TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pankreatitis Autoimun: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Pankreatitis autoimun sulit didiagnosis

ilustrasi pria dengan pankreatitis kronis (pexels.com/Eren Li)

Kadang, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang pankreas sehingga menyebabkan organ tersebut membengkak. Ini dikenal sebagai pankreatitis autoimun.

Merupakan penyakit langka, pankreatitis autoimun sering disalahartikan sebagai kanker pankreas, karena sering muncul sebagai benjolan atau massa yang tidak nyeri di pankreas. Namun, pengobatan untuk penyakit ini sangat berbeda. Itulah mengapa penting untuk memastikan diagnosis yang akurat.

Pankreatitis merupakan kondisi yang kurang umum dan mungkin kurang terdiagnosis. Kondisi ini diperkirakan menjadi penyebab 4,6 hingga 6 persen kasus pankreatitis kronis (Clinical Gastroenterology and Hepatology, 2010).

1. Jenis

Ada dua jenis pankreatitis autoimun, yaitu tipe 1 dan tipe 2.

Pankreatitis autoimun tipe 1

Ini merupakan jenis yang paling umum. Pankreatitis autoimun tipe 1 terkait dengan tingkat IgG4 yang tinggi, sejenis antibodi, dan sel kekebalan penghasil IgG4. Antibodi ini dapat menyerang jaringan sehat di pankreas. Organ lain, seperti saluran empedu, ginjal, dan tiroid juga mungkin terlibat.

Pankreatitis autoimun tipe 1 lebih sering dialami laki-laki dan individu usia di atas 60 tahun. Kondisi ini juga memiliki prevalensi yang lebih tinggi pada keturunan Asia (Frontiers in Pediatrics, 2021).

Pankreatitis autoimun tipe 2

Pada jenis ini, sel kekebalan yang disebut neutrofil ditemukan di saluran pankreas. Aktivitas sel tersebut dapat merusak pankreas. IgG4 tidak dapat dideteksi atau ditemukan pada tingkat yang sangat rendah. Pankreatitis autoimun jenis ini juga terkadang dikaitkan dengan penyakit radang usus.

Penyakit tipe 2 tampaknya memengaruhi perempuan dan laki-laki secara setara, dan terutama terjadi pada individu yang lebih muda (Journal of Clinical Medicine, 2019). Sebagian besar dialami oleh orang keturunan Eropa-Amerika.

2. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi kolitis ulseratif (pexels.com/Sora Shimazaki)

Penyebab pasti pankreatitis autoimun masih diselidiki oleh para ahli. Kondisi ini sering berkembang pada usia antara 50 dan 60 tahun, tetapi bisa juga muncul lebih cepat. Pankreatitis autoimun memengaruhi laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan.

Dilansir Cleveland Clinic, dalam beberapa kasus, pankreatitis autoimun dapat berkembang karena respons kekebalan tubuh setelah infeksi bakteri. Selain itu, orang dengan gangguan autoimun lainnya memiliki risiko yang lebih tinggi, seperti:

3. Gejala

Pankreatitis autoimun sulit didiagnosis. Sering kali, kondisi ini tidak menimbulkan gejala apa pun. Gejala dan tanda pankreatitis autoimun tipe 1 mirip dengan kanker pankreas.

Tanda dan gejala kanker pankreas dapat meliputi:

  • Urine gelap.
  • Kotoran pucat atau tinja yang mengapung di toilet.
  • Kulit dan mata kuning (penyakit kuning).
  • Nyeri di perut bagian atas atau bagian tengah punggung.
  • Mual dan muntah.
  • Kelemahan atau kelelahan ekstrem.
  • Kehilangan nafsu makan atau perasaan kenyang.
  • Penurunan berat badan tanpa alasan yang diketahui.

Tanda yang paling umum dari pankreatitis autoimun tipe 1 (tercatat pada sekitar 80 persen orang) adalah penyakit kuning tanpa rasa sakit akibat saluran empedu yang tersumbat.

Pankreatitis autoimun tipe 2 hadir dengan episode pankreatitis akut berulang. Nyeri di perut bagian atas, gejala umum kanker pankreas, sering tidak ada pada pankreatitis autoimun.

Dirangkum dari Mayo Clinic, perbedaan antara pankreatitis autoimun tipe 1 dan tipe 2 adalah:

  • Pada pankreatitis autoimun tipe 1, penyakit ini dapat menyerang organ lain selain pankreas. Pankreatitis autoimun tipe 2 hanya memengaruhi pankreas, meskipun penyakit ini dikaitkan dengan kondisi autoimun lain, seperti penyakit radang usus.
  • Pankreatitis autoimun terutama menyerang laki-laki pada usia 60 hingga 70 tahun.
  • Pankreatitis autoimun tipe 2 memengaruhi laki-laki dan perempuan secara setara dan memiliki usia onset yang lebih muda dibanding dengan pankreatitis autoimun tipe 1.
  • Pankreatitis autoimun tipe 1 lebih cenderung kambuh setelah pengobatan dihentikan.

Baca Juga: Mengenal Pankreatitis Kronis, Peradangan Pankreas yang Terus Memburuk

4. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi pasien (flickr.com/NIH Clinical Center)

Pankreatitis autoimun dapat menyebabkan berbagai komplikasi, di antaranya:

  • Insufisiensi eksokrin pankreas: Pankreatitis autoimun dapat memengaruhi kemampuan pankreas untuk memproduksi enzim. Tanda dan gejalanya mungkin termasuk diare, penurunan berat badan, penyakit tulang metabolik, dan kekurangan vitamin atau mineral.
  • Diabetes: Karena pankreas adalah organ yang memproduksi insulin, kerusakan pada pankreas dapat menyebabkan diabetes.
  • Penyempitan pankreas dan saluran empedu.
  • Kalsifikasi atau batu pankreas.

Perawatan untuk pankreatitis autoimun, seperti penggunaan steroid jangka panjang, juga dapat menyebabkan komplikasi. Namun, meski dengan komplikasi ini, orang yang dirawat karena pankreatitis autoimun memiliki harapan hidup yang normal.

Tidak ada hubungan yang pasti antara pankreatitis autoimun dan kanker pankreas.

5. Diagnosis

Diagnosis pankreatitis autoimun biasanya melibatkan banyak tes. Tes-tes yang diperlukan antara lain:

  • Tes darah: Untuk mendeteksi tingkat abnormal IgG4. Tes darah juga dapat memeriksa fungsi hati dan kadar jenis sel darah tertentu.
  • Tes pencitraan: Untuk memeriksa ukuran pankreas dan mendeteksi tanda-tanda bekas luka dan saluran yang menyempit. Ini mungkin termasuk CT scan dan MRI.
  • Biopsi: Ini melibatkan pengambilan sampel jaringan pankreas dan memeriksanya di bawah mikroskop. Biopsi biasanya diperoleh melalui prosedur endoskopi invasif minimal yang disebut ultrasonografi endoskopik (EUS). Terkadang, dokter mungkin perlu melakukan prosedur melalui sayatan kecil di kulit (laparoskopi) untuk mendapatkan spesimen biopsi.
  • Uji coba kortikosteroid: Ini dapat membantu memastikan diagnosis. Kamu akan diberikan steroid dosis pendek dan menjalani tes laboratorium untuk melihat apakah itu menurunkan kadar IgG4 dan memperbaiki temuan pencitraan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya