11 Obat yang Perlu Dihindari oleh Lansia dan Alasannya

Karena lansia lebih sensitif terhadap efek samping obat

Seiring penuaan, obat-obatan dapat mulai memengaruhi seseorang secara berbeda, terutama menjadi lebih sensitif terhadap efek samping. Efek samping tertentu, seperti kebingungan, tekanan darah rendah, dan jatuh bisa sangat berisiko pada lansia.

American Geriatrics Society telah membuat daftar obat yang harus dihindari karena alasan tersebut. Namun, kalau tetap perlu mengonsumsi satu atau beberapa di antaranya, perlu ekstra kehati-hatian.

Di bawah ini akan dipaparkan jenis obat yang mungkin perlu dihindari oleh lansia, alasannya, serta pilihan alternatif yang lebih aman yang bisa dipertimbangkan.

1. Obat tidur

Insomnia sering kali diobati dengan obat "Z-drugs" seperti eszopiclone, zaleplon, dan zolpidem. Namun, pada lansia, obat-obatan tersebut bisa menyebabkan masalah serius. Delirium, jatuh, dan masalah kognitif adalah beberapa contohnya.

Benzodiazepine juga harus dihindari untuk masalah tidur. Ini termasuk obat-obatan seperti estazolam, triazolam, dan temazepam. Obat-obat tersebut memiliki risiko yang sama dengan Z-drugs untuk lansia.

Ada benzodiazepine lain yang tersedia yang disetujui untuk penggunaan di luar tidur. Contohnya alprazolam, lorazepam, dan clonazepam. Seseorang mungkin mengonsumsi obat yang sesuai untuk kondisi kesehatan yang berbeda (misalnya kejang dan kecemasan). Dalam hal ini, manfaatnya mungkin lebih besar daripada risikonya.

Dilansir GoodRx Health, pilihan yang lebih baik adalah fokus pada pengobatan insomnia non farmakologis dengan sleep hygiene yang baik.

2. Diphenhydramine dan antihistamin lainnya

11 Obat yang Perlu Dihindari oleh Lansia dan Alasannyailustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Antihistamin digunakan untuk berbagai kondisi, termasuk alergi dan masalah tidur. Akan tetapi, dalam banyak kasus antihistamin generasi pertama harus dihindari oleh lansia. 

Seiring bertambahnya usia, tubuh akan makin sulit untuk membuangnya dengan benar. Selain itu, dosis yang lebih tinggi mungkin diperlukan agar bisa bekerja. Ini bisa meningkatkan risiko efek samping, termasuk kebingungan. Efek samping lainnya yang harus diwaspadai termasuk mulut kering dan sembelit.

Diphenhydramine terkenal karena menyebabkan efek samping pada lansia. Contoh antihistamin lainnya termasuk doxylamine, chlorpheniramine, dan dimenhydrinate. Terlebih lagi, antihistamin ini bisa berinteraksi dengan obat lain yang digunakan. Misalnya, diphenhydramine bisa berinteraksi dengan beberapa obat, termasuk metoprolol.

Pilihan yang lebih aman meliputi cetirizine, fexofenadine, atau loratadine. Kalau mengalami sulit tidur, bicarakan dengan dokter.

3. Antispasmodik

Kejang di saluran pencernaan bisa sangat menyakitkan. Terkadang, ini diobati dengan antispasmodik, seperti dicyclomine dan hyoscyamine. Namun, obat-obatan tersebut mungkin tidak bekerja pada lansia. Bisa juga terjadi efek samping seperti kebingungan, mulut kering, dan sembelit. Itu sebabnya obat-obatan tersebut sebaiknya dihindari oleh lansia.

Untuk sakit perut, sebaiknya diskusikan dengan pilihan pengobatan dengan dokter.

4. Relaksan otot

11 Obat yang Perlu Dihindari oleh Lansia dan Alasannyailustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Relaksan otot bisa sulit ditoleransi oleh lansia karena efek sampingnya. Secara khusus, obat jenis ini bisa memicu kantuk dan kebingungan sehingga membuat lansia berisiko jatuh. Bisa juga menyebabkan masalah buang air kecil dan sembelit. Carisoprodol, cyclobenzaprine, dan methocarbamol adalah beberapa contoh umum.

Untuk alternatif amannya, cobalah olahraga dan perawatan suportif sebagai pengganti relaksan otot. Tanyakan kepada dokter tentang operasi alternatif yang mungkin lebih aman.

5. Antidepresan trisiklik

Antidepresan trisiklik sebagian besar telah digantikan oleh kelas antidepresan yang lebih baru. Jenis obat ini diketahui menyebabkan kebingungan, tekanan darah rendah, sedasi, dan efek samping lainnya.

Antidepresan trisiklik tidak hanya digunakan untuk depresi. Kegunaan lainnya termasuk migrain, kecemasan, dan insomnia. Beberapa yang umum adalah amitriptyline, doxepin, dan nortriptyline.

Antidepresan yang lebih baru dapat memiliki risiko yang sama, tetapi umumnya lebih rendah daripada antidepresan trisiklik. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) adalah salah satu contohnya.

Baca Juga: 12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tiba

6. Quetiapine dan obat antipsikotik lainnya

11 Obat yang Perlu Dihindari oleh Lansia dan Alasannyailustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Obat antipsikotik digunakan untuk kondisi kesehatan mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Beberapa contohnya termasuk aripiprazole, quetiapine, dan risperidone. Seroquel juga terkadang diresepkan untuk tidur pada orang dewasa yang lebih tua.

Obat antipsikotik dapat menyebabkan sejumlah efek samping yang mengkhawatirkan pada orang dewasa yang lebih tua. Contohnya adalah kebingungan, pusing, dan tekanan darah rendah. Gerakan tubuh yang tidak terkendali dan masalah buang air kecil juga mungkin terjadi. Namun, obat-obatan tersebut masih bisa digunakan dengan hati-hati untuk penggunaan tertentu.

Obat-obatan ini juga telah digunakan untuk mengobati masalah perilaku pada lansia dengan demensia. Namun, ini terbukti meningkatkan risiko kematian dan stroke. Food and Drug Administration (FDA) telah mengeluarkan peringatan paling ketat untuk menghindarinya untuk penggunaan ini pada lansia.

Obat antipsikotik mungkin sesuai untuk skizofrenia dan gangguan bipolar. Perawatan non obat untuk masalah perilaku terkait demensia harus dicoba sebelum mempertimbangkan antipsikotik.

7. Indomethacin

Indomethacin adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Kadang ini digunakan untuk nyeri artritis dan asam urat. Namun, ini dapat menyebabkan kebingungan pada lansia. Terlebih lagi, kerusakan ginjal serius dan tukak lambung juga mungkin terjadi.

Menurut studi dalam jurnal Aging and Disease (2018), biasanya lansia harus menghindari OAINS di luar penggunaan jangka pendek dan sesekali. Dokter dapat menentukan apakah ada opsi OAINS yang lebih aman dan berapa lama penggunaannya.

8. Barbiturat

11 Obat yang Perlu Dihindari oleh Lansia dan Alasannyailustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Barbiturat, seperti fenobarbital, bisa digunakan untuk mengobati epilepsi atau membantu tidur. Beberapa, seperti butalbital, dikombinasikan dengan obat lain untuk nyeri atau migrain. Ini termasuk Fioricet (butalbital/asetaminofen/kafein) dan Fiorinal (butalbital/aspirin/kafein).

Lansia umumnya harus menghindari obat-obatan ini. Selain menyebabkan kebingungan, ada juga risiko membentuk kebiasaan dan menimbulkan risiko overdosis.

Menurut laporan dalam jurnal Epilepsia (2019), alternatif untuk epilepsi termasuk lacosamide, lamotrigin, dan levetiracetam. Diskusikan pilihan dengan dokter. Alih-alih mengonsumsi butalbital untuk rasa sakit, tanyakan kepada dokter tentang alternatif yang lebih aman.

9. Alpha blocker

Beberapa alpha blocker dapat digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Contohnya doxazosin, terazosin, dan prazosin. Mereka bekerja dengan mengendurkan pembuluh darah, yang membantu menurunkan tekanan darah.

Namun, efek ini dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, kondisi saat tekanan darah turun saat mengubah posisi (misalnya dari duduk ke berdiri). Hipotensi ortostatik sangat berisiko pada lansia karena dapat meningkatkan risiko pingsan dan jatuh.

Dokter dapat memilih obat yang berbeda. Contohnya diuretik tiazid, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, atau calcium channel blocker.

10. Opioid

11 Obat yang Perlu Dihindari oleh Lansia dan Alasannyailustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Obat nyeri opioid umumnya menyebabkan kebingungan dan kantuk pada lansia. Sembelit, masalah buang air kecil, dan pernapasan lambat juga mungkin terjadi.

Meperidine adalah salah satu opioid yang harus dihindari oleh lansia karena mungkin lebih cenderung menyebabkan kebingungan. Selain itu, obat ini mungkin tidak menawarkan banyak manfaat.

FDA menganjurkan untuk menghindari menggabungkan opioid lain dengan obat-obatan tertentu. Contohnya termasuk benzodiazepine, gabapentin, dan pregabalin. Kombinasi ini dapat meningkatkan risiko efek samping yang parah dan kematian.

Dokter mungkin mencoba opsi non opioid untuk mengobati rasa sakit. Namun, bagi sebagian orang, opioid mungkin diperlukan. Dokter dapat membantu mengetahui perawatan yang tepat dan cara mengelola risiko ini dengan aman.

11. Sulfonilurea kerja panjang

Glimepiride atau glyburide digunakan untuk membantu mengontrol gula darah untuk diabetes tipe 2. Keduanya termasuk dalam kelas obat yang disebut sulfonilurea. Namun, obat-obat tersebut cenderung bertahan dalam tubuh lebih lama dari sulfonilurea lainnya.

Efek samping sulfonilurea yang paling umum adalah gula darah rendah. Risiko ini mungkin lebih parah dan bertahan lebih lama dengan glimepiride dan glyburide. Jika tidak diobati, ini bisa mengancam jiwa.

Glipizide adalah sulfonilurea dengan masa kerja lebih pendek yang mungkin merupakan opsi yang lebih baik. Ada juga obat lain dengan risiko hipoglikemia minimal. Contohnya termasuk metformin dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1) agonist.

Seiring penuaan, beberapa obat mungkin tidak lagi sesuai. Biasanya, ini karena lansia lebih sensitif terhadap efek samping. Kebingungan, tekanan darah rendah, dan jatuh bisa lebih berisiko pada lansia.

Bicarakan dengan dokter tentang pilihan obat yang lebih aman. Namun, jangan pernah menghentikan atau mengganti obat tanpa berbicara dengan mereka terlebih dahulu.

Baca Juga: 20 Obat yang Sebaiknya Dihindari saat Hamil karena Berpotensi Bahaya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya