TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hiperprolaktinemia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Normal terjadi pada ibu hamil

Jenis benjolan non kanker payudara (freepik.com/jcomp)

Prolaktin ialah hormon yang dihasilkan dari kelenjar hipofisis. Hormon ini berperan membantu merangsang dan mempertahankan produksi ASI. Hiperprolaktinemia menggambarkan kondisi kelebihan hormon ini di dalam tubuh.

Hiperprolaktinemia atau hyperprolactinemia umumnya dianggap sesuatu yang normal selama kehamilan dan menyusui, tetapi kondisi ini dapat terjadi karena penyakit dan penggunaan obat-obatan. Hiperprolaktinemia dapat memengaruhi perempuan maupun laki-laki, yang mengakibatkan menstruasi yang tidak teratur, disfungsi ereksi, dan sebagainya.

Di sini, kita akan membahas lebih dalam seputar hiperprolaktinemia. Ini dia informasinya yang dirangkum dari laman Healthline dan WebMD.

1. Gejala

Gejala hiperprolaktinemia pada laki-laki dan perempuan dapat berbeda. Karena kadar prolaktin memengaruhi produksi ASI dan siklus menstruasi, sulit untuk mendeteksinya pada laki-laki.

Jika seorang laki-laki mengalami disfungsi ereksi, dokter mungkin merekomendasikan tes darah untuk mengetahui apakah ada kelebihan kadar prolaktin.

Gejalanya pada perempuan dapat meliputi:

  • Infertilitas atau ketidaksuburan.
  • Menstruasi tidak teratur.
  • Perubahan aliran menstruasi.
  • Jeda dalam siklus menstruasi.
  • Kehilangan libido.
  • Keluarnya cairan dari puting susu yang terdiri dari ASI atau zat seperti susu yang tidak berhubungan dengan kehamilan (galaktorea).
  • Nyeri pada payudara.
  • Vagina kering.

Gejalanya pada laki-laki antara lain:

  • Pertumbuhan payudara abnormal atau ginekomastia.
  • Infertilitas.
  • Disfungsi ereksi.
  • Kehilangan libido.
  • Sakit kepala.
  • Perubahan penglihatan.

2. Penyebab

ilustrasi hamil, salah satu penyebab umum hiperprolaktinemia (pixabay.com/egor105)

Meningkatnya kadar prolaktin dapat disebabkan oleh berbagai kondisi sekunder. Paling sering ini disebabkan oleh kehamilan, yang mana ini adalah kondisi yang normal.

Tumor hipofisis dipercaya menjadi penyebab hampir 50 persen kasus hiperprolaktinemia. Prolaktinoma adalah tumor yang terbentuk di kelenjar pituitari. Tumor ini biasanya bersifat nonkanker, tetapi dapat menyebabkan gejala yang berbeda tergantung pada jenis kelamin seseorang.

Penyebab lain dari hiperprolaktinemia meliputi:

  • Obat penghambat asam H2, seperti simetidin.
  • Obat antihipertensi, seperti verapamil.
  • Estrogen.
  • Obat antidepresan seperti desipramine dan clomipramine.
  • Sirosis, atau jaringan parut hati yang parah.
  • Sindrom Cushing, yang dapat diakibatkan oleh tingginya kadar hormon kortisol.
  • Infeksi, tumor, atau trauma pada hipotalamus.
  • Obat antimual, seperti metoclopramide.

Baca Juga: Pseudocyesis (Hamil Palsu): Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

3. Diagnosis

Tingginya kadar prolaktin dalam darah dapat dideteksi menggunakan tes darah. Jika dokter menemukan kadar prolaktin yang tinggi, dokter akan merekomendasikan lebih banyak tes untuk memeriksa konsentrasi hormon tiroid dalam darah.

Dokter juga akan menanyakan tentang obat-obatan yang digunakan dan apakah pasien sedang hamil. Jika dokter curiga pasien mengidap prolaktinoma, maka dokter akan merekomendasikan pemindaian MRI. Ini adalah tes pencitraan yang mampu menunjukkan gambar jaringan tubuh dan membantu dokter melihat apakah ada tumor yang tumbuh di tubuh.

4. Pengobatan

ilustrasi suplemen vitamin (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Perawatan untuk hiperprolaktinemia bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Beberapa orang yang mengalami hiperprolaktinemia tidak menunjukkan gejala apa pun dari kondisi tersebut, dan mereka tidak membutuhkan pengobatan.

Sementara itu, pilihan pengobatan untuk orang yang memiliki tumor meliputi:

  • Obat resep. Dokter akan meresepkan obat yang bertujuan untuk menurunkan kadar prolaktin dalam darah. Kebanyakan obat bekerja dengan baik untuk orang-orang dan ditoleransi oleh tubuh.
  • Pembedahan. Jika obat-obatan tidak membantu, dokter mungkin merekomendasikan pembedahan untuk mengangkat tumor.
  • Radiasi. Jika operasi dan obat-obatan tidak berhasil, radiasi akan digunakan. Pengobatan ini bertujuan untuk mengecilkan tumor.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya