Antihistamin: Manfaat, Efek Samping, Interaksi Obat

Intinya sih...
- Antihistamin adalah golongan obat yang umumnya mengobati gejala alergi, seperti hidung meler, bersin, dan mata gatal. Obat ini juga dapat mengobati beberapa kondisi pencernaan.
- Kebanyakan antihistamin adalah obat yang dijual bebas, tetapi ada juga yang membutuhkan resep dokter.
- Antihistamin memiliki beberapa efek samping dan interaksi obat yang serius, terutama antihistamin generasi pertama.
Antihistamin adalah obat yang sering digunakan untuk meredakan gejala alergi, rinitis alergi, biduran atau urtikaria, konjungtivitis, dan reaksi terhadap gigitan atau sengatan serangga.
Obat ini juga terkadang digunakan untuk mencegah mabuk perjalanan, untuk mengatasi rasa mual atau muntah, dan sebagai pengobatan jangka pendek untuk insomnia.
Sebagian besar antihistamin dapat dibeli di apotek dan toko, sementara beberapa hanya tersedia dengan resep dokter.
1. Jenis
1. Antihistamin generasi pertama
Sudah ada sejak tahun 1940-an, obat-obatan memblokir reseptor histamin-1 yang ditemukan di luar otak. Namun, obat-obatan ini juga dapat memengaruhi reseptor non histamin dan reseptor histamin di dalam otak. Hal ini dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan dibandingkan dengan obat-obatan yang lebih baru.
Antihistamin generasi pertama biasanya bekerja selama sekitar 4 hingga 6 jam. Obat-obatan ini cenderung lebih murah daripada antihistamin generasi kedua.
Contoh antihistamin generasi pertama:
- Diphenhydramine.
- Chlorpheniramine.
- Cyproheptadine.
- Clemastin.
- Hydroxyzine.
- Doxepin.
Meskipun semua obat di atas menyebabkan rasa kantuk, tetapi dua obat terakhir adalah yang paling memiliki efek sedatif, juga merupakan obat yang memerlukan resep dokter.
2. Antihistamin generasi kedua
Antihistamin generasi kedua mulai dikembangkan pada tahun 1980-an. Jenis antihistamin ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan antihistamin generasi pertama, seperti:
- Durasi kerja lebih lama (12 hingga 24 jam).
- Efektivitas umumnya lebih besar.
- Efek pada reseptor non histamin dan reseptor histamin di otak lebih sedikit, sehingga mengurangi efek samping.
- Kemungkinan interaksi obat yang signifikan lebih kecil.
Karena keunggulan ini, dokter merekomendasikan antihistamin generasi kedua daripada obat generasi pertama dalam sebagian besar situasi. Pengecualian mungkin terjadi jika efek sedatif diinginkan. Obat generasi kedua ini juga tidak efektif untuk mabuk perjalanan, vertigo, dan mual.
Beberapa antihistamin generasi kedua di antaranya:
- Cetirizine.
- Levocetirizine.
- Loratadine.
- Fexofenadine.
- Desloratadine.
Produk-produk di atas memiliki beberapa perbedaan kecil, tetapi sebagian besar memiliki efektivitas dan efek samping yang serupa. Semua produk saat ini tersedia tanpa resep dokter.
3. Antihistamin H-2
Antihistamin H-2 memblokir jenis reseptor histamin yang berbeda, yang disebut reseptor histamin-2. Obat-obatan ini secara teknis juga merupakan "antihistamin", tetapi biasanya tidak menggunakan nama tersebut.
Obat-obatan ini, seperti obat bebas cimetidine dan famotidine, mengobati kondisi kesehatan yang sangat berbeda, seperti tukak lambung dan GERD.
2. Kegunaan atau manfaat
Kamu dapat mengonsumsi antihistamin untuk mencegah atau meredakan gejala jika kamu menderita:
- Rinitis alergi:
- Alergi musiman (misalnya hay fever) yang menyebabkan gejala pada bulan atau musim yang sama setiap tahun, dan biasanya merupakan alergi terhadap serbuk sari rumput atau pohon.
- Alergi perenial memicu gejala sepanjang tahun, dan mungkin melibatkan alergi terhadap tungau debu rumah, jamur, atau bulu hewan peliharaan.
- Konjungtivitis alergi.
- Biduran.
- Reaksi alergi seperti gigitan atau sengatan serangga, dan alergi makanan.
Gejala-gejala yang dapat diredakan oleh antihistamin antara lain:
- Hidung tersumbat.
- Bersin-bersin.
- Hidung meler.
- Mata merah atau berair.
- Gatal-gatal.
- Ruam.
- Biduran.
- Mual.
Antihistamin tidak dapat digunakan untuk mengobati ruam gatal lainnya seperti eksim atau psoriasis, yang mana dua kondisi ini tidak disebabkan oleh histamin.
Beberapa antihistamin juga dapat digunakan untuk membantu mengelola insomnia jangka pendek.
Kegunaan lainnya
Antihistamin juga digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah. Namun, cara pastinya untuk meredakan gejala ini belum sepenuhnya dipahami.
Otak memiliki beberapa area utama yang mengendalikan muntah. Diperkirakan bahwa antihistamin memblokir reseptor H1 di area otak yang menyebabkan mual sebagai respons terhadap zat kimia dalam tubuh.
Beberapa antihistamin juga dapat memiliki efek yang dikenal sebagai efek antimuskarinik. Ini berarti bahwa obat tersebut juga dapat memblokir jenis reseptor lain yang ditemukan di permukaan sel-sel tertentu. Jika reseptor ini terpengaruh, kamu mungkin mengalami beberapa efek samping antihistamin, seperti mulut kering, penglihatan kabur, dan retensi urine. Efek-efek ini terutama disebabkan oleh antihistamin generasi pertama.
3. Cara kerja
Alergi atau reaksi alergi terjadi jika sistem kekebalan tubuh salah mengira zat yang tidak berbahaya di lingkungan (misalnya tungau debu rumah, bulu hewan peliharaan, atau serbuk sari) sebagai ancaman dan bereaksi dengan melepaskan histamin.
Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan pembengkakan pada kulit. Hal ini menyebabkan gejala alergi, seperti bersin, hidung meler, berair, mata gatal, atau ruam.
Antihistamin membantu mencegah atau mengobati gejala-gejala tersebut dengan cara menghalangi aksi histamin.
4. Cara menggunakan antihistamin
Minumlah obat sesuai anjuran apoteker atau dokter, atau sesuai petunjuk dalam kemasan atau brosur obat.
Sebelum mengonsumsi antihistamin, ketahui hal-hal ini:
- Cara mengonsumsinya, termasuk apakah perlu diminum dengan air atau makanan, atau cara menggunakannya dengan benar (jika berupa obat tetes mata atau semprotan hidung).
- Berapa banyak yang harus diminum (dosis). Ini dapat bervariasi tergantung pada beberapa hal, seperti usia dan berat badan.
- Kapan harus menggunakan atau mengonsumsinya, termasuk berapa kali sehari dan waktu penggunaan (beberapa jenis harus dikonsumsi sebelum tidur).
- Lama penggunaan. Beberapa jenis antihistamin dapat digunakan untuk jangka waktu lama, tetapi beberapa hanya direkomendasikan untuk beberapa hari.
- Apa yang harus dilakukan jika kamu melewatkan satu dosis atau meminumnya terlalu banyak (overdosis).
Saran dapat bervariasi, tergantung obat yang kamu konsumsi. Jika tidak yakin bagaimana cara mengonsumsi obat, tanyakan kepada dokter atau apoteker.
5. Efek samping
Jika yang kamu gunakan adalah antihistamin generasi pertama (yang menyebabkan kantuk), efek samping yang umum terjadi dapat berupa rasa kantuk dan masalah koordinasi.
Kebanyakan orang tidak mengalami efek samping dari antihistamin generasi kedua (yang tidak menyebabkan kantuk).
Efek samping lain yang kurang umum meliputi sakit kepala, kelelahan, insomnia, dan ruam.
Jika mengonsumsi antihistamin, kamu harus berhati-hati saat mengoperasikan mesin, termasuk saat berkendara. Bahkan, antihistamin yang tidak bersifat sedatif dapat membuat beberapa orang mengantuk.
Antihistamin generasi pertama memiliki sifat antikolinergik. Hal ini dapat menyebabkan efek samping seperti mulut kering, penglihatan kabur, dan konstipasi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan antikolinergik dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia, terutama pada orang yang berusia di atas 65 tahun.
Bicarakan dengan dokter atau apoteker tentang risikonya sebelum mengonsumsi antihistamin generasi pertama.
Jangan menggunakan antihistamin generasi pertama untuk mengobati gejala batuk, pilek, dan flu pada anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Jangan memberikan antihistamin generasi pertama kepada anak di bawah usia 2 tahun dengan alasan apa pun. Ini termasuk produk yang dijual bebas.
Penggunaan antihistamin generasi pertama untuk gangguan tidur dan perilaku pada anak-anak dan remaja dapat berbahaya dan sangat tidak dianjurkan.
6. Interaksi obat
Interaksi obat lebih menjadi perhatian pada antihistamin generasi pertama.
- Jangan mengombinasikan antihistamin generasi pertama dengan alkohol atau obat tidur.
- Jangan menggunakannya dengan obat lain yang dapat meningkatkan sedasi, seperti yang digunakan untuk mengatasi kecemasan seperti diazepam, obat nyeri opioid, atau pelemas otot seperti carisoprodol.
- Kamu mungkin juga perlu menghindari golongan obat antikolinergik seperti oxybutynin untuk mengatasi kandung kemih yang terlalu aktif atau scopolamine untuk mengatasi mabuk perjalanan.
- Kamu mungkin juga tidak dapat mengonsumsi antihistamin jika mengonsumsi antidepresan tertentu, terutama antidepresan lama dalam keluarga trisiklik, seperti amitriptilin.
- Hindari mengonsumsi salah satu golongan antihistamin pada waktu yang sama dengan antasida, karena dapat mengganggu penyerapannya.
Diskusikan semua obat, termasuk obat tanpa resep, dengan dokter atau apoteker.
7. Keamanan antihistamin untuk ibu hamil dan anak
Sebagian besar produsen antihistamin menyarankan untuk menghindari penggunaannya selama kehamilan dan menyusui. Namun, tidak ada bukti adanya efek samping pada bayi.
Kebanyakan bayi dan anak-anak dapat mengonsumsi antihistamin jika diperlukan. Namun, antihistamin generasi kedua umumnya lebih baik, dan obat generasi pertama dapat menyebabkan kantuk pada siang hari dan kinerja yang lebih buruk di sekolah.
Berkonsultasilah dengan dokter jika sedang hamil mengalami gejala alergi dan memerlukan antihistamin. Jika manfaat pengobatan dianggap lebih besar daripada risikonya, mungkin yang akan disarankan oleh dokter adalah loratadine.
8. Antihistamin untuk kelompok tertentu
Para ahli menyarankan antihistamin generasi kedua daripada antihistamin generasi pertama untuk orang dewasa yang lebih tua dalam kebanyakan situasi, karena mereka mungkin lebih sensitif terhadap efek samping dan mungkin memiliki lebih banyak masalah akibat interaksi obat.
Orang dengan kondisi kesehatan tertentu juga harus menggunakan antihistamin dengan hati-hati, terutama antihistamin generasi pertama, dan hanya dengan konsultasi dari dokter mereka. Ini meliputi:
- Penyakit ginjal.
- Penyakit hati.
- Penyakit jantung.
- Retensi urine.
- Tekanan darah tinggi.
- Glaukoma.
9. Alternatif antihistamin
Alternatif tersedia, tetapi yang mana yang akan direkomendasikan dokter bergantung pada apa yang sedang diobati.
Misalnya, pada orang dengan rinitis alergi, mereka mungkin bisa mendapat manfaat dari penggunaan semprotan hidung steroid sebagai pengganti atau dalam kombinasi dengan antihistamin. Kombinasi antihistamin dan semprotan hidung steroid tersedia dengan resep dokter.
Pada orang dengan konjungtivitis alergi, mereka dapat memperoleh manfaat dari penggunaan tetes mata sodium cromoglycate sebagai pengganti atau dalam kombinasi dengan tetes mata antihistamin.
Dokter dapat membantu memilih pengobatan alternatif.
Antihistamin merupakan golongan obat yang sangat membantu untuk berbagai kondisi alergi. Obat ini dapat digunakan dalam jangka panjang atau untuk mengobati reaksi alergi sementara.
Banyak antihistamin, tetapi tidak semua, dijual bebas. Meski begitu, antihistamin tetap memiliki beberapa efek samping dan interaksi obat yang serius, terutama antihistamin generasi pertama.
Berkonsultasilah dengan dokter atau apoteker mengenai antihistamin yang paling sesuai dengan kondisi kamu.
Referensi
American Academy of Allergy, Asthma, and Immunology. Antihistamines.
Healthdirect. Diakses pada Oktober 2024. Antihistamines.
National Health Service. Diakses pada Oktober 2024. Antihistamines.
Patient. Diakses pada Oktober 2024. Antihistamines.
Medical News Today. Diakses pada Oktober 2024. What are antihistamines?
Health. Diakses pada Oktober 2024. What Are Antihistamines?