Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Merupakan salah satu bentuk penyakit radang usus

Ketimbang radang usus, mungkin istilah kolitis ulseratif (ulcerative colitis) masih asing di telinga. Kolitis ulseratif adalah penyakit usus yang menyebabkan adanya peradangan jangka panjang pada sel-sel yang melapisi usus besar dan rektum.

Bisa dibilang, kolitis ulseratif adalah bentuk penyakit radang usus (inflammatory bowel disease atau IBD) yang menyebabkan borok atau peradangan.

Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui apa penyebab dan pengobatan yang efektif untuk kolitis ulseratif. Karena itu, penyakit ini tidak bisa disepelekan karena biasanya menyebabkan luka, peradangan, hingga bisa menimbulkan borok di usus. Bahkan, dalam beberapa kasus komplikasi penyakit ini bisa mengancam jiwa.

Supaya lebih waspada, yuk, tengok beberapa fakta medis seputar kolitis ulseratif, mulai dari penyebab, gejala, jenis, dan penanganannya.

1. Penyebab

Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi kolitis ulseratif (cghjournal.org)

Penyebab pasti dari kolitis ulseratif masih belum diketahui. Ada yang menyebutkan jika penyakit ini disebabkan oleh pola makan serta stres, tetapi nyatanya dua hal tersebut tidak menyebabkannya.

Terdapat kemungkinan lain, yaitu kerusakan sistem kekebalan tubuh. Saat sistem imun mencoba untuk melawan bakteri atau virus yang menyerang, respons kekebalan tidak berlangsung normal, yang bisa menyebabkan sistem kekebalan juga ikut menyerang sel-sel yang ada di saluran pencernaan.

Faktor keturunan pun tampaknya berperan dalam kemunculan kolitis ulseratif karena dinilai penyakit ini muncul pada anggota lain. Namun, kebanyakan orang dengan penyakit ini nyatanya juga tidak memiliki anggota keluarga dengan penyakit yang sama.

Meski demikian, dilansir Healthline, para peneliti percaya jika kolitis ulseratif adalah hasil dari sistem kekebalan yang sangat aktif. Hanya saja, sampai sekarang belum bisa dipastikan cara sistem kekebalan bisa merespons bakteri atau virus yang menyerang usus besar.

Setidaknya, sampai sekarang para peneliti menyimpulkan penyebab kolitis ulseratif terdiri dari tiga faktor, meliputi:

  • Gen: Seseorang mungkin mewarisi gen penyebab kolitis ulseratif yang bisa meningkatkan risikonya
  • Gangguan kekebalan lainnya: Kalau seseorang sudah mempunyai setidaknya gangguan kekebalan, peluang mengalami kolitis ulseratif akan makin besar.
  • Faktor lingkungan: Bakteri, antigen, dan virus bisa memicu sistem imun.

2. Jenis

Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi jenis kolitis ulseratif (drugwatch.com)

Dilansir Mayo Clinic dan WebMD, para ahli menggolongkan kolitis ulseratif berdasarkan lokasinya, yaitu:

  • Proktitis: Peradangan yang terbatas pada area di dekat anus (rektum). Gejalanya adalah pendarahan di daerah rektal.
  • Proctosigmoiditis: Peradangan melibatkan rektum serta kolon sigmoid (ujung bawah usus besar). Gejalanya diare berdarah, kram perut serta nyeri, dan ketidakmampuan untuk buang air besar meskipun urgensinya besar (tenesmus).
  • Kolitis sisi kiri (kolitis terbatas atau distal): Peradangan meluas dari rektum ke atas melewati usus besar sigmoid dan desenden. Gejalanya adalah diare berdarah, nyeri di sisi kiri, kram perut, dan urgensi untuk buang air besar.
  • Pankolitis: Jenis ini sangat memengaruhi seluruh usus besar dan menyebabkan serangan diare berdarah yang mungkin parah, nyeri, kram perut, mudah lelah, hingga penurunan berat badan yang signifikan.
  • Kolitis ulseratif berat akut: Jarang terjadi, ini mempengaruhi seluruh usus besar dan menyebabkan sakit parah, diare berat, pendarahan, dan demam.

3. Gejala

Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi sakit perut (pexels.com/cottonbro)

Peradangan usus jangka panjang yang disertai luka ini bisa menyebabkan masalah pencernaan yang serius. Dampaknya bisa berupa penurunan berat badan, nafsu makan yang buruk, dan mual. Ini dibenarkan dalam laporan yang dimuat dalam jurnal Gastroenterology and Hepatology tahun 2010. 

Gejala yang bisa dilihat dari pasien kolitis ulseratif adalah demam, anemia, serta penurunan berat badan. Penelitian tersebut melihat insiden peradangan usus dengan luka yang diperkirakan terjadi pada 2-7 per 100.000 orang.

Selain penurunan nafsu makan, masih ada beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai. Mengutip laman Medical News Today, biasanya gejala kolitis ulseratif berupa diare, konsistensi feses pun melunak.

Untuk beberapa orang, gejala yang dirasakan adalah sakit perut yang disertai kram dan keinginan untuk buang air besar. Diare bisa dimulai secara perlahan atau terjadi tiba-tiba. Ini biasanya sangat bergantung dengan luas penyebaran dari peradangan yang terjadi.

Secara umum, gejala kolitis ulseratif meliputi:

  • Sakit perut dan diare berdarah disertai lendir.
  • Kelelahan.
  • Penurunan berat badan.
  • Anemia.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Dehidrasi.
  • Suhu tinggi
  • Dorongan berlebih ketika buang air besar

Beberapa gejala di atas disebutkan memburuk pada pagi hari. Jadi, bila kamu mengalaminya, sebaiknya segera periksakan ke dokter. Gejala mungkin akan terasa ringan atau tidak dan dirasakan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun pada suatu waktu.

Baca Juga: Kenali Gejala Inflammatory Bowel Disease (IBD) Sebelum Terlambat

4. Perbedaan antara kolitis, kolitis ulseratif, dan penyakit Crohn

Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, PengobatanPerbedaan antara kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. (aboutkidshealth.ca)

Gejala kolitis ulseratif mirip dengan beberapa penyakit usus lainnya, seperti kolitis dan penyakit Crohn

Kolitis berarti usus besar yang meradang atau teriritasi. Ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti virus atau bakteri. Sementara itu, kolitis ulseratif dinilai lebih parah, karena tidak disebabkan oleh infeksi dan bersifat seumur hidup.

Dilansir Cleveland Clinic, gejala kolitis ulseratif dan penyakit Crohn hampir sama. Penyakit Crohn juga merupakan bentuk IBD yang dialami seumur hidup. Kondisi ini membuat saluran pencernaan meradang atau teriritasi, terlebih usus kecil dan usus besar. Gejala penyakit Crohn adalah diare dan kram perut. Mirip kolitis ulseratif, kan?

Sampai saat ini, para peneliti membedakan penyakit Crohn dan kolitis ulseratif dengan melakukan beberapa tes, seperti tes feses, tes darah, endoskopi, kolonoskopi, biopsi, dan CT scan.

5. Diagnosis

Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi sampel darah untuk tes darah (pexels.com/Los Muertos Crew)

Dokter akan menggunakan beberapa tes untuk menegakkan diagnosis kolitis ulseratif, seperti:

  • Tes darah: Dapat menunjukkan apakah pasien menderita anemia atau peradangan.
  • Sampel tinja: Dapat membantu dokter menyingkirkan infeksi atau parasit di usus besar. Tes ini juga dapat menunjukkan apakah ada darah di tinja yang tidak terlihat.
  • Sigmoidoskopi fleksibel: Ini memungkinkan dokter melihat bagian bawah usus besar. Dokter akan memasukkan tabung yang bisa ditekuk ke usus besar bagian bawah melalui bagian pantat. Tabung memiliki lampu kecil dan kamera di ujungnya. Dokter mungkin juga menggunakan alat kecil untuk mengambil sepotong lapisan usus besar bagian bawah (biopsi). Sampel kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.
  • Kolonoskopi: Ini adalah proses yang sama dengan sigmoidoskopi fleksibel, hanya dokter yang akan melihat seluruh usus besar, bukan hanya bagian bawahnya.
  • Sinar-X: Pemeriksaan ini kurang umum untuk mendiagnosis penyakit, tetapi dokter mungkin memerlukannya dalam beberapa kasus khusus.

6. Pengobatan

Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Perawatan kolitis ulseratif memiliki dua tujuan utama. Pertama adalah membuat pasien merasa lebih baik dan memberi kesempatan bagi usus besar untuk sembuh. Kedua adalah untuk mencegah lebih banyak flare-up. Pasien mungkin perlu kombinasi perubahan pola makan, pengobatan, atau pembedahan untuk mencapai tujuan tersebut.

1. Pola makan

Beberapa makanan dapat memperburuk gejala. Pasien mungkin menemukan bahwa makanan lunak dan hambar tidak mengganggu seperti halnya hidangan pedas atau berserat tinggi. Jika tidak dapat mencerna gula dalam susu yang disebut laktosa (intoleransi laktosa), dokter mungkin akan meminta pasien untuk berhenti makan produk susu.

Pola makan seimbang dengan banyak serat, protein tanpa lemak, buah-buahan, dan sayuran seharusnya menyediakan vitamin dan nutrisi yang cukup.

2. Obat-obatan

Dokter mungkin meresepkan beberapa jenis obat yang berbeda. Ini bisa termasuk:

  • Antibiotik: Ini melawan infeksi dan membiarkan usus besar sembuh.
  • Aminosalisilat: Obat ini mengandung asam 5-aminosalicylic acid (5-ASA) yang melawan peradangan dan membantu mengendalikan gejala. Pasien mungkin diresepkan pil oral atau enema atau supositoria untuk dimasukkan ke dalam pantat.
  • Kortikosteroid: Jika aminosalisilat tidak bekerja atau gejala parah, dokter mungkin meresepkan obat antiinflamasi ini untuk waktu yang singkat.
  • Imunomodulator: Ini membantu menghentikan serangan sistem kekebalan pada usus besar. Efeknya perlu waktu beberapa saat. Pasien mungkin tidak melihat perubahan apa pun hingga 3 bulan.
  • Terapi biologis: Ini terbuat dari protein dalam sel hidup, bukan bahan kimia. Pengobatan ini ditujukan untuk untuk orang-orang dengan kolitis ulseratif parah.
  • Janus kinase inhibitor (JAK inhibitor): Ini adalah obat-obatan oral yang dapat bekerja dengan cepat untuk mendapatkan dan mempertahankan remisi pada kolitis ulseratif.
  • Sphingosine 1-phosphate (S1P) receptor modulators: Ini adalah obat oral untuk pasien dengan kolitis ulseratif sedang hingga berat.
  • Loperamida: Ini dapat memperlambat atau menghentikan diare. Bicarakan dengan dokter sebelum meminumnya.
  • Operasi: Jika perawatan lain tidak berhasil atau kolitis ulseratif parah, pasien mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat usus besar (kolektomi) atau usus besar dan rektum (proktokolektomi). Dalam proktokolektomi, dokter mungkin membuat kantong kecil dari usus kecil dan menempelkannya ke anus. Ini disebut ileal pouch-anal anastomosis (IPAA). Ini memungkinkan tubuh mengeluarkan kotoran secara normal, jadi pasien tidak perlu memakai kantong untuk menampung tinja.

7. Komplikasi yang dapat terjadi

Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi perawatan pasien di rumah sakit (247nursing.com.au)

Beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh kolitis ulseratif antara lain:

  • Perdarahan: Ini dapat menyebabkan anemia.
  • Osteoporosis: Tulang mungkin melemah karena pola makan atau jika mengonsumsi kortikosteroid dalam jumlah banyak. 
  • Dehidrasi: Seseorang mungkin membutuhkan asupan cairan secara intravena jika usus besar tidak dapat menyerapnya secara cukup.
  • Inflamasi: Ini dapat memengaruhi sendi, kulit, dan mata.
  • Kolitis fulminan: Jika serangan kolitis ulseratif parah, usus besar mungkin pecah, atau infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh. Usus berhenti mengeluarkan limbah dan perut membengkak.
  • Megakolon: Kolitis fulminan dapat menyebabkan usus besar membengkak atau pecah. Ini merupakan komplikasi berbahaya dan pasien kemungkinan butuh operasi.
  • Penyakit hati: Saluran empedu atau hati bisa meradang, atau bisa menyebabkan jaringan parut di hati.
  • Kanker usus besar: Kolitis ulseratif menempatkan seseorang pada risiko lebih tinggi terkena kanker usus besar, terutama jika seluruh usus besar terdampak atau jika seseorang mengidap kolitis ulseratif untuk waktu yang lama.

Jika mengidap kolitis ulseratif, penting untuk bekerja sama dengan dokter. Minumlah obat sesuai anjuran, bahkan jika tidak memiliki gejala. Melewatkan obat yang seharusnya diminum dapat menyebabkan flare-up dan membuat penyakit lebih sulit dikendalikan. Upaya terbaik dalam mengelola kolitis ulseratif adalah mengikuti rencana perawatan dan berbicara dengan dokter secara rutin.

Baca Juga: Waspadai 7 Penyebab Kanker Usus yang Sering Terlewatkan

IamLathiva Photo Verified Writer IamLathiva

Love To See, Love To Read, and Love To Share.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya