TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal Mendasar yang Perlu Kamu Tahu tentang HSP, Bukan Baperan!

Ternyata kepribadian ini bersifat genetik

pexels.com/Polina Zimmerman

Apakah kamu punya teman atau kenalan yang super sensitif? Misalnya, dia mudah tersinggung oleh ucapan yang tidak dia suka dan memasukkannya ke hati, atau mungkin mudah terganggu dengan suara bising?

Jangan salah sangka dan keburu kesal dulu. Nyatanya, itu bukan sekadar sensitif, baperan, atau ambekan lho. Ada orang-orang yang punya kondisi highly sensitive person (HSP), yang mana karakternya memang lebih sensitif daripada orang-orang pada umumnya.

Berikut ini adalah hal-hal yang mesti kamu tahu tentang HSP. Baca sampai habis, ya!

1. Bukan gangguan mental, melainkan karakter atau sifat manusia

pexels.com/Andrea Piacquadio

HSP adalah sebutan umum bagi seseorang yang mempunyai karakter kepribadian sensory-processing sensitivity (SPS). Penemu istilah dan karakter tersebut adalah pasangan psikolog Elaine Aron dan Arthur Aron di tahun 1990.

Sebuah studi berjudul "Sensory Processing Sensitivity: Factors of the Highly Sensitive Person Scale and Their relationships to Personality and Subjective Health Complaints" dalam jurnal "Perceptual and Motor Skills" tahun 2006 menyebutkan bahwa Aron, dalam bukunya yang berjudul "The Highly Sensitive Person" (1996) memperkirakan bahwa seperlima populasi memiliki HSP terhadap berbagai variasi informasi maupun stimulan.

Pada tahun 2012, pasangan Aron dan rekan sejawatnya, Jadzia Jagiellowicz, menerbitkan studi berjudul "Sensory Processing Sensitivity: A Review in the Light of the Evolution of Biological Responsivity" yang dimuat dalam jurnal "Personality and Social Psychology Review". Di situ dikatakan bahwa SPS bersifat genetik dan ada sejak lahir.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa lingkungan di masa awal kanak-kanak juga memengaruhi. Dilansir Psychology Today, berdasarkan buku "The Orchid and The Dandelion:  Why Some Children Struggle and How All Can Thrive" yang ditulis oleh dokter spesialis anak W. Thomas Boyce, trauma psikologis dan kemalangan dapat menghambat perkembangan otak dan proses belajar serta perkembangan fisik serta mental di masa kanak-kanak yang bisa berlanjut selamanya. 

Baca Juga: Banyak Manfaatnya, Ini 6 Hobi yang Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental

2. Lebih mudah merasa kewalahan dan terganggu, bukan sekedar baperan

pexels.com/Burst

Masih dari studi yang dilakukan duo Aron dalam jurnal "Perceptual and Motor Skills" tahun 2016, dikatakan bahwa stimulan bisa termasuk sesuatu yang indah, perasaan atau mood orang lain, suara keras, kafein, dan rasa sakit.

Namun, psikolog klinis berlisensi Dianne Grande menulis untuk Psychology Today bahwa sensitivitas tinggi juga berkaitan dengan kreativitas tinggi dan pikiran yang tajam. Dia menambahkan, seorang HSP juga lebih pandai menghubungkan ide dan fakta secara lebih intuitif. 

Ini artinya, HSP akan dapat mengembangkan dirinya dengan sangat baik jika lingkungannya mendukung sisi positif dari sensitivitas tersebut. 

3. Tidak hanya introver, ekstrover pun bisa memiliki karakter ini

pexels.com/cottonbro

Walau karakteristik HSP tampak identik dengan seseorang berkepribadian introver, tetapi studi kualitatif yang dilakukan oleh Aron dan dimuat dalam jurnal "Personality and Social Psychology" tahun 1997 menunjukkan bahwa tak semua HSP merupakan introver.

Pasangan tersebut menambahkan bahwa kemungkinan HSP bertindak seperti introver adalah karena interaksi sosial merupakan sumber stimulan yang paling besar.

Sementara itu, dalam "Personality and Individual Differences" tahun 2015, Karin Sobocko dan John Michael Zelenski dari Universitas Carleton, Kanada, menemukan bahwa unsur HSP secara keseluruhan berkolerasi positif dengan esktroversi dan neurotisisme.

Neurotisisme sendiri, menurut sebuah ulasan dalam jurnal "World Psychiatry" tahun 2017, adalah watak atau bawaan untuk merasakan emosi negatif, termasuk rasa marah, sadar diri, sensitif atau lekas tersinggung, ketidakstabilan emosi, dan depresi.

4. Butuh keheningan lebih banyak dari orang lain

pexels.com/Leah Kelley

Jika melihat beberapa poin di atas, tergolong sebagai HSP tidak berarti buruk. Karena bagaimanapun, hal ini di luar kehendak siapa pun. Untuk dapat lebih maksimal dalam menjalani hidup, HSP memang lebih butuh banyak keheningan dari orang lain.

Seorang asisten profesor psikologi dan pengembangan manusia di California State University, Amerika Serikat, Marwa Azab, Ph.D., menulis dalam Psychology Today bahwa HSP lebih rentan mengalami depresi dan gangguan mental lainnya. Karena itu, HSP dianjurkan untuk berdamai dengan cara menghindari pemicu stres (stresor), menciptakan lingkungan yang tenang, dan melakukan berbagai upaya untuk menenangkan lainnya.

Baca Juga: Ngeri! Ini 5 Akibat yang Akan Diterima Jika Terlalu Sering Marah-marah

Verified Writer

Novia Aisyah

Some Scandinavian thoughts addict

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya