ilustrasi daun kratom (commons.wikimedia.org/Thehealingeast)
Kratom bekerja pada reseptor opioid di otak. Obat adiktif lainnya, seperti opioid, juga memengaruhi reseptor ini. Jadi, ada kekhawatiran besar bahwa kratom dapat menimbulkan kecanduan dengan cara yang sama.
Meskipun demikian, kratom tampaknya menyebabkan lebih sedikit ketergantungan dan memiliki risiko overdosis yang lebih rendah daripada opioid. Dan, risikonya mungkin lebih rendah jika hanya digunakan sesekali, dibandingkan penggunaan berulang atau jangka panjang.
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi kratom secara teratur berisiko mengalami ketergantungan. Ini dapat terjadi karena tubuh secara alami beradaptasi dengan paparan kratom secara teratur. Ketika seseorang berhenti mengonsumsinya, gejala putus zat dapat muncul karena tubuh menyesuaikan diri dengan tidak lagi mengonsumsi zat tersebut. Ketergantungan fisik dapat menyebabkan craving untuk menghilangkan gejala-gejala ini.
Risiko timbulnya ketergantungan tampaknya paling tinggi bagi individu yang sering mengonsumsi dosis yang lebih tinggi (lebih dari 5 gram per hari dan lebih dari 3 kali per hari).
Sebuah penelitian mengamati orang-orang yang berjuang melawan kecanduan opioid yang mengonsumsi kratom selama 6 bulan sebagai bentuk pengobatan. Pada akhir penelitian, gejala putus zat pada dasarnya sama dengan gejala yang terkait dengan kecanduan opioid, dan banyak subjek memerlukan pengobatan tambahan untuk mengurangi gejalanya.
Gejala-gejala ini meliputi permusuhan, agresi, air mata berlebihan, nyeri otot dan tulang, serta gerakan anggota tubuh yang tersentak-sentak.
Saat ini, belum ada penelitian yang cukup untuk menentukan pendekatan pengobatan yang aman dan efektif untuk kecanduan kratom. Beberapa orang telah menemukan keberhasilan dengan terapi perilaku.
Referensi
Addiction Center. Diakses pada Juni 2024. Kratom Addiction And Abuse.
National Institute on Drug Abuse. Diakses pada Juni 2024. Kratom.
Wright, Mary Ellen, Claire Ginsberg, dkk. “Outcomes of mothers and newborns to prenatal exposure to kratom: a systematic review.” Journal of Perinatology 41, no. 6 (15 Februari 2021): 1236–43.
American Addiction Centers. Diakses pada Juni 2024. Is Kratom Addictive?
Eastlack, Steven C., Elyse M. Cornett, dkk. “Kratom—Pharmacology, Clinical Implications, and Outlook: A Comprehensive Review.” Pain and Therapy 9, no. 1 (28 Januari, 2020): 55–69.
Singh, Darshan, Christian P. Müller, dkk. “Kratom (Mitragyna speciosa) dependence, withdrawal symptoms and craving in regular users.” Drug and Alcohol Dependence 139 (1 Juni 2014): 132–37.
GoodRx Health. Diakses pada Juni 2024. What Is Kratom, and Is It Safe?