TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kamu Lebih Mungkin Tertular COVID-19 di Rumah, Ini Penjelasannya

Ternyata rumah bukanlah tempat yang paling aman

ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (pixabay.com/Pete Linforth)

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, SARS-CoV-2 per 17/8, virus penyebab COVID-19, sudah menginfeksi lebih dari 21,6 juta jiwa, dengan kematian mencapai 775 ribu orang.

Walau seruan dan aturan untuk pakai masker, jaga jarak, menjaga kebersihan diri, tetap di rumah, hingga lockdown masih terus digalakkan, tetapi angka kasusnya masih terus naik, tak terkecuali di Indonesia.

Untuk kamu yang selama ini cukup beruntung bisa tetap beraktivitas dari rumah, mungkin membaca artikel ini akan waswas. Pasalnya, menurut sebuah penelitian, rumah malah bisa menjadi tempat kamu kemungkinan besar tertular virus corona.

Kok, bisa? Simak penjelasannya!

1. Begini kata para peneliti

pixabay.com/fernando zhiminaicela

Sebuah penelitian terhadap pasien positif COVID-19 di Guangzhou, Tiongkok, ingin mengevaluasi risiko penularan SARS-CoV-2 ke kontak dekat dalam berbagai keadaan.

Tim peneliti mengamati 3.410 kontak dekat pasien yang terkait dengan 391 kasus utama COVID-19. Dari 3.410 kontak dekat tersebut, sebanyak 127 pasien tertular dan diberi label kasus sekunder.

Sebagai catatan, untuk menentukan di mana kasus sekunder ini tertular, tim peneliti membagi tempat penularan ke beberapa kategori, yaitu rumah tangga, transportasi umum, tempat pelayanan kesehatan, tempat kerja atau tempat hiburan, dan "multiple settings" (menunjukkan eksposur di lebih dari 1 tempat).

Nah, dari 127 kasus sekunder tersebut, sebanyak 105 terinfeksi di lingkungan rumah, yaitu 82,7 persen.

Baca Juga: Cara Memandikan dan Mengubur Jenazah COVID-19 Sesuai Syariat Islam

2. Bukankah virus lebih mudah menyebar di fasilitas publik?

unsplash.com/Shawn Ang

Logika sederhananya memang seperti itu. Namun, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal "Annals of Internal Medicine" yang terbit pada 13 Agustus lalu ini, sebagai perbandingan, cuma 1 dari kasus sekunder yang berhubungan dengan transportasi umum, 7 kasus di fasilitas layanan kesehatan, 11 di tempat hiburan atau tempat kerja, dan 3 di tempat lainnya. 

Ya, setelah rumah, tempat hiburan atau tempat kerja adalah tempat dengan risiko penularan COVID-19 tertinggi kedua.

Temuan ini tak jauh beda dengan penelitian sebelumnya pada bulan Mei, yang mana peneliti mengamati 318 wabah di Tiongkok dengan tiga atau lebih kasus yang teridentifikasi. Hasilnya, ditemukan bahwa 80 persen terjadi di lingkungan rumah (254 dari 318) lalu diikuti dengan transportasi umum yang menyumbang 34 persen (108 kasus).

3. Kenapa risiko penularan lebih besar di rumah?

unsplash.com/Arturo Rey

Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa risiko untuk kasus sekunder lewat lingkungan rumah tangga lebih tinggi karena banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, yang mana ini menyebabkan paparan lebih sering dan lebih lama dengan kontak positif tanpa alat perlindungan.

Penjelasan lainnya adalah aturan penggunaan masker cuma diwajibkan saat berada di luar rumah, tapi tidak di luar rumah. Maka dari itu, penelitian menyarankan agar ada tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko transmisi di rumah, termasuk saat karantina mandiri di rumah.

4. Melawan risiko penularan COVID-19 di rumah

pixabay.com/Michael Tavrionov

Dilansir Mayo Clinic, kamu bisa mengurangi potensi penyebaran COVID-19 di rumah dengan membersihkan dan disinfeksi secara berkala, khususnya permukaan yang banyak disentuh seperti meja, gagang pintu, sakelar, toilet, keran, atau benda apa pun yang banyak disentuh. Bila ada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah, lakukan pembersihan ini setiap hari.

Sebelum mulai bersih-bersih, kamu disarankan untuk memakai sarung tangan sekali pakai, sehingga bisa segera dibuang setelahnya. Kalau tidak ada, bisa juga pakai sarung tangan yang bisa dipakai berulang, tetapi pastikan pemakaiannya hanya untuk bersih-bersih rumah. Setelah melepas sarung tangan, segera cuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama minimal 20 detik.

Pembersihan dengan sabun dan air mengalir bisa menghilangkan kotoran dan mengurangi jumlah kuman di permukaan. Bila permukaan sudah bersih, kamu bisa menggunakan disinfektan untuk membunuh kuman yang tersisa.

Kalau tidak ada disinfektan, kamu juga bisa pakai pemutih. Cara adalah dengan mencampurkan 4 sendok teh pemutih (sekitar 20 ml) dengan 0,94 liter air.

Pakai sarung tangan saat membersihkan dan pastikan ada aliran udara yang baik di dalam ruangan. Jangan mencampurkan pemutih dengan amonia atau bahan pembersih lainnya, karena kombinasinya bisa memunculkan uap beracun.

5. Barang-barang pribadimu jangan sampai kelupaan untuk dibersihkan

pixabay.com/Myriam Zilles

Masih mengutip dari Mayo Clinic, barang-barang pribadi yang sering kamu pegang, seperti smartphone, tablet, laptop, mouse, dan lain-lain juga harus dibersihkan secara rutin, kalau perlu setiap hari.

Ikuti anjuran pembersihan dan disinfeksi dari produsen, atau kamu juga bisa membersihkannya dengan alcohol swab yang mengandung 70 persen alkohol. Lap permukaan smartphone atau perangkat lainnya, termasuk di bagian samping dan belakang. Biarkan mengering.

Setelah selesai, segera cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, ya!

Baca Juga: Selain Masker, Perlukah Kacamata untuk Lindungi Diri dari COVID-19?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya