Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tes HIV (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi tes HIV (pexels.com/cottonbro)

Intinya sih...

  • Tes HIV non reaktif artinya negatif, tidak ditemukan virus atau antibodi HIV dalam tubuh.

  • Tes HIV berbasis antibodi memiliki tingkat akurasi lebih dari 99,5 persen dalam mendeteksi infeksi.

  • Hasil tes mungkin kurang akurat jika dilakukan terlalu cepat setelah paparan virus, sehingga tes ulang mungkin diperlukan.

Hasil tes HIV non reaktif artinya sama dengan negatif, artinya tidak ditemukan antibodi atau virus HIV dalam darah, tanda tubuh kamu kemungkinan besar tidak terinfeksi.

Namun, perlu diingat, hasil ini bisa saja kurang akurat jika kamu melakukan tes terlalu cepat setelah terpapar HIV. Sebab, tubuh butuh waktu untuk membentuk antibodi yang bisa dideteksi oleh alat tes. Masa ini disebut masa jendela (window period), biasanya berlangsung sekitar 2–4 minggu setelah paparan awal.

Jadi, kalau kamu menjalani tes HIV dan hasilnya non reaktif namun kamu merasa berisiko, dokter biasanya menyarankan untuk melakukan tes ulang beberapa minggu kemudian agar hasilnya lebih pasti.

Arti hasil non reaktif dalam tes HIV

Tes HIV dilakukan dengan memeriksa sampel darah, air liur, atau urine untuk mendeteksi keberadaan antigen HIV (protein asing yang memicu respons imun) atau antibodi terhadap HIV (protein yang dibentuk tubuh sebagai respons terhadap infeksi virus).

Jika hasilnya non reaktif, artinya saat tes dilakukan, tidak ditemukan antigen maupun antibodi HIV dalam sampel. Dengan kata lain, hasil tes dinyatakan negatif. Hasil ini umumnya mengindikasikan dua kemungkinan:

  • Kamu tidak terinfeksi HIV, atau

  • Tes dilakukan terlalu dini setelah terpapar, sebelum tubuh sempat memproduksi antigen atau antibodi yang bisa terdeteksi oleh alat tes.

Sebaliknya, jika hasilnya reaktif, itu berarti ada respons yang terdeteksi dari antigen atau antibodi HIV dalam sampelmu, yang mengindikasikan kemungkinan infeksi HIV positif.

Tingkat akurasi tes HIV

Tes HIV berbasis antibodi memiliki tingkat akurasi lebih dari 99,5 persen dalam mendeteksi infeksi.

Untuk memastikan akurasi, tenaga kesehatan biasanya akan memeriksa sampel lebih dari satu kali sebelum memberikan hasil resmi. Tes awal yang digunakan adalah enzyme immunoassay (EIA) atau enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Jika hasilnya positif, teknisi laboratorium mungkin akan melakukan konfirmasi dengan tes Western blot, tes lanjutan untuk memastikan temuan awal.

Namun, hasil yang tidak akurat bisa terjadi jika kamu menjalani tes terlalu cepat setelah paparan virus. Dalam kebanyakan kasus, sistem imun butuh waktu sekitar tiga minggu hingga dua bulan untuk membentuk antibodi yang bisa dideteksi. Jadi, jika kamu dites saat masih dalam window period, hasilnya bisa non reaktif meskipun sebenarnya sudah terinfeksi HIV.

Kapan perlu tes ulang?

ilustrasi tes HIV rapid test (flickr.com/UNICEF Ethiopia)

Karena adanya kemungkinan hasil negatif palsu jika tes dilakukan terlalu awal, tes ulang mungkin diperlukan, terutama jika kamu memiliki faktor risiko tertentu. Beberapa kondisi yang membuat tes ulang direkomendasikan antara lain:

  • Pernah berhubungan seksual vaginal atau anal dengan seseorang yang diketahui positif HIV.

  • Berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan sejak terakhir kali menjalani tes.

  • Pernah berbagi jarum suntik dengan orang lain.

  • Pernah atau sedang mengalami infeksi menular seksual lainnya, seperti hepatitis, atau tuberkulosis.

  • Pernah berhubungan seks dengan imbalan uang atau narkoba.

  • Berhubungan seks dengan orang yang memiliki riwayat melakukan hal-hal di atas.

  • Tidak mengetahui riwayat seksual pasangan.

Tes ulang bukan tanda bahwa kamu bermasalah. Ini justri merupakan langkah bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan diri dan orang lain.

Mencegah HIV

Kamu bisa mencegah penularan HIV dengan langkah-langkah ini:

  • Menggunakan kondom atau metode penghalang lainnya.

  • Setia pada satu pasangan.

  • Menggunakan jarum suntik steril jika menyuntikkan obat-obatan.

  • Mengonsumsi obat prapajanan/profilaksis pra pajanan (PrEP) jika memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi.

  • Mengonsumsi obat HIV untuk mencegah penularan ke janin.

  • Mengonsumsi obat pascapajanan (PEP) jika perlu.

Kesimpulannya, hasil tes HIV non reaktif berarti umumnya menunjukkan tidak ada infeksi. Namun, jika tes dilakukan terlalu awal, antibodi HIV belum terbentuk dan hasilnya bisa keliru negatif. Untuk memastikan, diskusikan dengan tenaga medis apakah kamu perlu melakukan tes ulang, terutama jika memiliki risiko paparan HIV.

Referensi

"What does ‘non-reactive’ mean when testing for HIV?" aidsmap. Diakses Juli 2025.

"Getting Tested for HIV." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Juli 2025.

"HIV Testing." International Association of Providers of AIDS Care. Diakses Juli 2025.

"What Does a Non-Reactive Result Mean in HIV Testing?" Health. Diakses Juli 2025.

"What is a nonreactive HIV test result?" Medical News Today. Diakses Juli 2025.

Editorial Team