TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Bahaya Mencium Bayi Sembarangan saat Momen Lebaran

Orang tua harus bersikap tegas

ilustrasi mencium bayi (pexels.com/Sarah Chai)

Intinya Sih...

  • Mencium bayi sembarangan dapat menyebabkan risiko infeksi yang serius karena sistem kekebalan tubuhnya belum matang.
  • Bayi rentan terhadap penyakit pernapasan, iritasi kulit, dan virus seperti RSV.
  • Flu Singapura, herpes, cacar air, dan TBC juga dapat menular pada bayi melalui ciuman.

Anggota keluarga terkecil akan menarik perhatian saat momen kumpul Lebaran. Bayi dan balita biasanya akan mendapat limpahan kasih sayang dari saudara dan kerabatnya, misalnya dihujani banyak ciuman.

Namun, mencium bayi sembarangan bisa berisiko bagi bayi. Ini karena tubuh bayi sangat rentan karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum matang, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

Bahkan, infeksi yang umumnya menyebabkan gejala ringan pada orang dewasa dan anak-anak yang usianya lebih besar, seperti flu, bisa mengancam nyawa bayi.

Berikut ini daftar risiko mencium bayi sembarangan saat momen Lebaran dan ingat untuk tidak melakukannya pada bayi orang atau membiarkan orang lain asal mencium bayi kamu.

1. Risiko pernapasan

Sistem pernapasan bayi yang baru lahir masih sangat kecil dan belum berkembang. Paru-parunya butuh waktu sekitar 8 tahun untuk matang sepenuhnya.

Virus apa pun yang dapat menyebarkan penyakit pernapasan pada bayi melalui ciuman bisa sangat berbahaya.

Bayi yang mengalami infeksi paru-paru biasanya memiliki ciri pilek, batuk, demam, dan sesak napas.

2. Alergi dan masalah kulit

ilustrasi bayi baru lahir (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Orang dewasa sering kali menggunakan produk perawatan kulit atau riasan pada wajahnya. Meskipun mereka terlindungi dari bahaya langsung yang ditimbulkan oleh produk-produk ini, tetapi tidak pada bayi. Produk-produk ini bisa mengandung bahan-bahan berbahaya yang dapat menyebabkan masalah kulit serius pada bayi.

Kulit bayi masih mengalami perkembangan. Gangguan fungsi penghalang kulit (skin barrier) pada kulit bayi bisa membuatnya rentan terhadap iritasi bahan kimia dan infeksi dibandingkan dengan orang dewasa.

Jika orang dewasa pernah mengonsumsi makanan yang membuat bayi alergi, seperti kacang-kacangan, kedelai, atau alergen umum lainnya, maka ada risiko makanan tersebut terbawa dan menimbulkan reaksi alergi pada bayi.

3. Flu dan pilek

Flu adalah penyakit ringan bagi orang dewasa, tetapi tidak bagi bayi. Ciuman pada bayi dapat menularkan pilek dan flu.

Gejalanya meliputi:

  • Demam tinggi.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot.
  • Kelelahan atau kelemahan.
  • Batuk kering.
  • Sakit tenggorokan.
  • Hidung tersumbat atau berair
  • Muntah dan diare (terutama pada anak kecil).

4. Respiratory syncytial virus

ilustrasi bayi perempuan yang ceria (pexels.com/Migs Reyes)

Respiratory syncytial virus (RSV) adalah kondisi serius dan bisa berpotensi fatal, yang dapat ditularkan melalui kontak fisik atau droplet dari individu yang terinfeksi melalui batuk atau bersin.

Ini adalah virus pernapasan yang menyebabkan 240.000 kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia setiap tahunnya, dengan bayi di bawah 6 bulan yang paling terkena dampaknya.

RSV umumnya terlihat seperti flu biasa atau alergi pada orang dewasa yang sehat. Mengapa kondisi ini jauh lebih buruk pada bayi? Sistem kekebalan tubuh bayi belum sepenuhnya berkembang dan belum pernah terpapar virus ini, sehingga bayi tidak mampu memberikan respons kekebalan yang cepat terhadap paparan RSV.

Selain itu, paru-paru bayi jauh lebih kecil sehingga peradangan pada saluran pernapasan akan makin parah.

Cara mencegah penularannya bisa dengan mencuci tangan, menutupi batuk dan bersin, dan menghindari kontak ketika sakit akan mengurangi penyebaran dan membantu melindungi anggota keluarga yang rentan.

5. Sistem kekebalan tubuh yang rentan

Bayi baru lahir memiliki sistem kekebalan tubuh yang sedang berkembang sehingga harus bekerja keras untuk menjaga tubuh mungilnya agar tidak melawan penyakit dan infeksi.

Dalam beberapa bulan pertama kehidupannya, bayi berada pada tahap paling rentan.

Bayi baru lahir membutuhkan lingkungan yang bersih. Jika tidak, mereka akan lebih cepat tertular infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang sepenuhnya.

Apalagi jika bayi belum menerima imunisasi lengkap, bayi bisa lebih rentan terhadap penyakit tertentu.

Baca Juga: Cara Mengobati Demam Berdarah pada Bayi, Ortu Harus Tahu!

6. Penyakit tangan, kaki, dan mulut

ilustrasi hand, foot and mouth disease (HFMD) atau flu Singapura (flickr.com/John C Bullas BSc MSc PhD MCIHT MIAT)

Virus penyebab penyakit tangan, kaki, dan mulut/hand, foot and mouth disease (HFMD)/flu Singapura diketahui sangat mudah menular. Ini merupakan virus yang menyebabkan lesi di sekitar area mulut, tangan, dan kaki.

Walaupun siapa pun bisa tertular HFMD, tetapi penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Meskipun HFMD biasanya merupakan penyakit ringan, tetapi kadang penyakit ini dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi yang lebih serius.

Penularannya dengan cara:

  • Menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi virus tanpa mencuci tangan, menyebabkan virus masuk melalui makanan.
  • Bisa juga menular melalui droplet ketika batuk, bersin, dan bicara.
  • Kontak langsung dengan luka dan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
  • Makin buruk sanitasi, makin tinggi juga tingkat kontaminasi dan laju infeksi.

7. Herpes

Sebuah penelitian menyatakan bahwa 85 persen bayi baru lahir yang terinfeksi herpes simplex virus (HSV) tertular dari ibunya saat melahirkan, misalnya dari ibu yang tidak sadar dirinya memiliki herpes namun tidak menyadarinya karena gejalanya yang ringan atau tidak adanya gejala.

Untuk HSV-1, atau herpes mulut, infeksi biasanya terjadi melalui kontak dari lesi orang yang terinfeksi ke area membran tubuh bayi, seperti mata atau mulut. Ini bisa terjadi jika seseorang yang memiliki penyakit herpes mencium bayinya atau bayi orang lain, atau lebih jarang lagi jika orang tersebut menyentuh luka herpes kemudian menyentuh bayi.

HSV bisa menyebabkan infeksi signifikan pada bayi baru lahir. Bila bayi baru lahir terinfeksi herpes, komplikasi serius dan terkadang fatal dapat terjadi.

Ada kasus seorang bayi baru lahir tertular HSV-1 dari orang yang mengunjunginya setelah lahir. Karena kedua orang tuanya dinyatakan negatif infeksi herpes, pihak berwenang memperkirakan bahwa seseorang yang sedang atau baru-baru ini memiliki cold sore (herpes mulut) kemungkinan besar mencium bayi tersebut sehingga menularkan HSV-1. Infeksi tersebut meningkat menjadi meningitis virus, yang pada akhirnya membunuh bayi tersebut.

Herpes tidak bisa disembuhkan. Jadi, jika bayi sampai terkena herpes, ia akan memilikinya sepanjang hidupnya.

8. Cacar air

ilustrasi cacar air pada bayi (commons.wikimedia.org/Øyvind Holmstad)

Cacar air pada bayi biasanya lebih mengganggu daripada memprihatinkan, tetapi terkadang dapat menyebabkan komplikasi.

Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster yang memiliki masa inkubasi 10–21 hari. Ini berarti bayi mungkin baru mulai menunjukkan gejala cacar air 10–21 hari setelah terpapar virus.

Virus varicella-zoster menyebar dengan mudah melalui kontak dekat. Virus ini hidup dalam droplet yang dikeluarkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, dan juga terdapat dalam air liur dan lendir. Bayi dan balita juga dapat tertular cacar air jika bersentuhan dengan cairan dari lepuh cacar air.

Cacar air pada bayi baru lahir dapat menyebabkan komplikasi yang serius karena sistem kekebalan tubuhnya belum matang. Jika bayi baru lahir menunjukkan tanda-tanda cacar air, segera hubungi dokter.

9. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC/TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada 70 persen kasus, TBC menyerang paru-paru, tetapi bisa juga menyerang bagian tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, otak, ginjal, atau tulang belakang.

Anak-anak lebih sering terkena TB yang menyerang beberapa bagian tubuh dibandingkan orang dewasa dan cenderung lebih serius pada anak-anak.

Jika anak mengidap penyakit TB, ia mungkin mengalami demam, kelelahan, berkeringat pada malam hari, dan penurunan berat badan. Jika mengalami TB paru, anak akan mengalami batuk dan nyeri dada.

Bayi dapat memiliki TB kongenital dari ibu yang mengidap penyakit tersebut atau, yang paling umum, mereka dapat tertular penyakit setelah kelahiran melalui kontak dengan orang dewasa yang menularkan penyakit tersebut.

10. Gigi berlubang

ilustrasi seseorang sedang sakit gigi (pexels.com/Engin Akyurt)

Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa ketika mencium anaknya, mereka dapat menularkan bakteri dari mulutnya ke mulut bayi, sehingga meningkatkan risiko gigi berlubang pada anak.

Penyebab utamanya adalah Streptococcus mutans, bakteri yang dapat menular dari orang ke orang melalui perpindahan air liur, seperti berbagi peralatan, meniup makanan, atau mencium bibir bayi.

Orang tua harus menambal gigi berlubang mereka, membersihkan gigi secara teratur, menjaga rutinitas kebersihan mulut yang baik di rumah, dan mengurangi perilaku yang bisa menularkan air liur pada bayi. Jika orang tua memiliki pembusukan aktif di mulutnya, mereka harus ekstra hati-hati.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya