TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kista Payudara, Apakah Kemunculannya Berbahaya?

Kista bisa muncul di salah satu atau kedua payudara

ilustrasi kista payudara (freepik.com/ArtPhoto_studio)

Kista payudara adalah kantung berisi cairan yang merupakan salah satu benjolan payudara paling umum yang bisa dialami perempuan. Kista payudara juga bisa menjadi penyebab gejala pada payudara lainnya, mulai dari rasa sakit hingga berpotensi menyebabkan keluarganya cairan dari puting susu.

Banyak perempuan mengembangkan perubahan non kanker pada jaringan payudara. Ini adalah salah satu kondisi yang dikenal sebagai penyakit payudara fibrokistik, yang meliputi kista berisi cairan.

Kista dapat muncul di satu atau kedua payudara secara bersamaan dan bisa juga di bagian payudara yang berbeda. Beberapa kista berukuran sangat kecil sehingga seseorang tidak merasakan adanya benjolan.

Bagi banyak pasien, kista payudara tidak memiliki gejala—hanya sekitar 7 persen perempuan yang memiliki kista payudara yang dapat dirasakan dengan tangan, mengutip laman Cancer Treatment Centers of America.

1. Jenis

Dijelaskan dalam laman Cleveland Clinic, ada tiga jenis kista payudara, yakni:

  • Kista payudara sederhana (simple breast cyst): Kista berisi cairan dan jenis kista ini hampir selalu non kanker.
  • Kista payudara yang rumit (complicated breast cyst): Jenis kista ini memiliki beberapa fragmen padat yang mengambang di dalam cairan. Dokter mungkin ingin melakukan aspirasi kista payudara atau biopsi jarum.
  • Kista payudara kompleks (complex breast cyst): Kista jenis ini mengkhawatirkan karena tampaknya memiliki beberapa jaringan padat yang bisa menjadi kanker. Untuk kista payudara kompleks, dokter akan melakukan biopsi jarum.

2. Penyebab

ilustrasi perempuan (pexels.com/Chelsi Peter)

Tidak diketahui pasti mengapa kista payudara berkembang. Beberapa mengaitkannya dengan makanan dan minuman berkafein, sementara beberapa perempuan melaporkan bahwa kista mereka menjadi kurang mengganggu setelah menghindari kafein, menurut American Cancer Society. Akan tetapi, belum ada studi yang menemukan kaitan yang jelas untuk mendukung kesimpulan tersebut.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kista payudara antara lain:

  • Usia antara 35 dan 50 tahun.
  • Usia pramenopause (masih memiliki siklus menstruasi).
  • Usia pascamenopause (tidak lagi memiliki siklus menstruasi), tetapi menjalani terapi penggantian hormon.

Baca Juga: Kista Epidermoid: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

3. Gejala

Kista payudara dapat ditemukan di salah satu atau kedua payudara. Menurut Mayo Clinic, tanda dan gejala kista payudara meliputi:

  • Benjolan bulat atau oval yang halus dan mudah digerakkan yang mungkin memiliki tepi yang halus. Biasanya, walaupun tidak selalu, ini menunjukkan bahwa itu jinak.
  • Keluarnya cairan dari puting yang mungkin bening, kuning, atau cokelat tua.
  • Payudara nyeri atau nyeri tekan di area benjolan payudara.
  • Peningkatan ukuran benjolan payudara dan nyeri payudara tepat sebelum menstruasi.
  • Penurunan ukuran benjolan payudara dan hilangnya gejala lain setelah menstruasi.

Punya kista payudara tidak meningkatkan risiko kanker payudara. Namun, adanya kista bisa membuat lebih sulit untuk menemukan benjolan payudara baru atau perubahan lain yang mungkin perlu dievaluasi oleh dokter.

Payudara mungkin terasa membengkak dan nyeri saat menstruasi. Jadi, penting untuk memberi tahu bagaimana payudara terasa selama siklus menstruasi sehingga kamu dapat mendeteksi jika ada perubahan.

4. Diagnosis

ilustrasi dokter dan pasien (freepik.com/freepik)

Diagnosis kista payudara biasanya dilakukan melalui:

  • Evaluasi dokter.
  • Pencitraan, termasuk USG atau mamogram.
  • Aspirasi jarum halus (FNA) atau biopsi jarum inti (CNB) invasif minimal, meskipun ini tidak untuk setiap pasien.

Selama kunjungan dokter, dokter akan membutuhkan informasi berikut ini:

  • Informasi mendetail tentang apa yang dialami, termasuk deskripsi nyeri dan apakah dipengaruhi oleh siklus menstruasi.
  • Cedera baru-baru ini di daerah payudara.
  • Perubahan pada kulit atau puting, seperti keluarnya cairan dari puting.
  • Riwayat lengkap masalah medis dan bedah masa lalu.
  • Usia saat menstruasi dan menopause dimulai.
  • Riwayat keluarga atau riwayat pribadi kanker payudara.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kesehatan payudara, leher, dan dada, serta area di bawah lengan.

Ujian pencitraan mungkin termasuk:

  • Ultrasonografi (USG): USG menggunakan gelombang suara untuk mengetahui apakah massa itu padat atau berisi cairan. Prosedur ini digunakan pada perempuan muda yang mungkin memiliki jaringan payudara lebih padat.
  • Mamogram: Tes pencitraan ini adalah jenis sinar-X yang mengambil gambar saat payudara ditekan di antara pelat plastik. Dalam beberapa kasus, perempuan dengan payudara padat dapat menjalani mamogram dan USG.
  • Magnetic resonance imaging (MRI): Menggunakan gelombang radio magnet untuk membuat gambar. Ini dapat digunakan sebagai tambahan untuk tes pencitraan lain pada pasien yang berisiko tinggi terkena kanker payudara ketika hasilnya tidak jelas.

Pencitraan dapat diikuti oleh FNA atau CNB. Prosedur ini dapat membantu memastikan diagnosis dengan mengumpulkan cairan dan/atau jaringan.

  • FNA: Menggunakan jarum untuk mengalirkan cairan dari kista.
  • CNB: Menghilangkan potongan-potongan kecil jaringan payudara. Dikenal sebagai inti, potongan ini seukuran sebutir beras.

Prosedur-prosedur di atas tidak selalu diperlukan untuk diagnosis. Mereka biasanya merupakan prosedur rawat jalan yang dilakukan di klinik atau rumah sakit.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya