membantu Mengatasi Jerawat, Kenali 5 Manfaat Zink untuk Kesehatan

Writer

Amalia Rizki

Proud to be your pharmacist

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya