Oligomenorea: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Bikin perempuan hanya memiliki 4–9 periode haid setiap tahun

Oligomenorea (oligomenorrhea) kondisi ketika perempuan tidak menstruasi selama 35 hari atau lebih dan akibatnya hanya memiliki 4–9 periode menstruasi setiap tahunnya.

Siklus menstruasi yang normal terjadi setiap 28 hari dan berlangsung dari 4–7 hari. Periode menstruasi pada setiap perempuan bisa berbeda-beda, dari setiap 21 hari hingga 35 hari, dan ini masih dianggap normal. Biasanya, perempuan akan memiliki jumlah hari yang sama di antara periode menstruasi, atau mungkin beda 1 atau 2 hari.

Dilansir StatPearls, prevalensi oligomenorea adalah 13,5 persen pada populasi umum. Penyakit ovarium polikistik menyumbang 4 hingga 10 persen oligomenorea pada perempuan usia subur (dari pubertas hingga menopause). Sebanyak 11 hingga 44 persen penari dan 6 hingga 60 persen atlet melaporkan oligomenorea pada beberapa titik dalam rentang hidup mereka.

1. Gejala

Terlambat datang bulan atau kadang siklus menstruasi yang tidak teratur bukanlah hal yang aneh dan belum tentu merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang salah. Beberapa variasi dalam siklus menstruasi perempuan sepanjang hidupnya adalah hal normal.

Hormon-hormon yang memengaruhi siklus menstruasi dapat terdampak untuk sementara oleh sejumlah faktor yang berbeda. Namun, jika periode menstruasi tiba-tiba berubah atau menjadi berbeda dan tidak kembali normal selama sebagian besar siklus menstruasi, penting untuk mencari tahu penyebab perubahan tersebut. 

Dilansir Verywell Health, gejala oligomenorea meliputi:

  • Tidak datang bulan lebih dari 35 hari.
  • Kurang dari sembilan periode menstruasi dalam setahun. 
  • Siklus haid yang tidak teratur.
  • Haid yang lebih ringan dari biasanya.

Ketika terjadi perubahan perdarahan saat menstruasi, kamu mungkin memiliki gejala lain dari menstruasi, seperti sindrom pramenstruasi (PMS), kram perut, dan perut kembung. Atau, kamu mungkin tidak memiliki gejala sama sekali.

Darah haid mungkin berwarna cokelat tua, merah, atau merah muda pucat. Kamu mungkin melihat gumpalan atau lendir saat menyekanya, pada pembalut atau tampon, atau celana dalam.

2. Penyebab

Oligomenorea: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi perempuan minum pil KB (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sering menjadi penyebab oligomenorea. Organ reproduksi dan kelenjar di otak menghasilkan berbagai hormon yang mengatur siklus menstruasi. Ketika hormon-hormon ini seimbang, siklus menstruasi akan lebih mudah diprediksi, sedangkan kondisi hormon yang tidak seimbang dapat mengganggu keteraturan.

Infeksi dan kelainan struktural pada organ reproduksi juga dapat mengganggu siklus menstruasi.

Dilansir Cleveland Clinic, penyebab oligomenorea meliputi:

  • PCOS: PCOS menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak hormon androgen (misalnya testosteron) yang dapat mengganggu ovulasi, waktu dalam siklus ketika ovarium melepaskan sel telur.
  • Tumor yang menyekresi androgen: Tumor yang terbentuk di ovarium dan kelenjar adrenal dapat melepaskan androgen yang mengganggu siklus menstruasi. Tumor ini sering menimbulkan gejala yang mirip dengan PCOS.
  • Sindrom Cushing: Tubuh memproduksi terlalu banyak hormon kortisol, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi siklus menstruasi.
  • Prolaktinoma: Tumor yang menyebabkan kelenjar pituitari membuat terlalu banyak hormon prolaktin dan terlalu sedikit hormon seks yang dibutuhkan untuk menstruasi normal, seperti estrogen.
  • Sindrom ovarium primer: Ovarium berhenti memproduksi telur lebih awal dari yang diharapkan (sebelum menopause). Mereka juga berhenti memproduksi estrogen, hormon yang dibutuhkan untuk menstruasi yang teratur.
  • Hipertiroidisme: Kelenjar tiroid memicu kelenjar pituitari untuk membuat terlalu banyak prolaktin dan terlalu sedikit estrogen.
  • Hiperplasia adrenal kongenital: Suatu kondisi bawaan yang mencegah kelenjar adrenal memproduksi cukup enzim untuk membuat hormon yang dibutuhkan untuk menstruasi.
  • Penyakit radang panggul: Infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati dapat menyebabkan radang panggul. Infeksi dan peradangan yang diakibatkannya dapat mengganggu siklus menstruasi.
  • Sindrom Asherman: Jaringan parut pada rahim atau leher rahim (paling sering dari operasi ginekologi, seperti dilatasi dan kuretase) mengganggu aliran menstruasi normal.
  • Diabetes: Oligomenorea telah dikaitkan dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Ini umum terjadi pada orang yang kekurangan berat badan (umum pada diabetes tipe 1) dan kelebihan berat badan (umum pada diabetes tipe 2).
  • Gangguan makan: Bulimia, anoreksia, dan binge-eating dapat menyebabkan kekurangan nutrisi yang mencegah atau menunda menstruasi.
  • Aktivitas fisik yang ekstrem: Terlalu memaksakan diri melalui olahraga dapat membuat tubuh mengalami tekanan sehingga tidak dapat melakukan proses rutin yang penting, seperti menstruasi.

Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan menstruasi yang jarang, termasuk:

  • Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB.
  • Antipsikotik.
  • Antiepilepsi.

Baca Juga: 5 Penyebab Menstruasi Dua Kali Sebulan, Apakah Berbahaya?

3. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan memulai dengan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya benjolan, area lunak, atau rambut tubuh ekstra. 

Pemeriksaan spekulum vagina adalah tes penting lainnya, di mana dinding vagina dan serviks diperiksa untuk mengetahui adanya infeksi, peradangan, jaringan perut, dan pertumbuhan.

Setelah pemeriksaan fisik, dokter mungkin meminta tes darah untuk memeriksa kadar hormon, gula darah, dan protein. Dokter mungkin menguji satu atau lebih hal berikut:

  • Thyroid-stimulating hormone (TSH).
  • Follicle-stimulating hormone (FSH).
  • Luteinizing hormone (LH).
  • Hemoglobin A1C.
  • Prolaktin.
  • Interleukin.
  • Testosteron.
  • 17-OHP.

Tergantung pada hasil pemeriksaan dan pemeriksaan darah, tes tambahan dapat dilakukan termasuk CT scan, ultrasound, swab serviks, dan MRI.

4. Pengobatan

Oligomenorea: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi terapi hormon (pexels.com/Ravi Roshan)

Perawatan oligomenorea tergantung pada penyebabnya, di antaranya:

  • Terapi hormon: Dokter mungkin akan meresepkan pil KB atau perawatan hormon lainnya apabila oligomenorea disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.
  • Operasi: Dokter mungkin akan mengangkat tumor yang memproduksi kelebihan androgen.
  • Perubahan gaya hidup: Kamu mungkin perlu melakukan penyesuaian pada pola makan dan aktivitas fisik jika kekurangan nutrisi atau aktivitas berat yang menyebabkan masalah.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Oligomenorea tidak dapat dicegah, tetapi dokter dapat merekomendasikan perawatan setelah menemukan penyebabnya.

Apabila tidak diobati, oligomenorea bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan, termasuk osteoporosis, jerawat, masalah kardiovaskular, gangguan neurologis, infertilitas, hiperplasia endometrium, atau kanker endometrium.

Demi menjaga kesehatan reproduksi dalam kondisi yang baik, konsultasikan dengan dokter jika memiliki kekhawatiran tentang siklus bulananmu.

Tak perlu langsung panik jika mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Ini mungkin bisa disebabkan beberapa hal, dan banyak di antaranya yang tidak berbahaya. Namun, penting untuk menemui dokter jika tidak menstruasi terlalu lama, misalnya lebih dari 35 hari.

Perhatikan juga gejala oligomenorea lainnya, misalnya seberapa banyak darah haid yang dikeluarkan atau ada perubahan lain seperti sakit perut atau keluarnya cairan. Beri tahu dokter semua gejala yang dirasakan untuk membantu menegakkan pemeriksaan yang dibutuhkan dan diagnosis akurat.

Baca Juga: Menstruasi Retrograde: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya