ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (IDN Times/Aditya Pratama)
Sebuah laporan berjudul "SARS-CoV-2 infection of the oral cavity and saliva" dalam jurnal Nature Medicine yang terbit pada 25 Maret 2021 lalu mencoba menerangkan bagaimana COVID-19 memengaruhi mulut dan air liur.
Tim peneliti dari Wellcome Sanger Institute, Inggris, dan organisasi lain di Amerika Serikat dan Inggris mengidentifikasi reseptor enzim pengubah angiotensin 2 (reseptor ACE2) dalam sel-sel kelenjar ludah dan jaringan yang melapisi mulut. Ini adalah protein yang dikunci oleh SARS-CoV-2.
Para peneliti juga menemukan kalau virus dapat berkembang biak di sel-sel kelenjar ludah. Mereka mengekspos saliva dari delapan orang dengan COVID-19 tanpa gejala ke sel-sel sehat yang ditumbuhkan dalam medium. Eksperimen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel sehat.
Para peneliti juga mengumpulkan air liur dari kelompok terpisah, yang terdiri dari 35 sukarelawan dengan COVID-19 ringan atau tanpa gejala. Orang-orang yang bergejala dengan tingkat virus yang lebih tinggi dalam air liur mereka lebih mungkin melaporkan kehilangan rasa dan penciuman, dibanding mereka yang memiliki tingkat virus yang lebih rendah dalam air liurnya. Ini menunjukkan bahwa infeksi mulut mungkin mendasari gejala oral COVID-19.
Secara keseluruhan, kata para peneliti, temuan penelitian menunjukkan bahwa mulut, melalui sel-sel mulut yang terinfeksi, memainkan peran yang lebih besar dalam infeksi SARS-CoV-2 daripada yang diperkirakan sebelumnya.
“Ketika air liur yang terinfeksi tertelan atau partikel kecilnya terhirup, kami pikir itu berpotensi menularkan SARS-CoV-2 lebih jauh ke tenggorokan, paru-paru, atau bahkan usus kita,” kata Kevin M. Byrd, salah satu peneliti, mengutip UNC News.
Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk mengonfirmasi temuan pada kelompok orang yang lebih besar dan untuk menentukan sifat pasti dari keterlibatan mulut dalam infeksi dan penularan SARS-CoV-2 di dalam dan di luar tubuh.