TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Anemia Defisiensi Besi dan Risikonya bagi Ibu Hamil

Cegah sedini mungkin

ilustrasi sel darah merah (pixabay.com/Cassiopeia_Arts)

Anemia selama kehamilan adalah salah satu masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di negara berkembang. Penyebabnya adalah kekurangan atau defisiensi mikronutrien seperti zat besi, asam folat (vitamin B9), vitamin B12, dan vitamin A.

Menurut keterangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), dikatakan bahwa ibu hamil mengalami anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 110 gr/dl. Kasus anemia pada ibu hamil di negara maju sekitar 10 persen pada perempuan yang tidak hamil dan 15 persen pada perempuan hamil. Sementara itu, di negara berkembang, kasus anemia adalah sekitar 42 persen pada perempuan tidak hamil dan 56 persen pada perempuan hamil.

Anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan anak. Selain itu, ditemukan pula risiko kelahiran bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi prematur dan BBLR adalah beberapa pemicu utama kematian neonatal di negara berkembang.

Ketahui lebih lanjut tentang anemia defisiensi besi serta dampaknya pada ibu hamil lewat ulasan di bawah ini.

1. Defisiensi besi pada ibu hamil

ilustrasi sel darah merah (health.clevelandclinic.org)

Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi kekurangan sel darah merah atau hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang banyak ditemukan dalam sel darah merah. Hemoglobin menangkap oksigen kemudian mengedarkannya ke seluruh tubuh.

Bahan utama yang menyusun hemoglobin adalah zat besi. Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya sel darah akibat kadar zat besi dalam darah rendah. Simpanan zat besi dalam darah yang sangat rendah menandakan bahwa orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan tanda-tanda secara fisiologi.

Kadar zat besi yang sangat rendah lama-kelamaan tidak cukup untuk membentuk sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang, sehingga mengakibatkan kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal. Kondisi inilah yang disebut sebagai anemia defisiensi besi.

Baca Juga: 12 Makanan Penambah Darah untuk Mengobati Penyakit Anemia

2. Penyebab anemia defisiensi besi

ilustrasi hamil (pexels.com/freestocks.org)

Kekurangan zat besi sangat umum terjadi di kalangan perempuan dan orang-orang yang mempunyai pola makan rendah zat besi. Berikut ini adalah kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi besi:

  • Sedang menstruasi
  • Perempuan hamil dan menyusui
  • Orang-orang dengan penyakit gastrointestinal
  • Vegetarian, vegan, dan orang yang yang pola makannya rendah zat besi

Penyebab anemia defisiensi zat besi meliputi:

  • Asupan zat besi yang kurang memadai
  • Kehilangan darah akibat menstruasi
  • Kehamilan
  • Pendarahan di dalam
  • Ketidakmampuan untuk menyerap zat besi
  • Endometriosis

3. Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi

ilustrasi lemas (parkview.com)

Meskipun anemia memiliki banyak jenis, tetapi anemia defisiensi besi adalah jenis yang paling umum di seluruh dunia. Kekurangan zat bisa menimbulkan beberapa gejala yang akan memengaruhi kualitas hidup, seperti:

  • Kelelahan

Kelelahan merupakan salah satu gejala kekurangan zat besi yang paling sering dijumpai. Penyebabnya adalah karena oksigen yang masuk ke dalam tubuh hanya sedikit.

  • Pucat

Pucat pada area tertentu seperti wajah, kelopak mata, dan kuku menjadi tanda kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan karena kadar hemoglobin yang rendah.

  • Sesak napas

Sesak napas adalah salah satu tanda dan gejala kekurangan zat besi. Kadar hemoglobin yang rendah menyebabkan darah yang mengangkut oksigen ke otot dan jaringan kurang efektif.

  • Sakit kepala

Sakit kepala bisa menjadi pertanda kekurangan zat besi. Kurangnya hemoglobin dalam tubuh diartikan bahwa tidak cukup oksigen yang mencapai otak, kemungkinan menyebabkan pembuluh darahnya menciptakan tekanan.

  • Jantung berdebar-debar

Jantung mempunyai peran untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Apabila tubuh kekurangan zat besi, artinya jantung harus bekerja lebih keras. Hal ini menyebabkan detak jantung tidak teratur atau cepat dan bahkan murmur jantung, jantung membesar, atau gagal jantung.

4. Diagnosis anemia defisiensi besi

ilustrasi tes darah (unsplash.com/Hush Naidoo)

Dilansir Mayo Clinic, tes darah bertujuan untuk melihat hematokrit, hemoglobin, feritin, serta ukuran dan warna sel darah.

  • Hematokrit. Hematokrit adalah persentase volume darah yang dibuat oleh sel darah merah. Persentase volume darah dapat berubah sesuai dengan usia.
  • Hemoglobin. Kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal mengindikasikan anemia. Kisaran hemoglobin normal umumnya sekitar 13,2 - 16,6 gr/dl untuk laki-laki dan 11,6-15 gr/dL untuk perempuan.
  • Feritin. Protein ini membantu menyimpan zat besi dalam tubuh, dan tingkat feritin yang rendah biasanya menunjukkan tingkat zat besi yang tersimpan rendah.
  • Ukuran dan warna sel darah merah. Pada anemia defisiensi besi, sel darah merah lebih kecil dan warnanya lebih pucat dari biasanya.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Ini Bisa Sebabkan Anemia pada Anak, Ortu Mesti Waspada

Writer

iga rahmawati

IG : @igaaarhma_

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya