TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Buta Warna: Jenis, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Buta warna memiliki berbagai tipe dari ringan hingga berat

ilustrasi buta warna (pexels.com/Alexander Grey)

Buta warna atau defisiensi penglihatan warna adalah kondisi ketika mata tidak mampu melihat warna atau membedakan dan mengidentifikasi warna-warna tertentu. Ini terjadi karena fotoreseptor pada mata tidak berfungsi dengan benar.

Buta warna berbeda dengan jenis kebutaan yang menyebabkan orang memiliki penglihatan terbatas atau tidak bisa melihat sama sekali. Ini karena buta warna hanya mengubah cara mata melihat warna.

1. Penyebab

Sebagian besar buta warna merupakan kondisi bawaan, artinya hadir sejak lahir. Penyebabnya adalah kurangnya sebagian sel kerucut atau tidak adanya sel kerucut di sel retina.

Sel kerucut atau fotoreseptor ini berfungsi membantu membedakan warna merah, hijau, dan biru, menurut American Academy of Ophthalmology (AAO).

Adapun beberapa penyebab buta warna selain genetik antara lain:

  • Penyakit tertentu.
  • Trauma.
  • Efek toksik dari obat.
  • Penyakit metabolik.
  • Penyakit pembuluh darah.

Buta warna karena penyakit biasanya memburuk seiring waktu dan ini kemudian berpotensi mengakibatkan kerusakan retina atau saraf optik.

2. Faktor risiko

Laki-laki berpotensi lebih tinggi mengalami buta warna. (freepik.com/cookie_studio)

Dilansir Cleveland Clinic, sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko buta warna:

  • Memiliki anggota keluarga yang juga mengalami buta warna.
  • Jenis kelamin laki-laki. Mengutip dari Colour Blind Awareness, buta warna memengaruhi sekitar 1 dari 12 laki-laki dan 1 dari 200 perempuan di dunia.
  • Mengonsumsi obat yang mengubah atau memengaruhi penglihatan.
  • Memiliki penyakit mata seperti degenerasi makula terkait usia, glaukoma, atau katarak.
  • Memiliki penyakit Alzheimer, diabetes, atau multiple sclerosis.

3. Gejala

Pengidap buta warna tidak selalu sadar dirinya mengalami kondisi tersebut. Namun, biasanya orang tersebut mulai menyadarinya saat bingung membedakan warna atau sulit mempelajari warna.

Dilansir Mayo Clinic, orang dengan buta bisa menunjukkan gejala berikut ini:

  • Sulit membedakan nuansa merah dan hijau yang berbeda.
  • Sulit membedakan nuansa biru dan kuning yang berbeda.
  • Sulit membedakan warna apa pun.

Buta warna yang paling umum adalah sulit membedakan atau melihat beberapa warna merah dan hijau. Tingkat keparahannya bervariasi, dari ringan, sedang, hingga berat.

Baca Juga: Amlodipine: Manfaat, Peringatan, Dosis, Efek Samping, dan Interaksi

4. Jenis buta warna

ilustrasi ragam warna (pexels.com/Kaboompics)

Ada beberapa tipe buta warna. Pengidapnya mungkin melihat warna yang berbeda dengan persepsi orang lain. Atau, pada kasus yang parah, orang yang buta warna tidak bisa melihat warna sama sekali.

Diterangkan dalam WebMD, jenis buta warna mungkin termasuk:

1. Buta warna merah-hijau

  • Deuteranomali: Jenis buta warna yang paling umum dan memengaruhi kurang lebih 5 persen laki-laki di dunia. Kondisi ini terjadi ketika fotopigmen sel kerucut hijau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga warna kuning dan hijau terlihat lebih merah dan pengidap akan sulit membedakan biru dan ungu.
  • Protanomali: Terjadi ketika fotopigmen sel kerucut merah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga jingga, merah, dan kuning terlihat lebih hijau, juga warnanya menjadi kurang cerah. Kondisi ini relatif ringan dan memengaruhi sekitar 1 persen laki-laki di dunia.
  • Protanopia: Sel kerucut merah tidak berfungsi, sehingga warna merah hanya terlihat sebagai abu-abu gelap. Warna jingga, kuning, dan hijau sama-sama terlihat kuning. Kondisi ini memengaruhi sekitar 1 persen laki-laki.
  • Deuteranopia: Pengidapnya tidak memiliki sel kerucut hijau yang berfungsi, menyebabkan warna merah terlihat kuning kecokelatan, dan warna hijau mungkin terlihat krem. Sekitar 1 persen laki-laki mengalami ini.

2. Buta warna biru-kuning

  • Tritanomali: Sel kerucut biru bekerja secara terbatas, sehingga biru terlihat lebih hijau dan pengidap akan sulit membedakan merah muda dari kuning dan merah.
  • Tritanopia: Pengidap tidak memiliki sel kerucut biru, akibatnya biru akan terlihat hijau dan kuning akan terlihat sebagai abu-abu muda atau ungu.

3. Buta warna lengkap

Disebut juga monokromasi, buta warna lengkap mengakibatkan pengidapnya tidak mampu melihat warna sama sekali. Selain itu, penglihatan juga mungkin tidak begitu jelas. 

Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Monokromasi kerucut: Terjadi ketika dua dari tiga fotopigmen sel kerucut, yakni merah, hijau, atau biru tidak berfungsi sama sekali. Ketika hanya satu jenis sel kerucut yang berfungsi, akan sulit untuk membedakan setiap warna. Misalnya salah satu sel kerucut yang rusak adalah sel kerucut biru, penglihatan juga mungkin menjadi tidak tajam dan pengidap bisa jadi memiliki rabun jauh atau juga memiliki gerakan mata yang tidak terkendali (nistagmus).
  • Monokromasi batang atau akromatopsia: Jenis buta warna yang paling parah karena tidak ada satu pun sel kerucut memiliki fotopigmen yang berfungsi. Kondisi ini akan mengakibatkan pengidapnya melihat dunia dalam warna hitam, putih, dan abu-abu. Cahaya yang terang berpotensi melukai mata, kemudian pengidapnya juga mungkin memiliki nistagmus.

5. Diagnosis dengan tes buta warna

Direkomendasikan agar semua anak, terutama anak laki-laki, melakukan pemeriksaan penglihatan warna secara rutin pada tahun-tahun awal sekolah.

Mengutip Better Health Channel, tes penglihatan yang biasa dilakukan bisa menggunakan grafik yang dirancang khusus.

Umumnya, tes terdiri dari pola yang terdiri dari titik-titik multi warna. Orang dengan buta warna akan kesulitan menemukan angka atau bentuk dalam pola atau mungkin tidak melihat apa pun dalam pola tersebut.

Semisal ditemukan defisiensi penglihatan warna, pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengetahui dengan tepat apa sifat defisiensi tersebut.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya