Mengenal Spirometri untuk Memeriksa Fungsi Paru-paru

Biasanya untuk mengidentifikasi penyebab sesak napas

Intinya Sih...

  • Spirometri adalah tes fungsi paru dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat dan seberapa banyak volume udara yang dapat dikeluarkan ketika kamu membuang napas atau ekspirasi.
  • Spirometri merupakan tes diagnostik utama asma dan penyakit PPOK.
  • Spirometri telah terbukti akurat untuk menilai fungsi paru-paru.

Spirometri, atau sering disebut tes fungsi paru-paru, adalah prosedur pemeriksaan kesehatan yang umumnya dilakukan dengan meniup sebuah alat bernama spirometer. Alat ini digunakan untuk menilai seberapa baik kerja paru-paru.

Spirometri termasuk pemeriksaan diagnostik yang cepat dan mudah. Di sini, akan dibahas mulai dari kegunaan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, serta perkiraan fungsi paru-paru berdasarkan hasil spirometri.

1. Kegunaan

Mengenal Spirometri untuk Memeriksa Fungsi Paru-paruilustrasi paru-paru (freepik.com/freepik)

Spirometri umumnya dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat dan seberapa banyak volume udara yang dapat dikeluarkan ketika kamu membuang napas atau ekspirasi.

Pengembusan udara tersebut kemudian dinilai dan menjadi representasi dari fungsi paru-paru kamu.

Hasil spirometri dapat menjadi dasar dokter mendiagnosis beberapa gangguan pernapasan, di antaranya asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Selain itu, pemeriksaan spirometri juga berguna untuk membantu dokter menentukan pengobatan selanjutnya.

3. Kontraindikasi

Mengenal Spirometri untuk Memeriksa Fungsi Paru-paruilustrasi seorang pria melarang (freepik.com/benzoix)

Spirometri telah terbukti akurat untuk menilai fungsi paru-paru. Akan tetapi, tidak semua orang bisa menjalani pemeriksaan ini, dan membutuhkan kehati-hatian pada beberapa kasus.

Kontraindikasi pemeriksaan spirometri meliputi kontraindikasi absolut dan relatif.

Kontraindikasi absolut:

  • Ketidakstabilan hemodinamik.
  • Kasus baru infark miokard atau sindrom koroner akut.
  • Infeksi saluran pernapasan, pneumotoraks, atau emboli paru.
  • Aneurisme lebih dari 6 sentimeter (cm) pada aorta toraks dan abdomen.
  • Hemoptisis atau batuk darah yang akut.
  • Hipertensi intrakranial.
  • Ablasio retina atau pelepasan retina.

Kontraindikasi relatif:

  • Orang yang tidak dapat melakukan instruksi dengan benar sehingga berisiko mendapatkan hasil yang tidak tepat, seperti anak-anak dan orang dengan demensia.
  • Kondisi yang membuat seseorang sulit menggerakkan mulut seperti nyeri pada wajah.
  • Orang yang belum lama menjalani operasi perut, dada, otak, mata, telinga, hidung, atau tenggorokan.

2. Indikasi

Mengenal Spirometri untuk Memeriksa Fungsi Paru-paruilustrasi dokter memegang stetoskop (freepik.com/pressfoto)

Dilansir StatPearls, spirometri merupakan tes diagnostik utama asma dan penyakit PPOK. Selain itu, spirometri dapat dilakukan untuk tujuan diagnostik maupun pemantauan berbagai penyakit paru-paru. 

Indikasi diagnostik:

  • Mengevaluasi gejala dan hasil pemeriksaan penunjang yang abnormal.
  • Mengevaluasi pengaruh penyakit tertentu terhadap fungsi paru-paru.
  • Skrining serta deteksi dini terhadap orang yang berisiko menderita penyakit paru-paru.
  • Menilai prognosis dan tingkat keparahan penyakit paru-paru.

Indikasi pemantauan:

  • Menilai efisiensi pengobatan seperti terapi bronkodilator.
  • Mengetahui perkembangan penyakit yang memengaruhi fungsi paru-paru, seperti PPOK atau penyakit paru interstisial.
  • Memantau fungsi paru-paru pada individu dengan risiko tinggi.
  • Mengumpulkan data sampel untuk survei epidemiologi.

Baca Juga: Apa Itu Iron Lung atau Paru-paru Besi?

4. Persiapan

Mengenal Spirometri untuk Memeriksa Fungsi Paru-paruilustrasi isyarat tangan menghentikan (freepik.com/Yaroslav Danylchenko)

Sebelum pemeriksaan, apabila kamu mengonsumsi obat pelega napas seperti bronkodilator, dokter biasanya meminta kamu untuk menghentikan konsumsi obat tersebut terlebih dahulu sebelum pemeriksaan.

Kamu juga biasanya dilarang makan terlalu banyak, merokok, minum alkohol, dan melakukan olahraga berat sebelum pemeriksaan.

5. Prosedur

Mengenal Spirometri untuk Memeriksa Fungsi Paru-paruilustrasi uji spirometri (commons.wikimedia.org/Jmarchn)

Ketika menjalani prosedur spirometri, kamu akan dipersiapkan duduk tegak, mengenakan pakaian longgar, serta tidak boleh menyilangkan kaki.

Punggung kamu akan diberikan sandaran dan gigi palsu harus dilepas apabila mengganggu prosedur.

Hidung dapat ditutup secara manual atau menggunakan penjepit hidung untuk membantu mencegah kebocoran udara melalui saluran hidung.

Setelah itu, kamu akan diinstruksikan melakukan ini:

  1. Hirup udara dengan maksimal.
  2. Corong spirometer akan dimasukkan ke dalam mulut. Kamu harus merapatkan bibir ke corong dan jangan sampai ada kebocoran udara.
  3. Keluarkan napas secepat dan sekuat mungkin.
  4. Pemeriksa akan menginstruksikan sampai kapan durasi kamu harus bernapas melalui corong tersebut.

Pemeriksaan ini biasanya diulang setidaknya tiga kali untuk memastikan hasilnya konsisten dan akurat. Setelah itu, terkadang dokter akan memberikan obat bronkodilator lalu melakukan tes kembali dan melihat apakah ada perbaikan pada kemampuan bernapas kamu.

Angka tertinggi biasanya digunakan sebagai hasil akhir. Prosedur ini biasanya memakan waktu selama 30 hingga 90 menit.

6. Hasil

Mengenal Spirometri untuk Memeriksa Fungsi Paru-paruilustrasi grafik (freepik.com/rawpixel.com)

Spirometri mengukur udara yang kamu alirkan dari paru-paru. Dilansir Medical News Today, hasil spirometri yang sering digunakan untuk menilai dan memantau orang dengan gangguan fungsi paru-paru yaitu:

  • Forced vital capacity (FVC): Jumlah total volume udara yang dapat diembuskan dari paru-paru saat kapasitas penuh.
  • Forced expiratory volume measures over 1 second (FEV1): Volume aliran udara yang keluar dari paru-paru dalam satu detik pertama.
  • FEV1/FVC: Proporsi udara paru-paru yang dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.

Nilai FVC yang lebih rendah dari normal mengindikasikan gangguan pernapasan restriktif seperti pneumonia dan tuberkulosis.

Sementara itu, nilai FEV1/FVC yang lebih rendah daripada nilai normal menandakan gangguan pernapasan obstruktif seperti asma dan PPOK.

Nilai FEV1/FVC yang rendah dan mengalami perbaikan yang cukup setelah diberikan bronkodilator mengarah pada PPOK, sedangkan apabila mengalami perbaikan yang cukup maka mengarah pada asma.

Hasil itu yang kemudian akan digunakan oleh dokter untuk memutuskan langkah pengobatan selanjutnya.

Hasil spirometri yang dikategorikan normal dapat berbeda pada setiap orang. Ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya usia, tinggi badan, jenis kelamin, dan ras.

Baca Juga: Mengenal Torakosentesis, Prosedur Sedot Cairan di Paru-paru

Annisa Rizki Photo Writer Annisa Rizki

Inspired and Inspiring

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya