TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Habis Makan Gula Darah Malah Turun, Apa Penyebabnya?

Biasanya terjadi dalam waktu 4 jam setelah makan

ilustrasi hiperglikemia reaktif (freepik.com/Drazen Zigic)

Intinya Sih...

  • Hipoglikemia reaktif juga dikenal sebagai hipoglikemia postprandial.
  • Gejala kondisi ini bervariasi tergantung seberapa cepat atau parahnya penurunan kadar gula darah.
  • Ada tiga jenis hipoglikemia reaktif: pencernaan (2 jam setelah makan), idiopatik (3 jam setelah makan), dan lambat (4-5 jam setelah makan).

Kalau pernah merasa pusing, mungkin sedikit gemetar, disertai sedikit keringat atau mual setelah makan, kemungkinan kamu pernah mengalami episode hipoglikemia reaktif.

Hipoglikemia reaktif adalah istilah umum untuk hipoglikemia setelah makan, yaitu ketika kadar glukosa darah atau gula darah menjadi sangat rendah setelah makan.

Juga dikenal sebagai hipoglikemia postprandial, penurunan gula darah biasanya berulang dan terjadi dalam waktu empat jam setelah makan.

Kondisi ini diperkirakan lebih sering terjadi pada individu yang kelebihan berat badan atau mereka yang pernah menjalani operasi bypass lambung.

Sementara itu, hipoglikemia diabetes sering kali disebabkan oleh penundaan atau melewatkan waktu makan.

Hipoglimia pada orang dengan diabetes juga bisa terjadi jika mereka mengonsumsi terlalu banyak insulin atau obat diabetes atau jika mereka berolahraga secara intensif tanpa menyesuaikan obat atau makan lebih banyak, dilansir American Diabetes Association.

1. Jenis

Dipaparkan dalam laman Diabetes Strong, ada tiga jenis hipoglikemia reaktif:

  • Hipoglikemia reaktif pencernaan: Jenis hipoglikemia reaktif yang terjadi sekitar 2 jam setelah selesai makan.
  • Hipoglikemia reaktif idiopatik: Jenis hipoglikemia reaktif yang terjadi sekitar 3 jam setelah selesai makan.
  • Hipoglikemia reaktif lambat: Jenis hipoglikemia reaktif ini terjadi antara 4 hingga 5 jam setelah selesai makan.

2. Penyebab

ilustrasi hipoglikemia atau gula darah rendah (freepik.com/xb100)

Para ilmuwan percaya bahwa hipoglikemia reaktif disebabkan oleh terlalu banyak insulin yang diproduksi dan dilepaskan oleh pankreas setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, mengutip dari Diabetes.co.uk.

Produksi dan sekresi insulin berlebih ini berlanjut setelah glukosa yang diperoleh dari makanan dicerna, menyebabkan jumlah glukosa dalam aliran darah turun ke tingkat yang lebih rendah dari biasanya.

Penyebab peningkatan aktivitas pankreas ini masih belum jelas.

Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa dalam kasus yang jarang, tumor jinak di pankreas dapat menyebabkan produksi insulin berlebih, atau terlalu banyak glukosa yang dapat digunakan oleh tumor itu sendiri.

Alasan lainnya adalah hipoglikemia reaktif disebabkan oleh defisiensi sekresi glukagon.

Penyebab sebagian besar kasus hipoglikemia reaktif masih terus diselidiki.

Ada beberapa kondisi lain yang diketahui menyebabkan hipoglikemia non diabetes (The Medical Bulletin of Sisli Etfal Hospital, 2019), yang meliputi:

  • Kekurangan enzim pencernaan tertentu dapat mengganggu kemampuan tubuh dalam memecah makanan. Ini pada gilirannya dapat mengurangi jumlah glukosa yang tersedia untuk diserap di usus. Penyebabnya antara lain pankreatitis kronis, fibrosis kistik, dan kanker pankreas.
  • Late dumping syndrome dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan hipoglikemia reaktif setelah operasi bypass lambung. Komplikasi pembedahan ini adalah ketika makanan melewati saluran pencernaan dengan sangat cepat sehingga tidak cukup glukosa yang diperoleh dari makanan. Early dumping syndrome terjadi ketika sejumlah besar makanan dari perut berpindah ke duodenum lebih cepat dari biasanya, dan hal ini tidak ada hubungannya dengan kadar gula darah.
  • Penyakit Addison menyebabkan kekurangan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin.
  • Insulinoma adalah tumor non kanker langka di pankreas yang menyebabkan produksi insulin berlebih. Produksi insulin berlebih pada gilirannya menyebabkan penurunan gula darah. Namun, insulinoma biasanya menyebabkan hipoglikemia puasa yang lebih parah dibandingkan hipoglikemia di sela-sela waktu makan.
  • Sindrom hipoglikemia pankreatogenik non insulinoma (NIPHS) adalah kondisi langka lainnya yang menyebabkan perubahan pada pankreas, sehingga menyebabkan produksi insulin berlebih.
  • Stres, walaupun belum ada kaitan pastinya, bisa memengaruhi gula darah karena memicu adrenalin. Hal ini melepaskan glukosa ke dalam aliran darah dari tempat penyimpanan sementara di tubuh, sehingga meningkatkan kadar gula darah. Stres juga dapat menyebabkan beberapa orang makan berlebihan sebagai respons terhadap peningkatan hormon stres, yang dapat menyebabkan lonjakan gula darah. 

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh, 5 Komplikasi Hipoglikemia yang Harus Diwaspadai

3. Gejala

Hipoglikemia reaktif dapat menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat. Kondisi ini jarang mengancam nyawa, tetapi bisa menandakan adanya kondisi medis yang mendasarinya.

Gejala kondisi ini bervariasi tergantung seberapa cepat atau parahnya penurunan kadar gula darah. Oleh karena itu, sensasi hipoglikemia reaktif dapat berbeda dari orang ke orang dan bahkan episode ke episode pada orang yang sama.

Beberapa gejala hipoglikemia reaktif antara lain:

  • Gemetar atau tremor.
  • Lapar.
  • Detak jantung cepat.
  • Kecemasan atau panik.
  • Kesemutan dekat mulut.
  • Berkeringat.
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Pupil melebar.
  • Cepat marah.
  • Gelisah.
  • Mual.
  • Pusing.
  • Kelemahan.
  • Kehilangan kontrol otot.

Penurunan gula darah yang parah dapat menyebabkan gejala yang parah dan bahkan melemahkan. Ini terutama berlaku jika seseorang mengalami dehidrasi. Gejala parah dari hipoglikemia reaktif meliputi:

  • Kebingungan.
  • Perubahan perilaku.
  • Bicara cadel.
  • Gerakan tubuh canggung.
  • Penglihatan buram atau ganda.
  • Kejang.
  • Kehilangan kesadaran.

4. Diagnosis

ilustrasi tes gula darah (pexels.com/Artem Podrez)

Hipoglikemia reaktif dapat didiagnosis dengan mengukur jumlah glukosa dalam darah seseorang saat ia mengalami gejala. Jika kadar glukosa darah di bawah 70 mg/dL, dokter mungkin merekomendasikan mixed meal tolerance test atau MMTT (Case Reports in Medicine, 2013).

MMTT dilakukan dengan memberi orang tersebut minuman tinggi protein, karbohidrat, dan lemak. Setelah meminum minuman tersebut, kadar glukosa darah diuji ulang setiap 30 menit selama 5 jam (Endocrine Practice, 2014).

Selain glukosa, MMTT akan memantau kadar insulin dalam darah. Ini adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas yang membantu mengatur gula darah (European Journal of Internal Medicine, 2014).

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya