Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan, keamanan pangan, dan pembangunan secara global. Sebab, bakteri yang kebal obat membuat infeksi menjadi lebih sulit diobati. Apabila infeksi bakteri tidak dapat diobati dengan antibiotik lini pertama, maka perlu menggunakan antibiotik lain yang lebih mahal.
Selain itu, durasi perawatan di rumah sakit juga menjadi lebih lama sehingga makin meningkatkan biaya pengobatan. Adanya resistensi antibiotik juga meningkatan risiko kematian. Seperti dijelaskan WHO, setidaknya 700 ribu orang meninggal dunia setiap tahun karena penyakit yang resisten obat, termasuk 230 ribu orang meninggal dunia karena tuberkulosis multidrug-resistant.
Antibiotik adalah obat keras sehingga tidak dapat digunakan sebagai pengobatan swamedikasi dan hanya bisa diperoleh di apotek dengan resep dokter. Penggunaan antibiotik secara sembarangan justru membayakan diri sendiri dan orang lain karena berisiko menyebabkan bakteri menjadi kebal obat. Ketika bakteri menjadi lebih kebal obat, pengobatan menjadi lebih sulit, bahkan meningkatkan risiko kematian.