TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kelainan pada Sel Darah Putih, Bisa Menimpa Siapa Saja

Bisa memengaruhi anak-anak maupun orang dewasa

ilustrasi sel darah putih (pixabay.com/Lakshmiraman Oza)

Intinya Sih...

  • Ada sejumlah gangguan yang bisa menyerang sel darah putih.
  • Banyak dari masalah ini adalah masalah kesehatan kronis, tetapi dengan perawatan yang tepat, kondisinya bisa dikelola dengan baik.
  • Contohnya adalah sindrom mielodisplastik, leukemia, limfoma, dan neutropenia.

Gangguan sel darah putih adalah kondisi saat tubuh memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit sel darah putih. Sel-sel darah putih diproduksi di sumsum tulang, yang terlibat dalam respons peradangan dan memainkan peran penting dalam kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.

Beberapa kelainan sel darah putih bersifat jinak, sementara yang lain bersifat ganas. Kondisi ini juga dapat memengaruhi siapa pun, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Di bawah ini akan dijelaskan beberapa gangguan yang biasa terjadi pada sel darah putih. Ini dia informasinya dirangkum dari laman Healthline dan Verywell Health.

1. Sindrom mielodisplastik

Sindrom mielodisplastik adalah suatu kondisi yang memengaruhi sel darah putih di sumsum tulang. Pada kondisi ini, tubuh menghasilkan terlalu banyak sel yang belum matang.

Sel darah putih yang belum matang itu menjadi berlipat ganda dan menghancurkan sel-sel dewasa dan sehat. Sindrom mielodisplastik dapat berkembang baik secara perlahan atau cukup cepat. Kadang, kondisi ini dapat berkembang menjadi leukemia.

2. Leukemia

ilustrasi sel darah (freepik.com/freepik)

Leukemia merupakan jenis kanker yang menyerang sel darah. Umumnya, leukemia mengacu pada kanker yang terjadi pada sel darah putih.

Pada individu yang didiagnosis dengan leukemia, mereka memiliki sel darah putih yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sel darah putih juga mungkin membelah terlalu cepat sampai akhirnya mengeluarkan sel-sel normal.

Penyebab leukemia tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya:

  • Memiliki riwayat keluarga dengan leukemia.
  • Merokok.
  • Kelainan genetik, seperti sindrom Down.
  • Kelainan darah, seperti sindrom mielodisplastik.
  • Paparan radiasi.
  • Paparan bahan kimia.

3. Limfoma

Sistem limfatik merupakan kumpulan kelenjar getah bening dan pembuluh yang berfungsi mentransfer cairan getah bening ke seluruh tubuh. Salah satu komponen cairan getah bening adalah sel darah putih.

Sistem limfatik memiliki fungsi utama melindungi tubuh dari infeksi virus dan bakteri, tetapi sel-sel getah bening yang disebut limfosit dapat berkembang menjadi kanker yang disebut limfoma.

Limfoma dapat memengaruhi bagian mana pun dari sistem limfatik, seperti:

  • Sumsum tulang.
  • Timus.
  • Limpa.
  • Amandel.
  • Kelenjar getah bening.

Baca Juga: Jangan Diremehkan, Ini 5 Dampak Tekanan Darah Tinggi

4. Leukositosis

ilustrasi sel darah putih (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Leukositosis adalah kondisi saat jumlah sel darah putih lebih tinggi daripada batas normal. Jumlah leukosit biasanya meningkat karena adanya aktivitas tertentu, tetapi ada sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan peningkatan leukosit.

Untuk mendiagnosis leukositosis, biasanya dokter menggunakan tes hitung darah lengkap (CBC). Tes lain, yang disebut diferensial sel darah putih atau diff, kadang-kadang juga dilakukan pada waktu yang sama.

5. Neutropenia

Neutrofil ialah tipe sel-sel darah putih yang melawan bakteri. Kondisi ketika jumlah neutrofil terlalu rendah disebut neutropenia. Neutropenia paling sering disebabkan oleh infeksi virus.

Saat virus menginfeksi tubuh, ini menyebabkan penurunan produksi neutrofil, yang menjadi penyebab neutropenia. Saat infeksi hilang, neutrofil akan kembali kembali pada jumlah normal.

6. Chronic granulomatous disease

ilustrasi sel darah (pixabay.com/J P)

Chronic granulomatous disease (CGD) adalah kelainan bawaan yang terjadi saat fagosit—suatu jenis sel darah putih—yang biasanya membantu tubuh melawan infeksi, tidak bekerja dengan baik. Pada akhirnya, fagosit tidak mampu melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan jamur.

Pasien dengan CGD dapat mengembangkan infeksi pada berbagai organ tubuh, seperti paru-paru, kulit, kelenjar getah bening, hati, perut dan usus, atau area lainnya. Kebanyakan orang didiagnosis dengan CGD selama masa kanak-kanak, tetapi beberapa orang mungkin baru didiagnosis setelah dewasa.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya