TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal yang Perlu Diperhatikan tentang Sediaan Obat Steril

Penggunaan obat steril tidak boleh asal-asalan

ilustrasi obat-obatan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kadang terjadi kesalahpahaman ketika mendengar istilah "steril". Jangan salah, steril berbeda dengan bersih, ya. 

Steril merupakan kondisi bebas dari mikroorganisme hidup, sedangkan bersih merupakan keadaan bebas dari kotoran yang tampak oleh mata namun belum tentu bebas dari mikroorganisme.

Obat steril merupakan obat yang bebas dari segala bentuk mikroorganisme, baik patogen (penyebab penyakit) maupun non patogen, sehingga penggunaannya minimal kontaminasi. Tentunya penggunaan obat ini tidak bisa asal karena harus minim kontaminasi. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan tentang sediaan steril.

1. Mengapa obat dibuat steril?

ilustrasi obat steril insulin (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tujuan dari dibuatnya obat steril adalah karena obat tersebut cara penggunaannya langsung ke darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang rentan akan patogen, perlindungannya tidak selengkap lambung sehingga rentan terkontaminasi. Adanya sediaan steril ini diharapkan dapat menghindari infeksi sekunder sehingga terapi obat berjalan maksimal.

Tidak semua obat harus steril. Obat tablet, kapsul, salep, dan krim bukan termasuk obat steril, tetapi bukan berarti obat non steril tidak layak. Definisi non steril di sini adalah tidak mengandung mikroorganisme patogen, tetapi tetap mengandung mikroorganisme non patogen dengan jumlah yang dapat ditoleransi tubuh. Penggunaannya aman karena pembuatannya diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan dikontrol ketat di dalam prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Baca Juga: Sulit Menelan Obat, Bagaimana Cara Mengatasinya?

2. Apa saja yang termasuk obat steril?

ilustrasi obat steril (pexels.com/Thirdman)

Berikut yang termasuk ke dalam obat steril yang perlu diperhatikan penggunaannya:

  • Injeksi.
  • Tetes mata.
  • Salep mata.
  • Tetes telinga.
  • Tetes hidung.
  • Obat pencuci mata.
  • Serbuk steril.

3. Penyimpanan obat steril

ilustrasi tempat penyimpanan obat (pexels.com/cottonbro studio)

Umumunya, penyimpanan obat steril sama dengan obat non steril, yakni di suhu ruang. Pengecualian adalah obat injeksi dan serbuk steril injeksi yang telah dilarutkan, yang biasanya disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2–8 derajat Celsius agar obat tahan lebih lama.

Injeksi insulin merupakan salah satu contoh obat yang disimpan di lemari pendingin jika belum dibuka, akan tetapi jika sudah dibuka dapat disimpan dalam suhu ruang.

4. Tanda obat steril yang tidak layak untuk dipakai kembali

ilustrasi obat injeksi (pexels.com/Alena Shekhovtcova)

Batas penggunaan obat atau beyond-use date (BUD) obat merupakan salah satu faktor penentu obat masih layak dan boleh digunakan atau tidak. BUD biasanya berbeda-beda, tergantung sediaan obat yang digunakan. Berikut ini penjelasan lebih jelasnya:

  • Tetes mata minidose tahan sampai 3 hari setelah kemasan dibuka.
  • Tetes mata atau tetes telinga multidose tahan sampai 28 hari setelah kemasan dibuka.
  • Injeksi insulin tahan sampai 28 hari dalam suhu ruang setelah kemasan dibuka, sedangkan di suhu 2–8 derajat Celcius tahan sampai 60 hari
  • Salep mata tahan 30 hari setelah kemasan dibuka

Selain ditentukan oleh BUD, obat masih layak atau tidaknya dapat dilihat dari warna, bau dan bentuk. Jika terdapat perubahan warna, bau dan bentuk dari aslinya, jangan gunakan obat, meski masih ada batas BUD nya.

Baca Juga: 8 Obat dengan Berbagai Kegunaan Berdasarkan Dosis

Verified Writer

Rifka Naila

Serotonin needed~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya