Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bayi mengalami anemia Blackfan-Diamond (unsplash.com/Zach Vessels)

Anemia Diamond-Blackfan atau Diamond-Blackfan anemia (DBA) adalah kelainan darah langka saat sumsum tulang (jaringan spons di tengah tulang) tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Fungsi sumsum tulang adalah membuat sel darah baru, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

DBA merupakan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang bisa menyebabkan anemia berat serta kelainan fisik. Dilansir National Organization for Rare Disorders (NORD), sekitar setengah dari orang dengan DBA mengalami kelainan fisik abnormal yang terkait dengan DBA. Gejala dan temuan fisik yang terkait dengan DBA sangat bervariasi antar individu.

Mengutip Verywell Health, nama DBA berasal dari Dr. Louis Diamond dan Dr. Kenneth Blackfan, yang menemukan serta mendokumentasikan penyakit ini pada tahun 1930-an.

1. Penyebab

ilustrasi sel darah merah (hematologyadvisor.com)

Dilansir NORD, DBA disebabkan oleh perubahan (mutasi) pada gen protein ribosom pada sekitar 80–85 persen pengidap penyakit ini. Sisanya, yaitu 10–15 persen, belum ada gen abnormal yang bisa terindentifikasi.

Mutasi pada gen RPS19 merupakan penyebab DBA pada sekitar 25 persen pasien. Mutasi juga ditemukan pada RPL5, RPL11, RPL35A, RPS7, RPS10, RPS17, RPS24, dan RPS26, serta jarang pada RPL15, RPL17, RPL19, RPL26, RPL27, RPL31, RPS15A, RPS20, RPS27, RPS28, RPS29, dan TSR2. Pada beberapa pasien, DBA disebabkan oleh mutasi pada gen GATA1. 

DBA yang disebabkan oleh mutasi gen protein ribosom, mengikuti pewarisan dominan autosamal. Kelainan genetik yang dominan terjadi saat hanya satu salinan gen yang tidak berfungsi dibutuhkan untuk menyebabkan penyakit tertentu. Gen yang tidak berfungsi bisa diwarisi dari salah satu orangtua atau bisa merupakan hasil dari gen yang bermutasi (berubah) pada orang yang terkena saja.

Pada sekitar 45 persen pasien, mutasi diturunkan dari orangtua yang terkena. Sisanya, tidak ada riwayat kelainan dalam keluarga mereka, dan mengembangkan kelainan karena mutasi gen baru (sporadis). 

Risiko mewariskan gen yang tidak berfungsi dari orangtua yang terkena kepada keturunannya yaitu 50 persen untuk setiap kehamilan. Risikonya sama untuk laki-laki maupun perempuan. Mutasi gen TSR2 dan GATA1 yang jarang diwarisi kepada laki-laki yang terkena hanya dari ibu, yang merupakan pembawa yang tidak terpengaruh.

2. Gejala

ilustrasi bayi dengan anemia Diamond-Blackfan (unsplash.com/Felipe Salgado)

DBA muncul saat lahir, tetapi bisa sulit untuk diidentifikasi. Sekitar setengah dari anak-anak yang lahir dengan DBA memiliki defek fisik, seperti kelainan bentuk tangan atau kelainan jantung, tetapi tidak ada standar jelas yang menunjukkan bahwa itu adalah tanda DBA.

Gejala DBA bisa sangat  bervariasi, dari yang sangat ringan hingga parah, bahkan bisa sampai mengancam jiwa. Karena sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh, maka anak dengan DBA kemungkinan mempunyai gejala yang berhubungan dengan kekurangan oksigen darah (anemia), seperti:

  • Pucat.
  • Kelelahan, mudah marah, dan pingsan.
  • Detak jantung tidak teratur ketika jantung mencoba untuk menjaga oksigen bergerak ke seluruh bagian tubuh.

Saat ada anomali fisik, ini termasuk:

  • Kepala lebih kecil dari ukuran normalnya.
  • Hidung pesek.
  • Jempol kecil, hilang, atau ekstra.
  • Mata lebar.
  • Perawakan pendek.
  • Telinga kecil dan rendah.
  • Dagu atau rahang kecil.
  • Hipospadia (suatu kondisi di mana saluran kemih tidak berakhir di ujung penis).
  • Cacat jantung struktural.
  • Kelainan ginjal.

Selain itu, DBA juga menyebabkan masalah mata, seperti glaukoma dan katarak. DBA juga sangat terkait dengan myelodysplastic sindrom, gangguan lain saat sumsum tulang tidak memproduksi cukup sel darah merah, serta osteosarkoma (kanker tulang), kanker usus besar, dan leukemia.

3. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

ilustrasi bayi mengalami anemia (bellybelly.com.au)

Komplikasi DBA termasuk masalah yang berhubungan dengan kecacatan fisik (seperti masalah jantung atau tulang) atau pertumbuhan yang lambat. Kelebihan zat besi yang disebabkan oleh transfusi bisa menyebabkan kerusakan organ, jika zat besi tidak dihilangkan sejak dini dengan menggunakan obat-obatan yang bisa membantu menghilangkannya.

Sejumlah kecil penderita DBA kemungkinan juga akan menderita sindrom myelodysplastic (MDS), leukemia myeloid akut (AML), atau kanker lainnya di kemudian hari. 

Sama halnya seperti pengobatan penyakit lainnya, pengobatan DBA juga memiliki efek samping. Ini meliputi:

  • Masalah dari penggunaan steroid jangka panjang: Ini termasuk penambahan berat badan, diabetes, osteoporosis, dan tekanan darah tinggi.
  • Kelebihan zat besi: Ini adalah komplikasi dari transfusi darah. Ini bisa memengaruhi jantung dan hati.

4. Diagnosis

ilustrasi sampel darah untuk tes AMH (pexels.com/Los Muertos Crew)

DBA biasanya didiagnosis ketika bayi berusia 3 atau 4 bulan, meskipun terkadang bisa terdeteksi saat lahir, berdasarkan gejala yang dimiliki. Seorang bayi kemungkinan dicurigai menderita DBA jika ia selalu pucat, dan mengalami sesak napas saat menyusu atau minum susu dari botol.

Karena DBA merupakan kondisi langka dan hanya sedikit dokter yang mengetahuinya, maka diagnosis bisa makan waktu. Tes darah yang digunakan untuk menegakkan diagnosis DBA yaitu meliputi:

  • Hitung sel darah lengkap (CBC): Ini mengukur jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit, dan tingkat hemoglobin dalam darah. DBA ditandai dengan jumlah sel darah merah yang sangat rendah dan hemoglobin yang rendah.
  • Hitung retikulosit: Ini mengukur jumlah sel darah yang belum matang atau muda.
  • Mean corpuscular volume (MCV): Sebagai bagian dari CBC, tes ini mengukur ukuran sel darah merah dan termasuk dalam CBC.
  • Tingkat aktivitas adenosin deaminase eritrosit (eADA): Tingkat eADA, enzim yang merupakan bagian dari sistem kekebalan, meningkat pada sebagian besar penderita DBA.

Tes genetik digunakan untuk mencari mutasi gen, yang terjadi pada sebagian besar penderita DBA. Sampel sumsum tulang (biopsi), diambil dengan anestesi umum, bisa dilakukan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah baru yang dibuat rendah.

Dua jenis anemia yang memiliki kemiripan dengan DBA kemungkinan perlu disingkirkan untuk mendiagnosis DBA secara pasti. Anemia yang mirip dengan DBA yaitu anemia aplastik (yang menyebabkan kegagalan sumsum tulang) dan anemia Fanconi, yang merupakan sindrom kegagalan sumsum tulang bawaan langka lainnya, yang ditandai dengan kelainan bawaan, seperti kelainan tulang, ukuran kepala kecil, alat kelamin kecil, dan pigmentasi kulit yang tidak normal.

5. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Mengutip laman St. Jude Children's Research Hospital, perawatan DBA yang paling umum adalah transfusi darah, terapi kortikosteroid, dan transplantasi sumsum tulang alogenik.

  • Terapi kortikosteroid: Resep obat steroid bisa diberikan untuk membantu sumsum tulang anak memproduksi sel darah merah. Namun, anak-anak usia di bawah 1 tahun tidak diberikan steroid karena bisa menyebabkan efek samping yang bisa memengaruhi pertumbuhannya. Sebagian besar anak dengan DBA yang menggunakan kortikosteroid, pada awalnya menunjukkan respons. Ini berarti mereka akan mempunyai lebih banyak retikulosit dan hemoglobin. Namun, karena ada efek sampingnya, maka dosis harus diturunkan selama beberapa minggu. Setelah beberapa saat, terapi kortikosteroid kemungkinan berhenti bekerja atau tidak bekerja pada dosis yang lebih rendah. Pada saat itu, para ahli tidak merekomendasikan dosis lebih dari 0,2-03 mg/kg per hari sebagai terapi jangka panjang karena efek samping yang parah sering terlihat hanya di kemudian hari. Efek samping ini meliputi osteoporosis (tulang lemah), patah tulang, penambahan berat badan, tekanan darah tinggi, diabetes, dan sistem kekebalan yang lemah. Pasien yang gagal dengan pengobatan terapi kortikosteroid, akan memerlukan transfusi darah.
  • Transfusi darah (transfusi sel darah merah): Dalam transfusi darah, sel darah merah yang sehat dari satu orang, diberikan ke orang lainnya. Transfusi digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan hemoglobin pada pasien DBA. Selain itu, transfusi darah digunakan jika anemia berat, saat terapi kortikosteroid tidak berhasil, atau saat pasien tidak bisa menoleransi efek samping dari perawatan lain. Darah yang ditransfusikan diberikan ke dalam vena melalui infus atau port, perangkat kecil yang ditempatkan di bawah kulit. Transfusi biasanya harus diulang setiap tiga minggu dan seiring waktu bisa menyebabkan kelebihan zat besi dalam tubuh. Timbunan zat besi di organ seperti jantung, hati, dan pankreas, bisa menyebabkan kerusakan jika tidak dikeluarkan dengan benar. Untuk menghilangkan zat besi, pasien minum obat setiap hari yang membantu menghilangkan zat besi dari tubuh (kelator besi).
  • Transplantasi sumsum tulang alogenik: Perawatan ini melibatkan penggantian sumsum tulang pasien DBA yang tidak sehat dengan sel-sel sehat dari donor, seperti dari anggota keluarga atau donor dari orang lain. Transplantasi sel punca bisa menyembuhkan DBA seumur hidup. Namun, pada beberapa pasien bisa menyebabkan efek samping seperti tubuh menolak sel donor, reaksi sistem kekebalan terhadap tubuh (penyakit graft-versus-host), atau infeksi parah selama transplantasi. Untuk kelangsungan hidup jangka panjang secara keseluruhan setelah transplantasi pada anak-anak yang menderita DBA lebih tinggi dari 90 persen. Untuk saat ini, para ahli merekomendasikan transplantasi hanya ketika dua percobaan kortikosteroid berulang tidak berhasil, dan anak kemungkinan akan memerlukan transfusi darah sepanjang hidupnya.

Itulah deretan fakta seputar anemia Diamond-Blackfan. Anak-anak dengan kondisi ini bisa berumur panjang dengan perawatan. Beberapa pasien yang menerima perawatan mencapai remisi lengkap dan tidak membutuhkan pengobatan, yang berarti gejalanya hilang selama lebih dari 6 bulan. Namun, gejalanya ini bisa berlangsung bertahun-tahun dan bisa menjadi permanen. Jika gejalanya muncul kembali dan itu kambuh, maka pasien membutuhkan transfusi lagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team