Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
gambar orang berdiri dibalik kaca berkabut (unsplash.com/Stefano Pollio)
gambar orang berdiri dibalik kaca berkabut (unsplash.com/Stefano Pollio)

Depresi. Kamu pasti sudah sering mendengar tentang penyakit mental satu ini, atau jangan-jangan kamu juga sedang berjuang melawan depresi? Depresi menjadi ancaman bagi banyak orang di seluruh dunia.

Bayangkan saja, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini ada sekitar 280 juta orang di seluruh dunia yang mengalami depresi. Sebanyak 700 ribu orang di antaranya berusia antara 15--19 tahun dan meninggal dunia karena masalah gangguan mental satu ini.

Depresi memang gak bisa dianggap enteng, begitu juga dengan usaha orang-orang yang sedang menghadapinya. Depresi sendiri bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari tekanan hidup, hingga trauma di masa lalu bisa menjadi penyebabnya. Namun apakah kamu tahu, kalau ternyata depresi juga bisa menurun secara genetik?

1. Depresi gak sama dengan perasaan sedih biasa

gambar orang sedih (unsplash.com/M.)

Kita sering mendengar tentang orang yang mengalami depresi. Namun hanya sedikit orang yang benar-benar memahami mengenai penyakit tersebut. Sedihnya gak sedikit yang beranggapan bahwa orang depresi karena kurang iman, berlebihan, bahkan cari perhatian.

Dilansir Cleveland Clinic, depresi sendiri adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang mengalami perasaan sedih dan tertekan secara terus-menerus. Gak hanya itu, seseorang yang mengalami depresi juga mengalami perubahan berpikir, bertindak, hingga cara pandang yang cenderung ke arah negatif. Jika gak segera ditangani, hal ini akan sangat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari, menyebabkan berbagai masalah emosional serta fisik, hingga kehilangan minat pada banyak hal, termasuk berbagai hal yang dulunya membuat mereka bahagia.

2. Perempuan lebih berisiko mengalami depresi dibanding pria

gambar perempuan berdiri di hutan berkabut (unsplash.com/Niko Tsviliov)

Sama seperti penyakit fisik, depresi sebenarnya gak mengenal gender dan usia. Tua, muda, remaja, anak-anak, laki-laki, maupun perempuan. Semuanya bisa aja mengalami depresi. Namun jika membicarakan risiko, ternyata perempuan lebih berisiko mengalami depresi. Faktanya perempuan dua kali lebih berisiko terkena depresi dibandingkan dengan laki-laki. Kenapa demikian?

Para ahli percaya bahwa tingginya risiko depresi pada perempuan disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari perubahan kadar hormon selama PMS, kehamilan dan perubahan hormon selama masa tersebut, proses persalinan, diet ketat, menopause, hingga hal sepele seperti penampilan. Ditambah lagi, perempuan juga memproduksi lebih banyak hormon stres dibandingkan dengan pria membuat mereka jadi lebih rentan mengalami depresi.

3. Gejala depresi bisa sangat bervariasi

gambar orang marah (unsplash.com/Morgan Basham)

Pribahasa mengatakan, gak ada asap kalau gak ada api. Begitu juga dengan depresi. Meski bukan penyakit yang menyerang fisik, depresi juga sebenarnya memiliki banyak gejala. Dilansir World Health Organization, gejala depresi meliputi:

  • Mudah tersinggung, sedih, dan putus asa
  • Merasa bersalah secara berlebihan hingga merasa gak berharga
  • Kesulitan untuk berkonsentrasi
  • Kehilangan minat pada aktifitas yang disukai
  • Perubahan nafsu makan secara signifikan, entah itu jadi kehilangan nafsu makan atau justru makan terlalu banyak
  • Perubahan pola tidur seperti mengalami kesulitan tidur (insomnia) atau terlalu banyak tidur (hipersomnia)
  • Gampang lelah
  • Beberapa orang yang mengalami depresi berat juga memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup

Satu hal yang perlu diingat, hanya kamu merasa sedih seharian dan hanya berlangsung di hari itu, gak berarti kamu mengalami depresi. Bisa aja karena hormon atau karena memang kamu mengalami hari yang buruk. Pasalnya orang yang depresi merasakan perasaan-perasaan buruk sepanjang hari, dan berlangsung selama lebih dari dua Minggu. Jika perasaan tertekan yang kamu alami lebih dari waktu tersebut, ada baiknya kamu mulai berkonsultasi dengan psikiater.

4. Ternyata, genetik menjadi salah satu faktor risiko depresi

gambar ayah dan anak (unsplash.com/Joseph Gonzalez)

Depresi bukan penyakit keturunan, namun genetika atau turunan merupakan salah satu faktor penyebab seseorang mengalami depresi. Dilansir WebMD, jika kamu memiliki orang tua atau saudara kandung yang memiliki riwayat depresi di masa lalunya, maka ada kemungkinan kamu juga bisa mengalami masalah yang sama. Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda seseorang terkena depresi atau kecemasan, maka semakin besar kemungkinan bahwa keturunannya pun akan mengalami masalah yang sama.

Meski begitu, hal ini gak selalu terjadi. Pasalnya gak sedikit orang yang memiliki orang tua dengan riwayat depresi tapi tetap terlindungi dari penyakit satu ini. Lagipula, depresi bisa disebabkan oleh banyak faktor lain, sehingga genetik gak bisa dijadikan faktor utamanya. 

Depresi memang bisa menurun secara genetik, tapi fakta itu gak lantas bisa dijadikan sebagai vonis. Membahas soal depresi, perjuangan melawan penyakit ini gak mudah. Meski gak bikin kita terluka secara fisik, depresi sama berbahayanya dengan penyakit fisik lain. Jadi, kalau kamu memiliki seseorang terdekat yang sedang berjuang melawan depresi, pastikan kamu selalu memberi support terbaik karena itu adalah salah satu cara untuk membantunya terbebas dari penyakit satu ini.

Siapa saja bisa mengalami depresi, termasuk dirimu. Namun, ada baiknya untuk tidak menganggap bahwa bunuh diri bisa menjadi solusi atas permasalahanmu.

Jika membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial, kamu bisa menghubungi nomor +628113855472 (Love Inside Suicide Awareness). Kamu juga bisa mengakses bagaimana menjaga kesehatan mental dan menghubungi layanan profesional di laman Pencegahan Bunuh Diri Into The Light Indonesia, www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri.

Referensi

WHO. "Depression". Diakses pada Oktober 2024. 
American Psychiatry Association. "What Is Depression?". Diakses pada Oktober 2024. 
WebMD. "Depression in Women". Diakses pada Oktober 2024.
Help Guide. "Depression in Women". Diakses pada Oktober 2024. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team