Vape Dikaitkan dengan Penyakit Pernapasan, Kardiovaskular, dan Kanker
Tidak lebih baik dari rokok konvensional
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Rokok elektrik atau vape merujuk pada perangkat yang bekerja dengan memanaskan larutan cair (e-liquid) ke suhu yang cukup tinggi dan menghasilkan aerosol yang bisa dihirup. E-liquid ini umumnya mengandung nikotin, perasa, serta humektan (seperti propilen glikol) untuk mempertahankan kelembapan.
Beberapa tahun terakhir, penggunaan vape makin marak. Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018, ada sekitar 41 juta pengguna vape di seluruh dunia dan diperkirakan jumlahnya terus bertambah.
Padahal, vape dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari penyakit pernapasan, kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), hingga kanker.
1. Bisa menyebabkan penyakit pernapasan yang sangat parah
Dilansir Healthline, vape bisa menyebabkan penyakit pernapasan yang sangat parah. Ini karena diacetyl, bahan kimia yang ditemukan dalam rokok elektrik, bisa menyebabkan penyempitan saluran udara dan menimbulkan jaringan parut pada kantung udara kecil di paru-paru.
Pada Februari 2020, ada lebih dari 2.800 pasien yang dirawat di berbagai rumah sakit di Amerika Serikat (AS) karena cedera paru terkait penggunaan produk vaping atau e-cigarette, or vaping, product use-associated lung injury (EVALI). Terdapat 68 kematian terkait EVALI yang dilaporkan sejauh ini.
Baca Juga: 7 Tips Sukses Berhenti Vaping, Biar Lebih Sehat!
Baca Juga: 12 Hal yang Terjadi pada Tubuh Setelah Berhenti Vaping