Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Posko kesehatan.
Posko kesehatan di SDN Supiturang 4. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Intinya sih...

  • Orang dengan penyakit kronis dapat mengalami peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas setelah banjir akibat gangguan layanan kesehatan dan pengobatan, paparan infeksi, dan stres.

  • Gangguan pengobatan adalah penyebab umum yang dapat memperburuk kondisi kronis pascabencana.

  • Strategi praktis (persiapan obat darurat, catatan medis, prioritas evakuasi, komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan) dapat secara signifikan mengurangi risiko dan menjaga kontinuitas perawatan selama dan setelah banjir.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi orang yang hidup dengan penyakit kronis—seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), gagal ginjal, kanker, dan kondisi kejiwaan—gangguan pasokan obat, akses layanan kesehatan, serta paparan infeksi meningkatkan risiko sakit serius, bahkan kematian. Studi menunjukkan lonjakan rawat inap dan kematian terkait kondisi kronis setelah kejadian banjir besar.

Dampak banjir pada pasien penyakit kronis bersifat multidimensional:

  • Fisik (injeksi/infeksi/eksaserbasi penyakit)

  • Logistik (obat habis, fasilitas kesehatan rusak)

  • Psikososial (stres, gangguan tidur, isolasi)

Bukti dari berbagai negara memperlihatkan pola konsisten, bahwa banjir memicu lonjakan kunjungan rumah sakit untuk penyakit kardiovaskular, gangguan pernapasan, diabetes, serta masalah mental, serta menempatkan sistem kesehatan di bawah tekanan berkepanjangan selama beberapa bulan setelah kejadian.

Dampak banjir pada pasien penyakit kronis

Inilah ancaman yang mengintai pasien penyakit kronis saat dan setelah bencana banjir.

  1. Eksaserbasi penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, hipertensi)

Banjir meningkatkan beban fisik dan psikologis, seperti evakuasi mendadak, kehilangan tempat tinggal, stres akut, yang semuanya dapat memicu kenaikan tekanan darah, aritmia (gangguan irama jantung), atau serangan jantung.

Penelitian besar menunjukkan korelasi antara paparan banjir dan meningkatnya hospitalisasi serta kematian akibat penyakit kardiovaskular dalam minggu-minggu dan bulan-bulan setelah banjir. Selain itu, keterbatasan akses ke obat antihipertensi atau antikoagulan selama krisis memperparah risiko.

Kerusakan fasilitas kesehatan dan gangguan suplai listrik (misalnya untuk alat pendukung pasien jantung) serta terputusnya rantai pasokan obat membuat pengelolaan kronis menjadi sulit. Pasien yang membutuhkan prosedur rutin atau monitoring (contoh: INR untuk pasien yang mengonsumsi warfarin) bisa kehilangan kontrol terapi, meningkatkan risiko komplikasi akut. Oleh karenanya, kontinuitas obat dan akses ke layanan darurat sangat krusial.

  1. Gangguan kontrol diabetes (hiperglikemia, infeksi)

Bencana banjir dapat mengganggu pola makan, pengobatan, dan kebersihan. Kondisi seperti rentan bagi pasien diabetes. Hilangnya insulin atau obat oral, makan tidak teratur, serta peningkatan stres dapat menyebabkan gula darah tak terkontrol. Data dari beberapa studi pascabencana menunjukkan kenaikan komplikasi diabetes (misalnya ketoasidosis, infeksi luka) karena interupsi perawatan.

Selain itu, lingkungan pascabanjir meningkatkan risiko infeksi (gatal/infeksi kulit, luka terkontaminasi) yang pada pasien diabetes bisa cepat menjadi masalah serius karena gangguan penyembuhan. Keterbatasan akses ke perawatan luka, antibiotik, dan pemeriksaan gula berdampak langsung pada prognosis.

  1. Perburukan penyakit paru kronis (asma, PPOK) dan infeksi pernapasan

Banjir dapat memperparah penyakit pernapasan melalui paparan jamur (mold), polusi udara, debu saat pembersihan, dan meningkatkan kejadian infeksi pernapasan. Studi multisite menunjukkan hubungan antara banjir dan kenaikan kasus penyakit pernapasan akut serta rawat inap pada pasien penyakit kronis. Selain itu, kesulitan mengakses inhaler, oksigen, atau perawatan rutin memperburuk kontrol penyakit.

Perawatan di fasilitas yang penuh atau terganggu juga mengurangi kemampuan pasien PPOK mendapatkan terapi oksigen atau rehabilitasi paru, meningkatkan risiko eksaserbasi berat. Pencegahan, seperti perlindungan pernapasan saat membersihkan rumah dan menjaga kebersihan ventilasi, menjadi penting.

  1. Interupsi pengobatan dan layanan kesehatan rutin

Gangguan minum obat setelah banjir sangat umum dan ini berdampak buruk pada pasien penyakit kronis. Studi tentang banjir/wilayah terdampak melaporkan pasien yang terhenti pengobatannya. Ini bisa terjadi karena kehilangan obat, rusaknya fasilitas layanan, maupun keterbatasan transportasi, yang berujung pada perburukan kondisi kronis.

Beberapa studi menunjukkan kebutuhan layanan kesehatan meningkat selama berbulan-bulan setelah banjir, karena efek jangka panjang dari interupsi obat dan perawatan. Oleh karena itu, rencana kesiapsiagaan yang memastikan cadangan obat dan akses layanan sangat penting.

  1. Dampak pada pasien gagal ginjal dan kebutuhan dialisis

Pasien dialisis juga sangat rentan saat banjir. Fasilitas dialisis bisa terendam, listrik terputus, dan transportasi ke pusat layanan terhambat. Kehilangan sesi dialisis berarti penumpukan toksin dan cairan berbahaya yang dapat mengancam jiwa. Laporan kasus pascabencana menekankan prioritas evakuasi dan jalur khusus bagi pasien dialisis.

Kesiapan fasilitas, daftar pasien prioritas, dan koordinasi antarfasilitas menjadi kunci untuk memastikan pasien tetap memperoleh perawatan esensial tersebut selama krisis.

  1. Kanker dan gangguan layanan onkologi

Perawatan onkologi (kemoterapi, radioterapi) sangat sensitif waktu. Penundaan atau pembatalan sesi bisa memengaruhi hasil terapi. Selain itu, pasien kanker yang sistem imunnya terganggu lebih rentan terhadap infeksi yang mudah muncul di lingkungan pascabanjir. Sistem kesehatan yang kewalahan bisa menunda diagnosis baru dan follow-up pasien lama.

Manajemen pasien onkologi selama bencana memerlukan rencana cadangan komunikasi, opsi penggantian obat, serta perlindungan dari paparan infeksi di tempat evakuasi.

  1. Dampak pada kesehatan mental dan kondisi kejiwaan kronis

Trauma, kehilangan, stres berkepanjangan, dan gangguan sosial ekonomi pascabanjir memperburuk kondisi mental seperti depresi, kecemasan, PTSD, dan perburukan gangguan jiwa kronis. Studi menunjukkan efek psikososial banjir dapat bertahan lama, memengaruhi kepatuhan pengobatan dan kemampuan mengelola penyakit kronis lainnya.

Posko pengungsi atau tempat penampungan sementara sering kali penuh dan minim privasi, dan kondisi ini memperparah gejala kejiwaan. Perawatan kesehatan mental harus menjadi bagian integral dari respons pascabencana.

Tips untuk orang yang punya penyakit kronis saat banjir

Pengungsi banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis, Senin (1/12/2025). (IDN Times/Halbert Caniago)

Tidak ada yang ingin terdampak banjir. Namun, tidak ada salahnya berjaga-jaga. Kamu bisa mempraktikkan langkah-langkah ini:

  1. Siapkan obat darurat (minimal untuk 7–14 hari): simpan salinan resep, nama obat, dosis, dan kontak dokter; bawa cadangan obat dalam wadah kedap air. Bila memungkinkan, konsultasikan dengan dokter tentang rencana darurat untuk penggantian obat jika pasokan terputus.

  2. Buat ringkasan medis yang mudah diakses: daftar diagnosis, alergi, obat, nomor telepon dokter, dan kebutuhan khusus (misalnya kebutuhan dialisis, tabung oksigen). Simpan versi digital dan salinan kertas di tas tahan air.

  3. Prioritaskan evakuasi bagi pasien berisiko tinggi: pasien dialisis, kanker, bayi, lansia dengan penyakit jantung/paru harus diprioritaskan dalam rencana evakuasi. Koordinasikan dengan pihak berwenang atau fasilitas kesehatan setempat.

  4. Jaga kebersihan luka dan pencegahan infeksi: jika mengalami luka saat banjir, segera bersihkan, gunakan bahan antiseptik, dan cari perawatan medis. Ini terutama penting bagi pasien diabetes atau yang sistem imunnya lemah.

  5. Pastikan akses air bersih dan makanan aman: gangguan sanitasi meningkatkan risiko diare atau infeksi lain yang memperburuk kondisi kronis. Ikuti panduan lokal tentang air minum yang aman atau gunakan air rebus/kemasan.

  6. Kontak penyedia layanan kesehatan sedini mungkin: informasikan situasi saat banjir agar mereka dapat mengatur resep darurat, alternatif terapi, atau rujukan darurat.

Banjir bisa mengancam kesehatan orang-orang yang hidup dengan penyakit kronis. Mulai dari gangguan pengobatan, akses layanan kesehatan yang terhenti, paparan infeksi lingkungan, dan dampak psikososial.

Cara mencegahnya adalah dengan kesiapsiagaan terencana—baik dari sisi individu (tas obat, ringkasan medis, prioritas evakuasi) maupun dari sisi sistem (perlindungan fasilitas kesehatan, jalur pasokan obat, layanan dialisis darurat). Kebijakan dan respons bencana yang memasukkan kebutuhan pasien kronis akan menyelamatkan nyawa dan mengurangi beban kesehatan jangka panjang.

Referensi

Zhengyu Yang et al., “Hospitalization Risks Associated With Floods in a Multi-country Study,” Nature Water 3, no. 5 (April 8, 2025): 561–70, https://doi.org/10.1038/s44221-025-00425-8.

"Study Reveals the Human Health Costs of Exposure to Floods." Yale School of Medicine. Diakses Desember 2025.

"Floods." World Health Organization (WHO). Diakses Desember 2025.

Jun Tomio, Hajime Sato, and Hairoko Mizumura, “Interruption of Medication Among Outpatients With Chronic Conditions After a Flood,” Prehospital and Disaster Medicine 25, no. 1 (February 1, 2010): 42–50, https://doi.org/10.1017/s1049023x00007652.

Javad Babaie et al., “Cardiovascular Diseases in Natural Disasters; a Systematic Review,” Pmc.Ncbi.Nlm.Nih.Gov, May 4, 2021, https://doi.org/10.22037/aaem.v9i1.1208.

Sarika Aggarwal et al., “Severe Flooding and Cause-specific Hospitalisation Among Older Adults in the USA: A Retrospective Matched Cohort Analysis,” The Lancet Planetary Health 9, no. 7 (July 1, 2025): 101268, https://doi.org/10.1016/s2542-5196(25)00132-9.

"Public health advice in the aftermath of flooding: how to protect your health and keep safe." WHO. Diakses Desember 2025.

Zhengyu Yang et al., “Mortality and Morbidity Risks Associated With Floods: A Systematic Review and Meta-analysis,” Environmental Research 263, no. Pt 3 (October 30, 2024): 120263, https://doi.org/10.1016/j.envres.2024.120263.

Editorial Team