Bagaimana Cara Mendiagnosis HIV pada Anak? Penting Dipahami!
Jangan samakan dengan orang dewasa, ya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penyakit HIV/AIDS sudah tidak asing lagi dibicarakan. Tidak hanya menular melalui hubungan seksual, jarum suntik, dan produk darah, HIV menyebar dari ibu ke bayinya ketika hamil, melahirkan, serta proses menyusui. Melihat cara penyebarannya, kita dapat memahami HIV bukan cuma penyakit orang dewasa. Kelompok usia anak-anak termasuk bayi juga bisa terserang.
Buku berjudul Keperawatan HIV/AIDS menjelaskan anak dengan HIV kerap mengalami infeksi bakteri, gangguan tumbuh kembang, limfadenopati, dan sariwan pada mulut. Pada awal infeksi, gejala tidak tampak dan sulit teridentifikasi. Cara mengetahui diagnosis dengan melakukan pemeriksaan sesuai prosedur.
Bagaimana cara diagnosis HIV pada anak? Yuk, simak informasi lengkapnya sampai selesai!
1. Diagnosis HIV pada bayi usia kurang dari 18 bulan
Umumnya, pemeriksaan HIV pada orang dewasa dilakukan melalui tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan western blot. Namun, untuk anak usia kurang dari 18 bulan, metode yang disarankan adalah tes virologis polymerase chain reaction (PCR).
Hasil tes ELISA dan western blot rentan keliru apabila dilakukan pada bayi berusia kurang dari 18 bulan. Buku Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS menyebutkan bahwa di dalam antibodi mereka masih terkandung antibodi ibunya. Akibatnya, kedua tes tersebut tidak akan akurat dan bisa terjadi false positive, yaitu munculnya hasil positif HIV walaupun sebenarnya bayi tidak terinfeksi.
Baca Juga: Kesetaraan Akses Menjadi Tantangan Penanggulangan HIV/AIDS
Baca Juga: 5 Jenis Infeksi Jamur yang Umum Menyerang Pasien HIV
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.